
PUSATSCORE – Wessam Abou Ali baru saja memecahkan rekor baru di Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 dengan mencetak hattrick untuk timnya Al-Ahly pada laga melawan FC Porto. Namun, prestasinya yang mencolok jadi sorotan jurnalis dan warganet karena keengganan FIFA untuk membuat unggahan khusus untuk mengapresiasi Abou Ali. Padahal, FIFA merayakan rekor Khvicha Kvaratskelia lewat unggahan soal statusnya sebagai pemain Georgia pertama yang mencetak gol di turnamen tersebut.
Siapa sebenarnya Wessam Abou Ali? Apa pula yang bisa kita petik dari sikap FIFA ini? Mari kupas lebih jauh sambil berkenalan dengan profil striker Al Ahly itu.
1. Lahir dan besar di Denmark dari orangtua asal Palestina
Wessam Abou Ali adalah pemain berkebangsaan Palestina dan Denmark. Ia lahir dari kedua orangtua asal Palestina di kota Aalborg, Jutlandia, Denmark pada 1999. Seperti banyak orang Palestina pada umumnya yang terdampak migrasi paksa dan okupasi Israel, ayah Abou Ali besar dan tinggal di Lebanon hampir separuh hidupnya. Ia bermigrasi ke Denmark pada 1980-an dan membangun keluarga di negara Skandinavia itu. Ini yang menjelaskan mengapa Abou Ali masih punya banyak kerabat di Lebanon.
Di Denmark, Abou Ali kecil bergabung dengan akademi sepak bola lokal, Aalborg BK. Abou Ali sempat bergabung dengan tim utama Aalborg, tetapi akhirnya dipinjamkan ke Vendsyssel FF yang markasnya berjarak sekitar 40 menit dari tim masa kecilnya. Ia bertahan di tim itu selama 4 tahun dari 2019 hingga 2023. Pada 2023, ia hijrah ke Swedia untuk bergabung dengan tim papan tengah Allvenskan, IK Sirius FK. Tak sampai setahun, tawaran lain datang dari Mesir dan Abou Ali menerimanya.
2. Musim pertamanya di Al Ahly berjalan lancar
Pada Januari 2024, Abou Ali resmi berseragam Al Ahly dan tak menemukan kesulitan berarti. Abou Ali dipercaya jadi striker andalan dan berhasil menyumbang 19 gol. Ini sekaligus menjadikannya topskor Liga Premier Mesir. Padahal, ia baru bergabung pada paruh kedua musim 2023/2024. Ia juga menyumbang 6 gol untuk Al Ahly pada CAF Champions League musim itu.
Musim keduanya tak kalah menawan. Abou Ali berkontribusi dalam 16 gol di Liga Premier Mesir dan 10 gol di CAF Champions League. Bersama timnya, ia mengicip gelar juara liga domestik dan semifinal kompetisi regional. Berkat gelar juara domestik itu pula, Abou Ali dan timnya berhak berlaga di Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 yang diselenggarakan di Amerika Serikat sepanjang Juni-Juli 2025 ini.
Pada periode yang sama, Abou Ali dapat panggilan untuk membela timnas sepak bola pria senior Palestina. Sesuatu yang mungkin tak ia duga, mengingat pada usia belianya Abou Ali pernah bergabung dengan timnas kelompok usia Denmark. Abou Ali membantu Palestina sepanjang Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia dan berhasil mengantar timnya mencapai ronde ketiga. Sayang, langkah mereka terhenti setelah laga melawan Oman pada 10 Juni 2025 berakhir imbang.
3. Rekor barunya di Piala Dunia Antarklub dan standar ganda FIFA
Tak berhenti memukau fans Al-Ahly, Wessam Abou Ali kembali memecahkan rekor dengan mencetak hattrick pada laga terakhir fase grup lawan FC Porto. Pertandingan berakhir imbang 4-4, tetapi ini jadi sejarah baru yang susah buat diabaikan. Sebuah utas atau unggahan khusus buat Abou Ali harusnya dibuat FIFA untuk merayakan prestasi pemain asal Palestina itu.
Namun, FIFA justru memilih tidak menyebut namanya sama sekali di unggahan mereka. Sebagai gantinya, unggahan itu hanya berisi foto Abou Ali dan salah satu pemain Porto FC. Sisi yang disorot FIFA justru jumlah gol terbanyak dalam 1 pertandingan tanpa menyebut sama sekali rekor hattrick Wessam Abou Ali. Warganet pun geram atas perlakuan ini. Leyla Hamed, salah satu jurnalis olahraga yang vokal soal Palestina menyindir keras FIFA.
Hal ini cukup ganjil sebenarnya mengingat pada September 2024 dan Juni 2025 FIFA merilis artikel wawancara dan fitur Wessam Abou Ali. Seharusnya tak ada keraguan bagi mereka untuk mengapresiasi rekor Abou Ali dan menyebut negaranya. Apakah ini bentuk standar ganda FIFA? Apa pendapatmu?