PUSATSCORE – Manchester United sedang dalam masa sulit. Klub berjuluk Setan Merah ini finis di peringkat 16 Premier League dan gagal menjadi juara di Liga Europa. Di tengah tekanan yang ada, Kapten Manchester United, Bruno Fernandes, masih tetap percaya Ruben Amorim menjadi pelatih paling tepat untuk klub.
“Kamu semua sependapat bahwa dia (Amorim) orang yang paling tepat,” kata Fernandes mengutip Independent.
Amorim bergabung dengan klub pada November 2024 lalu menggantikan Erik ten Hag.
1. Amorim sudah berjuang
Bagi Fernandes, Amorim sudah banyak melakukan hal baik untuk klub sejak bergabung. Sadar kinerja pelatih dinilai dari capaian hasil, Fernandes merasa para pemain melihat Amorim lebih dari itu.
“Kami semua tahu dia akan mengembalikan klub ke arah positif, mencoba membawa klub kembali memperjuangan trofi, berjuang untuk gelar besar dan kami semua sependapat bahwa dia dalah orang yang tepat,” kata Fernandes.
2. Tidak ada sosok lain yang lebih baik
Fernandes menyoroti janji Amorim untuk tidak menyerah dan keluar, tapi bersedia mundur tanpa kompensasi jika pihak klub dan fans memintanya. Bagi Fernandes, rasanya tidak ada pelatih yang lebih baik untuk menggantikan Amorim saat ini.
“Saya rasa tidak ada orang yang lebih baik untuk melakukan pekerjaan ini sekarang. Saya tahu ini sulit untuk dimengerti, sulit dilihat, tapi saya masih yakin dia orang yang tepat untuk memimpin timn,” kata Fernandes.
3. MU tanpa gelar musim ini
Manchester United kehilangan satu-satunya peluang mereka meraih gelar juara musim ini setelah kandas 0-1 dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa. Kekalahan dari Tottenham Hotspur menjadikan MU nirgelar.
Mereka juga dipastikan tidak berlaga di kompetisi Eropa pada musim depan. Itu karena Setan Merah hanya finis di bawah 13 besar Premier League. Padahal, dengan menang Liga Europa, MU bisa mendapat satu tiket ke Liga Champions musim depan.
PUSATSCORE , Saat ini, sepatu olahraga makin banyak jenisnya. Setiap cabang olahraga memiliki sepatu khusus yang diklaim bisa menunjang permainan. Bahkan, beberapa cabang olahraga yang sering dikira orang awam menggunakan sepatu yang sama, ternyata masing-masingnya memiliki sepatu khusus.
Salah satu contohnya adalah mini soccer dan futsal. Bagi orang awam, mungkin kedua olahraga ini mirip, yaitu sama-sama dimainkan di lapangan yang lebih kecil dibanding sepak bola. Dengan begitu, peralatan dan perlengkapan permainannya pun sering dikira sama.
Padahal mini soccer dan futsal memiliki beberapa perbedaan, mulai dari lapangan, jumlah pemain, beberapa aturan, hingga sepatu yang dipakai pemain. Berikut perbedaan sepatu mini soccer dan futsal yang wajib diketahui. Simak di bawah ini!
1. Sepatu mini soccer
Mini soccer merupakan olahraga versi lebih kecil dari sepak bola. Mini soccer dimainkan di lapangan outdoor yang lebih kecil dengan jumlah pemain yang lebih sedikit dan lapangannya menggunakan bahan rumput sintetis tipis.
Sebenarnya, ada dua tipe sepatu yang cocok dipakai untuk mini soccer, yaitu sepatu tipe Turf dan Artificial Ground (AG). Sepatu Turf adalah sepatu yang menggunakan sol karet dengan tambahan pul-pul kecil yang tersebar di permukaan outsole.
Sedangkan sepatu Artificial Ground adalah sepatu bola yang didesain khusus untuk rumput sintetis, baik sepak bola lapangan besar maupun mini soccer. Tipe sepatu ini memiliki sol plastik yang memiliki pul berukuran lebih besar dari sepatu Turf, tapi lebih kecil dari sepatu sepak bola.
Berikut karakter dan ciri-ciri sepatu Turf untuk mini soccer:
Sol: Berbahan karet dengan banyak gerigi kecil atau rubber studs yang pendek.
Cocok untuk: Sepatu Turf cocok dipakai di lapangan rumput sintetis, khususnya rumput yang pendek dan tipis. Jika dipakai di lapangan rumput sintetis yang tebal, biasanya kurang bisa memberikan traksi yang baik.
Kelebihan: Memberikan grip yang baik di rumput sintetis dan mencegah slip atau terpeleset meski rumput basah.
Lalu, berikut karakter dan ciri-ciri sepatu Artifical Ground untuk mini soccer:
Sol: Berbahan plastik dengan gerigi yang ukurannya sedikit lebih besar dan jumlahnya lebih sedikit daripada sepatu Turf. Setiap gerigi atau pul berbentuk lingkaran dan memiliki lubang pendek di tengahnya.
Cocok untuk: Sepatu Artificial Ground cocok dipakai di lapangan rumput sintetis modern yang memiliki rumput lebih tebal dan panjang. Sepatu ini kurang nyaman dipakai di lapangan rumput sintetis yang tipis karena rawan slip.
Kelebihan: Memberikan grip yang baik di rumput sintetis tebal, lebih fleksibel saat digunakan di permukaan yang keras atau padat.
2. Sepatu futsal
Berbeda dengan sepatu mini soccer, sepatu futsal memiliki karakter dan ciri khas sendiri. Futsal adalah olahraga yang dimainkan di lapangan indoor berbahan vinyl, yaitu material berbahan plastik polyvinyl chloride (PVC).
Untuk mendukung permainan di lapangan berbahan plastik, maka diciptakan sepatu futsal yang menggunakan sol berbahan karet dengan permukaan datar tanpa gerigi atau pul sama sekali.
Berikut karakter dan ciri khas sepatu futsal:
Sol: Berbahan karet datar, polos (non-marking), dan tanpa pul atau stud.
Cocok untuk: Sepatu futsal cocok dipakai di lapangan dengan permukaan halus seperti lantai kayu, vinyl, atau semen datar di lapangan indoor karena bisa memberikan cengkeraman yang maksimal.
Kelebihan: Nyaman dipakai untuk pergerakan cepat, dribble, pivot, dan teknik di lantai keras.
Kesimpulannya, perbedaan sepatu mini soccer dan futsal terletak pada bagian sol. Sol sepatu mini soccer memiliki pul karet kecil atau pul plastik lingkaran yang mendukung kaki saat bermain di lapangan rumput sintetis. Sedangkan sol sepatu futsal terbuat dari karet dengan permukaan datar, polos, dan tanpa pul.
3. Risiko memakai sepatu yang tidak sesuai
Bagi yang ingin bermain mini soccer atau futsal, dianjurkan menggunakan sepatu yang sesuai penggunaannya. Sebab terdapat risiko yang bisa terjadi jika menggunakan sepatu yang tidak sesuai.
Contohnya, bermain mini soccer menggunakan sepatu futsal bisa berisiko membuat pemain terpeleset saat berlari. Sebab sol sepatu futsal yang datar tidak didesain untuk mencengkeram permukaan rumput sintetis.
Sebaliknya, bermain futsal menggunakan sepatu mini soccer juga berisiko mengakibatkan pemain terpeleset. Sebab pul atau gerigi pada sol sepatu mini soccer akan membuat langkah pemain jadi lebih licin.
Nah, itulah tadi perbedaan sepatu mini soccer dan futsal yang wajib diketahui sebelum bermain. Jangan asal pakai sepatu, ya!
PusatBola – Bilbao, 26 Mei 2025 – Barcelona menunjukkan performa gemilang saat membungkam tuan rumah Athletic Bilbao dengan skor telak 3-0 dalam lanjutan La Liga yang berlangsung di San Mamés. Kemenangan ini tidak hanya menambah kepercayaan diri skuad asuhan Xavi Hernández, tetapi juga mengirimkan sinyal kuat bahwa Blaugrana belum habis dalam perburuan gelar.
Sejak menit awal, Barcelona tampil menekan dan mendominasi jalannya laga. Hasilnya datang cepat, ketika Lamine Yamal membuka keunggulan di menit ke-14 lewat aksi individu memukau sebelum melepaskan tembakan mendatar ke pojok gawang yang tak mampu dijangkau kiper Bilbao.
Keunggulan Barca bertambah di menit ke-38 melalui gol dari Robert Lewandowski yang kembali menunjukkan insting tajamnya di kotak penalti. Menerima umpan terobosan dari Pedri, striker asal Polandia itu dengan tenang menaklukkan kiper Unai Simón dan menggandakan skor.
Memasuki babak kedua, Bilbao mencoba bangkit, namun solidnya lini pertahanan Barca yang dikomandoi oleh Ronald Araújo membuat tuan rumah frustrasi. Barcelona justru semakin menjauh setelah João Félix mencetak gol ketiga di menit ke-72 melalui sepakan first-time indah usai menerima umpan silang dari Raphinha.
Tak hanya soal skor, permainan Barcelona juga memikat dengan penguasaan bola yang hampir mencapai 70%, menunjukkan superioritas mereka di lini tengah. Kemenangan ini membuat Barcelona terus menempel ketat puncak klasemen dan menjaga asa dalam perebutan titel La Liga.
Sementara itu, kekalahan ini menjadi pukulan telak bagi Athletic Bilbao yang sebelumnya tampil solid di kandang. Mereka harus segera bangkit jika ingin menjaga peluang tampil di kompetisi Eropa musim depan.
PusatBola – Venesia, 26 Mei 2025 – Juventus berhasil meraih kemenangan tipis 3-2 atas tuan rumah Venezia dalam pertandingan seru yang berlangsung di Stadio Pier Luigi Penzo. Laga ini menjadi ajang unjuk gigi bagi para pemain muda dan menjadi bukti ketangguhan mental Bianconeri hingga menit terakhir.
Venezia membuka keunggulan lebih dulu melalui gol cepat di menit ke-12. Namun, Juventus tak tinggal diam. Federico Chiesa menyamakan kedudukan di menit ke-28 lewat tendangan keras dari luar kotak penalti.
Menjelang turun minum, Juventus berbalik unggul setelah Dusan Vlahović mencetak gol melalui sundulan akurat hasil umpan silang dari Andrea Cambiaso. Skor 2-1 bertahan hingga babak pertama usai.
Memasuki babak kedua, Venezia kembali menyamakan kedudukan pada menit ke-64 melalui skema serangan balik cepat yang diselesaikan dengan baik oleh striker andalan mereka. Namun, Juventus kembali menunjukkan kelasnya. Pada menit ke-78, Manuel Locatelli mencetak gol penentu kemenangan lewat sepakan jarak jauh yang tak mampu dibendung kiper Venezia.
Kemenangan ini menjadi modal penting bagi Juventus dalam mengarungi akhir musim dan menjaga asa mereka untuk finis di posisi terbaik Serie A. Sementara itu, Venezia harus kembali mengevaluasi lini belakang mereka yang terlalu mudah ditembus.
Dengan hasil ini, Juventus tetap berada di jalur positif, menunjukkan konsistensi dan semangat juang tinggi meski bermain di kandang lawan.
PUSAT SCORE – Arsenal menutup kampanye Premier League 2024/2025 dengan catatan manis. Melawat ke markas Southampton di St. Mary’s Stadium pada Minggu (25/5/2025) malam WIB, The Gunners pulang membawa tiga poin setelah menang tipis 2-1 pada laga pekan ke-38.
Pertandingan terakhir musim ini menjadi momentum penting bagi pasukan Mikel Arteta. Gol Kieran Tierney di babak pertama sempat dibalas oleh Ross Stewart, namun tembakan keras Martin Odegaard di penghujung laga memastikan Arsenal pulang dengan kepala tegak.
Kemenangan ini memastikan Arsenal finis di posisi kedua klasemen akhir Premier League dengan 74 poin, terpaut dari sang juara yang belum disebutkan.
Sebaliknya, kekalahan ini menegaskan nasib pilu Southampton yang harus mengakhiri musim di dasar klasemen dengan hanya mengumpulkan 12 poin.
Kedua tim tampil terbuka sejak peluit awal dibunyikan. Southampton yang sudah dipastikan terdegradasi tampil lepas, sementara Arsenal tetap ngotot memburu poin penuh demi mengamankan posisi dua klasemen.
Setelah serangkaian peluang gagal dikonversi menjadi gol, Arsenal akhirnya memecah kebuntuan di menit ke-43. Kieran Tierney menyambar umpan silang matang dari Ben White dengan penyelesaian klinis di depan gawang.
Gol tersebut membawa Arsenal unggul 1-0 hingga turun minum.
Memasuki babak kedua, tuan rumah menaikkan intensitas permainan. Usaha mereka membuahkan hasil di menit ke-56. Ross Stewart menyundul bola hasil sepak pojok Mateus Fernandes, membuat skor kembali imbang.
Arsenal yang tak ingin mengakhiri musim dengan hasil seri, kembali menekan. Serangan demi serangan mereka lancarkan, dan usaha itu terbayar mahal di menit ke-89. Martin Ødegaard melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti yang tak mampu dihentikan kiper Southampton.
Skor 2-1 bertahan hingga wasit meniup peluit akhir, memastikan kemenangan Arsenal.
Southampton: Aaron Ramsdale; Yukinari Sugawara, Nathan Wood, Charlie Taylor; Mateus Fernandes, Flynn Downes, Lesley Ugochukwu (Joachim Kayi Sanda 86′), Wellington; Kamaldeen Sulemana (Cameron Archer 79′), Jay Robinson (William Smallbone 79′); Ross Stewart (Paul Onuachu 70′).
Pelatih: Simon Rusk.
Arsenal: David Raya; Thomas Partey, Ben White, Jakub Kiwior, Kieran Tierney (Leandro Trossard 63′); Declan Rice, Oleksandr Zinchenko (Myles Lewis-Skelly 70′), Mikel Merino; Ethan Nwaneri (Martin Odegaard 75′), Gabriel Martinelli (Kai Havertz 71′), Raheem Sterling (Bukayo Saka 63′).
Pelatih: Albert Stuivenberg.
Untuk Nonton Live Streaming Bola Bisa Langsung Ke PUSAT SCORE
Aston Villa harus bermain dengan 10 orang sejak akhir babak pertama usai Emiliano Martinez diganjar kartu merah. MU memastikan kemenangan berkat gol Amad Diallo dan penalti Christian Eriksen di babak kedua.
Hasil ini membuat MU menutup musim di peringkat 15 dengan poin 42 sekaligus memberi hiburan usai kekalahan di final Liga Europa. Sementara itu, Aston Villa dinis di peringkat enam dan akan bermain di Liga Europa.
Manchester United langsung tancap gas sejak menit pertama. Dukungan penuh dari publik Old Trafford membuat tuan rumah tampil agresif dan percaya diri.
Peluang emas pertama datang di menit ke-4 saat Mason Mount nyaris membobol gawang Villa. Dua kali tembakannya digagalkan oleh Emiliano Martinez, yang tampil luar biasa menjaga gawangnya tetap perawan.
United kembali menebar ancaman di menit ke-12 lewat pergerakan Amad Diallo. Tembakan pemain muda itu meluncur tipis di sisi gawang, membuat suporter menahan napas.
Villa dihantam masalah di menit ke-20 ketika Mazraoui harus ditarik keluar karena cedera hamstring. Dalot masuk menggantikan, namun perubahan ini justru membawa warna baru dalam serangan United.
Laga semakin dramatis saat menjelang turun minum, tepatnya di menit ke-45+1. Kesalahan fatal dari Cash berujung kartu merah untuk Martinez usai menabrak Hojlund yang berlari bebas menuju gawang.
Babak kedua dimulai dengan pergantian pemain dari pihak United yang kehilangan Dalot karena cedera. Kobbie Mainoo masuk, sementara Amad Diallo digeser ke sisi sayap untuk menambal lubang yang ditinggalkan.
Tekanan terus dilancarkan oleh tim asuhan Rúben Amorim. Bruno Fernandes nyaris mencetak gol di menit ke-51, namun tembakannya hanya menyisir sisi luar gawang Olsen.
United seperti dihantui tiang gawang sepanjang laga. Tembakan Casemiro dan Eriksen di menit ke-54 dan 83 sama-sama membentur tiang, membuat frustrasi para pemain dan fans.
Ketegangan memuncak di menit ke-74 saat gol Villa dianulir karena pelanggaran terhadap Bayindir. VAR memastikan Rogers lebih dulu menendang bola dari genggaman kiper sebelum menyarangkannya ke gawang.
Gol akhirnya tiba pada menit ke-76 lewat aksi menawan Amad Diallo. Menerima umpan lambung dari Bruno, ia menanduk bola melewati Olsen dan menggetarkan jala Villa.
Enam menit berselang, Eriksen hampir mencetak gol indah lewat tendangan bebas melengkung. Sayangnya, bola hanya menyentuh bagian atas jala dan kembali membuat Old Trafford menahan sorak.
Penantian gol perpisahan Eriksen akhirnya terjawab di menit ke-87 melalui titik putih. Tendangan penalti kerasnya menghujam ke tengah gawang, menutup laga dengan skor 2-0 yang emosional.
Liverpool memang mendominasi penguasaan bola. Akan tetapi mereka sangat kesulitan membongkar pertahanan berlapis Palace.
The Reds memang bermain dengan 10 pemain setelah Ryan Gravenberch dikartu merah, tapi mereka bisa mencetak gol melalui Mohamed Salah. Sementara itu gol Palace dicetak Ismaila Sarr.
Hasil ini membuat Liverpool mengakhiri musim dengan koleksi 84 poin dari 38 pertandingan. Sementara itu Palace mengemas 53 angka dan finis di peringkat 12 klasemen akhir Liga Inggris 2024/2025.
Liverpool mencoba menekan pertahanan Crystal Palace sejak awal. Namun justru Palace malah mencetak gol lebih dahulu.
Pada menit kesembilan, Ismaila Sarr menjebol gawang Alisson dengan tendangan dari dalam kotak penalti. Ia memanfaatkan kesalahan dari Bradley dan Van Dijk. 1-0.
Liverpool kemudian berusaha menekan pertahanan Palace. Namun mereka kesulitan membongkar pertahanan The Eagles, bahkan untuk sekadar menciptkaan peluang.
Menit ke-30 Palace bisa mencetak gol lagi melalui Mateta. Tapi untung bagi Liverpool, gol itu tak disahkan wasit karena ia dalam posisi offside.
Baru pada menit ke-37, peluang didapat oleh Liverpool dari Diaz. Ia mendapat umpan teorbosan dari Salah. Namun bola sepakan kaki kirinya masih bisa diblok Henderson di kotak penalti.
Pada akhirnya Liverpool tak bisa mencetak gol sama sekali di babak pertama ini. Crystal Palace unggul 0-1
Di babak kedua Liverpool melakukan pergantian pemain. Trent Alexander-Arnold dimainkan untuk menggantikan Conor Bradley.
Namun mereka masih kesulitan untuk membongkar pertahanan Palace. Meskipun secara permainan mereka lebih baik.
Menit ke-52 malah Palace yang bisa mengancam pertahanan Liverpool dengan tendangan jarak jauh Mateta. Namun bola mengarah tepat ke pelukan Alisson.
Menit ke-65 Liverpool mendapat peluang apik dari Nunez. Ia mendapat umpan matang dan mengejar bola ke kotak penalti. Namun bola sontekannya masih bisa disetop oleh Henderson.
Menit ke-66 Palace mendapat peluang emas mencetak gol. Sarr berdiri bebas di kotak penalti sebelah kiri dan melepas tembakan keras mendatar. Untung bola masih bisa diblok Alisson.
Menit ke-68 Liverpool harus bermain dengan 10 pemain. Sebab Gravenberch dikartu merah oleh wasit usai melanggar Kamada.
Menit ke-75 Liverpool hampir saja mencetak gol melalui tendangan Jota dari dalam kotak penalti, usai mendapat sodoran umpan pendek dari Gakpo. Namun bola masih membentur tiang gawang sebelah kanan.
Menit ke-85, publik Anfield akhirnya bersorak. Serangan Liverpool berhasil membuahkan gol. Salah melepas tembakan dari tengah kotak penalti, usai mendapat umpan sundulan dari Gakpo. 1-1!
Menit 90+4, Palace nyaris saja mencetak gol dari Nketiah. Ia mendapat peluang melepas tembakan dari dalam kotak penalti dengan leluasa. Sayangnya sepakannya kurang kuat dan bola dengan mudah diamankan Alisson.
Pada akhirnya tak ada tambahan gol tercipta. Duel Liverpool vs Crystal Palace ini berakhir seri 1-1.
Liverpool: Alisson Becker; Conor Bradley, Ibrahima Konate, Virgil van Dijk, Andrew Robertson, Ryan Gravenberch, Dominik Szoboszlai, Curtis Jones, Mohamed Salah, Cody Gakpo, Luis Diaz
Pelatih: Arne Slot
Crystal Palace: Dean Henderson; Chris Richards, Maxence Lacroix, Jefferson Lerma, Tyrick Mitchell, Daichi Kamada, Will Hughes, Daniel Munoz, Eberechi Eze, Ismaila Sarr, Jean-Philippe Mateta
Pelatih: Oliver Glasner
Untuk Nonton Live Streaming Bola Bisa Langsung Ke PUSAT SCORE
PUSATSCORE , Pep Guardiola bukanlah sosok yang asing dalam hal mengambil sikap tegas terhadap hal-hal yang bertentangan dengan prinsip kepelatihannya. Baru-baru ini, ia membuat pernyataan mencengangkan dengan mengancam akan mundur dari jabatannya sebagai Manajer Manchester City apabila klub tidak memangkas jumlah skuadnya. Ancaman tersebut sontak memicu perdebatan luas, apakah ini bentuk protes serius atau sekadar strategi negosiasi.
Pernyataan ini muncul setelah laga melawan AFC Bournemouth pada Selasa (20/5/2025) lalu, ketika beberapa pemain senior tidak masuk dalam daftar 20 pemain pada hari pertandingan. Guardiola, yang dikenal sangat selektif dalam memilih komposisi tim, menyebut meninggalkan 5 hingga 6 pemain hanya duduk di tribun menjadi hal yang tak bisa diterima olehnya. Dalam konteks ini, seberapa besar skuad Manchester City sebenarnya, dan apakah langkah sang pelatih merupakan keputusan emosional semata atau berdasar realita yang terukur?
1. Jumlah skuad yang besar membuat Pep Guardiola kesulitan dalam merotasi pemain
Pep Guardiola telah menyampaikan dengan sangat gamblang kekesalannya terkait ukuran skuad Manchester City saat ini. “Saya akan berhenti. Buatlah skuat yang lebih ramping, (maka) saya akan tetap tinggal,” ucapnya dikutip The Guardian. Kalimat ini diucapkannya dengan nada emosional setelah memutuskan mencoret sejumlah nama dari skuad, termasuk Abdukodir Khusanov, Savinho, James McAtee, dan Rico Lewis. Padahal, mereka semua dalam kondisi fit.
Menurut Guardiola, selain menyulitkan secara teknis dalam merotasi pemain, hal ini juga membuatnya tersiksa secara emosional. Ia merasa tertekan harus meninggalkan beberapa pemain dalam skuad besar yang tidak mendapat kesempatan bermain. Hal ini sejalan dengan prinsip kepelatihan Guardiola yang selalu menekankan pentingnya keharmonisan tim dan hubungan pribadi yang kuat dengan para pemainnya.
Namun, ancaman mundur tersebut menimbulkan tafsir ganda. Apakah ini bentuk tekanan psikologis terhadap manajemen untuk segera melepas pemain-pemain surplus pada jendela transfer musim panas 2025, ataukah ini merupakan bentuk frustasi nyata yang telah lama terpendam? Menariknya, kontrak Guardiola sendiri masih berlaku hingga 2027. Ini membuat publik mulai berspekulasi, apakah dia benar-benar akan menanggalkan posisinya jika keinginannya tidak dipenuhi, atau justru sedang memainkan strategi agar klub lebih tunduk terhadap visinya.
2. Skuad gemuk Manchester City akibat belanja besar pada Januari 2025
Dari perspektif data, klaim Pep Guardiola memiliki dasar yang tidak bisa diabaikan. Berdasarkan analisis Opta Analyst, Manchester City menggunakan total 32 pemain sepanjang 2024/2025 di semua kompetisi. Dua puluh lima pemain di antaranya mendapatkan menit bermain minimal 270 menit. Ini merupakan angka tertinggi yang pernah terjadi sepanjang kariernya sebagai pelatih senior sejak 2008.
Bandingkan dengan musim-musim sebelumnya. Rata-rata hanya 22,3 pemain yang digunakan Guardiola selama satu musim penuh dengan menit bermain signifikan. Bahkan pada musim terbaiknya, ia hanya memberi menit bermain lebih dari 270 menit kepada 24 pemain, dan itu terjadi pada 2 musim awalnya di Etihad Stadium. Data ini menunjukkan, musim ini memang terdapat anomali dalam pendekatan rotasi yang ia terapkan.
Jika dibandingkan dengan klub-klub English Premier League (EPL) lain, skuad The Cityzens memang tidak terbesar, tetapi tetap di atas rata-rata. Chelsea dan Southampton masing-masing menggunakan 39 pemain, sementara Arsenal dan Liverpool memiliki skuad lebih ramping dengan 24 dan 25 pemain. Namun, perbedaan konteks perlu digarisbawahi.
Manchester City mengalami lonjakan jumlah pemain usai menghabiskan lebih dari 200 juta pound sterling atau setara Rp4,83 triliun. Dana fantastis tersebut dialokasikan untuk memboyong Abdukodir Khusanov, Omar Marmoush, Nico Gonzalez, dan Vitor Reis pada jendela transfer Januari 2025. Penambahan ini terjadi bukan karena strategi panjang, melainkan reaksi terhadap cedera beruntun yang sempat membuat Guardiola kesulitan menyusun sebelas pemain inti.
3. Lima nama pemain muncul sebagai kandidat kuat yang akan hengkang dari Manchester City
Menjawab tekanan Pep Guardiola, satu solusi utama adalah melepas pemain-pemain yang dianggap surplus atau stagnan. Menurut laporan MSN, lima nama mencuat sebagai kandidat kuat untuk dijual. Bernardo Silva, Jack Grealish, John Stones, James McAtee, dan Ilkay Guendogan. Masing-masing memiliki alasannya sendiri, dari kontrak yang hampir habis, ketidaksesuaian gaya permainan, hingga masalah cedera berkepanjangan.
Bernardo Silva, meskipun masih memiliki kontrak hingga 2026, telah beberapa kali menunjukkan keinginan untuk hengkang. Usianya yang masih 30 tahun membuatnya ideal untuk dijual dengan nilai tinggi. Sementara itu, Grealish hanya sekali menjadi starter sejak April 2025 dan hubungannya dengan Guardiola dikabarkan renggang. John Stones, meski diakui sebagai salah satu bek terbaik Inggris, tak lagi konsisten tampil akibat cedera dan makin tersisih dari skuad inti.
McAtee dan Guendogan pun masuk daftar keluar potensial. McAtee hanya menyisakan satu tahun kontrak dan harus bersaing di lini tengah yang sangat padat. Sementara Guendogan yang kini berusia 34 tahun, dinilai tak lagi mampu mengikuti intensitas permainan Manchester City, meski sempat kembali dari Barcelona. Sebagai alternatif dari skuad gemuk, Guardiola tampaknya lebih memilih mempromosikan pemain-pemain akademi untuk mengisi kebutuhan rotasi. Langkah ini selaras dengan gaya kepemimpinannya yang lebih mengedepankan efisiensi dan koneksi emosional antar pemain.
Apabila rencana ini diterapkan, Manchester City berpeluang memiliki skuad yang lebih solid secara emosional dan lebih luwes dalam bermain. Meski begitu, ancaman kekurangan kedalaman pemain di tengah padatnya jadwal kompetisi tetap menjadi tantangan serius. Risiko ini akan semakin nyata saat menghadapi turnamen elite seperti Liga Champions Eropa dan Piala Dunia Antarklub.
Pada akhirnya, apakah skuad Manchester City benar-benar terlalu besar, tergantung pada sudut pandang siapa yang melihatnya. Bagi Guardiola, lebih sedikit justru berarti lebih kuat, dan kini ia menantang klub untuk membuktikan prinsip itu layak diperjuangkan.
PUSATSCORE , Pepe Reina mengakhiri petualangannya sebagai pesepak bola pofesional pada akhir musim 2024/2025. Kiper asal Spanyol ini menggantungkan sarung tangannya dengan klub terakhir yang dibelanya adalah Como 1907. Ia bakal pensiun dari lapangan hijau pada usia 42 tahun.
Dalam karier panjangnya selama 25 tahun, Reina telah membela berbagai klub elite Eropa. Dari sekian banyak klub tersebut, Liverpool merupakan yang paling lama dibelanya. Ia berseragam The Reds selama 8 tahun pada 2005–2013. Ia adalah salah satu kiper terbaik Liverpool pada era modern. Dari 349 laga, ia mencatatkan 177 clean sheet dan kemasukan 339 gol.
Kendati tak bisa membawa Liverpool menjuarai English Premier League, Reina punya rekor tersendiri sebagai individu. Ia menjadi sosok pertama yang mampu meraih penghargaan Premier League Golden Glove alias kiper dengan clean sheet terbanyak selama 3 musim beruntun. Mari menilik 3 musim saat Reina berhasil menyabet penghargaan bergengsi ini.
1. Pepe Reina mencatatkan 20 clean sheet saat musim debutnya di Liverpool pada 2005/2006
Pada musim panas 2005, Liverpool mendatangkan Pepe Reina dari Villarreal seharga 9,8 juta euro atau Rp189 miliar. Kala itu, Liverpool merekrutnya untuk menjadi penerus dari Jerzy Dudek. Meski pertama kali berkarier di Inggris, ia tak butuh waktu lama untuk beradaptasi.
Di bawah asuhan Rafael Benitez, Reina menjadi sosok kiper yang tangguh bagi Liverpool. Pada musim debutnya di Premier League 2005/2006, ia mencatatakan 20 clean sheet dari 33 pertandingan. Kiper kelahiran Madrid ini hanya kebobolan 21 gol pada musim tersebut.
Sayangnya, kegemilangan Reina tak bisa membawa Liverpool menjuarai Premier League. Liverpool hanya mengakhiri musim di peringkat ketiga, di bawah Manchester United dan Chelsea. Meski begitu, ia mampu mempersembahkan gelar juara lainnya pada musim debut. Ia turut membantu Liverpool menjuarai Piala FA dan UEFA Super Cup pada 2005/2006.
2. Pada 2006/2007, Pepe Reina mengukir 19 clean sheet dari 35 pertandingan Premier League
Setelah tampil memukau pada musim debutnya, Pepe Reina kembali meraih penghargaan Premier League Golden Glove pada 2006/2007. Pada musim tersebut, ia tampil dalam 35 pertandingan dengan mengukir 19 clean sheet. Ia tercatat hanya kemasukan 23 gol.
Konsistensi yang ditunjukkan Reina ini membawa Liverpool kompetitif. Namun, Liverpool lagi-lagi kalah dalam perburuan gelar juara. Liverpool harus merelakan trofi Premier League kepada Manchester United. Liverpool hanya finis ketiga di bawah Chelsea sebagai runner-up.
Kendati begitu, Reina tidak nihil trofi meski gelar juara Premier League tidak bisa dimenangkan. Pada awal musim, ia membantu Liverpool memenangkan Community Shield. Saat itu, Liverpool mengalahkan Chelsea dengan skor 2-1. Selain itu, ia juga mengantarkan Liverpool berlaga di final Liga Champions Eropa 2007 meski kalah 1-2 dari AC Milan pada partai puncak.
3. Pepe Reina kiper pertama yang meraih Premier League Golden Glove dalam 3 musim beruntun
Rekor spesial berhasil diukir Pepe Reina di Premier League 2007/2008. Untuk yang ketiga kalinya secara beruntun, ia memenangkan Premier League Golden Glove. Ia tak tergantikan di bawah mistar gawang Liverpool dalam 38 pertandingan. Dari jumlah penampilan tersebut, ia meraih penghargaan berkat catatan 18 clean sheet dan hanya kebobolan 28 gol.
Pencapaian gemilang ini menunjukkan konsistensi dari Reina pada tahun-tahun awalnya di Liverpool. Kala itu, ia menjadi sosok krusial di balik kompetitifnya Liverpool di Premier League. Meski tak bisa membawa Liverpool juara, ia berperan penting terhadap kokohnya pertahanan Liverpool. Penampilan apiknya ini juga diteruskan pada musim-musim setelahnya.
Rekor Reina tersebut bertahan selama 5 musim sebelum akhirnya dipecahkan oleh Joe Hart. Bersama Manchester City, Hart menyamai pencapaian Reina dengan memenangkan Premier League Golden Glove pada 2010–2013. Hingga musim 2024/2025, belum ada yang menyamain pencapaian Reina dan Hart yang meraih penghargaan ini dalam 3 musim beruntun.
Karier penjang Reina di Liverpool tersebut membuatnya menjadi salah satu legenda. Tak cuma bagi Liverpool, tetapi juga Premier League. Setelah pensiun sebagai pesepak bola, Reina bakal memulai karier baru di dunia kepelatihan dengan menangani Villarreal Juvenil A U-19.
PusatBola – Federasi Sepak Bola Brasil (CBF) tak main-main dalam upayanya mengembalikan kejayaan sepak bola Samba. Mereka resmi mengontrak pelatih top dunia, Carlo Ancelotti, dengan bayaran fantastis: sekitar Rp13,5 miliar per bulan atau setara lebih dari Rp160 miliar per tahun!
Pelatih asal Italia itu diproyeksikan memimpin Timnas Brasil menuju Piala Dunia 2026. Dengan pengalaman segudang dan koleksi trofi elite Eropa, Ancelotti dipercaya mampu membawa Brasil kembali ke puncak kejayaan, setelah puasa gelar sejak 2002.
Angka gaji Ancelotti mencuri perhatian publik sepak bola dunia. Jika dihitung, ia menjadi salah satu pelatih timnas dengan bayaran tertinggi dalam sejarah. Kontrak ini juga memperlihatkan keseriusan CBF dalam membangun skuat tangguh demi merebut kembali supremasi dunia yang kini dikuasai Eropa.
Ancelotti sendiri tidak asing dengan tekanan dan ekspektasi tinggi. Ia telah sukses melatih klub-klub besar seperti AC Milan, Chelsea, Real Madrid, Bayern München, dan Paris Saint-Germain, dengan total 4 trofi Liga Champions di lemari koleksinya. Brasil berharap pengalaman itu bisa diterjemahkan ke dalam prestasi nyata di level tim nasional.
“Saya merasa terhormat bisa memimpin negara dengan sejarah luar biasa seperti Brasil. Tantangannya besar, tapi ambisi kami juga besar,” kata Ancelotti dalam pernyataan resminya.
Pengangkatan Ancelotti juga menimbulkan perbandingan dengan pelatih-pelatih timnas lainnya, termasuk di kawasan Amerika Selatan dan bahkan Eropa. Tak sedikit yang menyebut gaji sang pelatih sebagai bentuk ‘investasi super’ dari CBF untuk masa depan sepak bola Brasil.
Kini, sorotan tertuju pada kiprah Ancelotti dalam menyusun strategi, memoles generasi muda Brasil, dan tentu saja, memburu gelar Piala Dunia yang ke-6 bagi Negeri Samba.