post

3 Tim yang Belum Pernah Kalah di Final Coppa Italia

PUSATSCORE , Bologna sukses menembus final Coppa Italia 2024/2025 usai menekuk Empoli pada semifinal dengan agregat mencolok 5-1. Pada final, Bologna sudah ditunggu AC Milan yang mengalahkan sang rival sekota, Inter Milan, dengan agregat serupa. Bagi Bologna, ini merupakan kali ketiga mereka melangkah ke final Coppa Italia.

Menariknya, tim berjuluk I Rossoblu tersebut tak pernah kalah dalam dua lawatan ke final sebelumnya. Hal itu jelas berbanding terbalik dengan AC Milan yang takluk sebanyak 9 kali di final meski memiliki 5 trofi. Termasuk Bologna, hanya ada tiga tim yang tak pernah kalah di final Coppa Italia.

1. Vado merupakan juara edisi perdana Coppa Italia pada 1922

Vado FC mungkin terdengar asing bagi para pecinta sepak bola Italia. Hal itu tak mengherankan karena tim yang didirikan pada 1913 tersebut tengah berada di Serie D Italia atau kasta keempat sepak bola Italia pada 2024/2025 ini. Meski begitu, nama Vado akan selalu terukir dalam buku sejarah sebagai pemenang edisi pertama Coppa Italia pada 1922.

Perjalanan Vado dimulai dengan mengalahkan Fiorente 4-3 pada babak pertama. Mereka kemudian memulangkan Molassana dan Juventus Italia pada dua babak berikutnya. Vado mencapai final usai menumbangkan Pro Livorno dan Libertas Firenze.

Pada partai final, Vado sudah ditunggu Udinese. Pertandingan berjalan alot yang membuat kedua tim tak mampu mencetak gol selama 90 menit. Vado akhirnya keluar sebagai juara berkat golden goal Virgilio Levratto pada perpanjangan waktu. Trofi Coppa Italia 1922 masih menjadi satu-satunya trofi mayor yang diraih Vado.

2. Vicenza meraih satu-satunya gelar juara Coppa Italia pada 1996/1997

Vicenza, yang pada 2024/2025 ini bermain di Serie C Italia atau kasta ketiga sepak bola Italia, memiliki sejarah yang cukup apik sebagai tim. Mereka pernah menjadi runner-up Serie A Italia 1977/1978 dengan status sebagai tim promosi. Vicenza juga pernah memiliki dua pemain yang kemudian meraih Ballon d’Or, yakni Paolo Rossi dan Roberto Baggio.

Prestasi terbaik Vicenza datang pada 1996/1997 ketika sukses menjuarai Coppa Italia. Tim berjuluk Biancorossi tersebut mengalahkan Lucchese dan Genoa pada dua babak awal. Mereka kemudian membuat kejutan dengan menyingkirkan AC Milan pada perempat final. Vicenza lantas menyingkirkan Bologna untuk menantang Napoli di final.

Pada leg pertama, Vicenza yang bertandang ke markas Napoli takluk 0-1 dari gol Fabio Pecchia. Biancorossi sukses membalikkan keadaan pada leg kedua yang dimainkan di Stadio Romeno Menti. Gol Giampiero Maini membuat agregat menjadi 1-1 sekaligus memaksa laga berlanjut ke babak perpanjangan waktu.

Vicenza yang tampil di kandang sendiri mampu menambah dua gol berkat aksi Maurizio Rossi dan Alessandro Iannuzzi. Kemenangan 3-0 membuat Vicenza keluar sebagai juara dengan agregat 3-1. Gelar juara tersebut sekaligus membuat Vicenza meraih satu tiket ke Piala Winners, di mana mereka sukses melaju hingga semifinal.

3. Bologna belum pernah kalah dalam dua lawatan ke final Coppa Italia

Bologna akan menantang AC Milan pada final Coppa Italia 2024/2025. I Rossoblu melangkah ke final usai menyingkirkan Monza, Atalanta, dan Empoli pada babak-babak sebelumnya. Bologna punya rekor apik ketika tampil di final Coppa Italia dengan selalu menjadi juara dalam dua lawatan sebelumnya.

Gelar juara Coppa Italia pertama Bologna hadir pada 1969/1970. Saat itu, format Coppa Italia masih menggunakan fase grup. Bologna sukses memuncaki Grup 9 yang juga diisi Cesena, Modena, dan Reggiana. Mereka kemudian mengalahkan Juventus pada perempat final dengan skor 1-0 melalui partai ulangan.

Babak final Coppa italia kembali menggunakan format grup yang diisi empat tim, yakni Bologna, Torino, Cagliari, dan Varese. Bologna sukses menjadi juara setelah meraup 9 poin dari 6 pertandingan. Bologna berjarak satu poin dari Torino yang keluar sebagai runner-up.

Bologna mampu mengulangi prestasi serupa pada 1973/1974. Pada fase grup pertama, Bologna sukses memuncaki Grup 6 yang juga diisi Napoli, Reggiana, Avellino, dan Genoa. Pada fase grup kedua, Bologna sukses mengungguli Inter Milan, AC Milan, dan Atalanta di Grup A untuk menjadi pemuncak klasemen sekaligus melangkah ke final. 

Pada partai final, Bologna sudah ditunggu Palermo yang merupakan pemuncak Grup B. Pertandingan saat itu berlangsung hingga babak adu penalti setelah gol Palermo yang dicetak Sergio Magistrelli mampu disamakan oleh Giuseppe Savoldi. Bologna yang tampil lebih tenang pada adu penalti akhirnya sukses menjadi juara Coppa Italia untuk kali kedua.

Vado, Vicenza, dan Bologna menjadi tiga tim yang belum pernah kalah di final Coppa Italia. Dari tiga tim tersebut, Bologna menjadi satu-satunya yang meraih lebih dari satu gelar juara. Lantas, apakah rekor sempurna Bologna masih akan berlanjut ketika berhadapan dengan AC Milan pada final Coppa Italia 2024/2025?

post

Selamat! Barcelona Juara Copa del Rey 2024/ 2025

Pusat,bola – Barcelona sukses mencapai gelar juara Copa del Rey 2024/ 2025 sehabis mengalahkan Real Madrid dengan skor 3- 2. Laga final yang berlangsung di Stadion La Cartuja pada Pekan( 27/ 4/ 2025) dini hari Wib ini menyajikan drama yang tidak terlupakan.

Pertandingan yang berlangsung sengit ini wajib dilanjutkan ke extra time sehabis skor imbang 2- 2 di waktu wajar. Barcelona kesimpulannya keluar selaku pemenang berkat berhasil Jules Kounde di menit 116.

Ini ialah trofi kedua Barcelona di masa ini sehabis Supercopa de Espana sehingga memperlihatkan konsistensi mereka dalam kompetisi dalam negeri. Sedangkan itu, Real Madrid wajib menelan kapsul getir walaupun tampak dengan semangat pantang menyerah.

Kemenangan ini terus menjadi memperteguh status Barcelona selaku salah satu klub terbaik di Eropa. Ribuan pendukung Blaugrana di stadion bersorak gembira memperingati gelar ini.

Performa serta Berhasil Penentu Barcelona

Barcelona mengawali pertandingan dengan penuh yakin diri serta memahami game semenjak menit awal. Pedri membuka keunggulan buat Barcelona pada menit ke- 28, bawa mereka mengetuai sedangkan.

Tetapi, Real Madrid tidak tinggal diam. Kylian Mbappe sukses membandingkan peran pada menit ke- 70, serta 7 menit setelah itu Aurelien Tchouameni membuat skor jadi 2- 1 buat Madrid.

Barcelona terus menampilkan tekad yang kokoh serta sukses membandingkan peran melalui berhasil Ferran Torres pada menit ke- 84. Dengan skor imbang 2- 2, pertandingan bersinambung ke babak extra time.

Pada babak bonus, Barcelona tampak lebih tajam dalam melanda. Sehabis sebagian upaya yang kandas, Jules Kounde mencetak berhasil kemenangan pada menit ke- 116.

post

Satu Alasan yang Bisa Bikin Raphinha Tinggalkan Barcelona: Persaingan yang Semakin Panas!

Pusat,Bola – Di tengah stabilnya performa Barcelona musim ini, muncul satu kabar yang cukup mengejutkan: Raphinha dikabarkan mulai mempertimbangkan masa depannya di Camp Nou. Bukan karena masalah gaji atau ketidakcocokan taktik, tapi satu alasan sederhana yang bisa mengubah segalanya: persaingan ketat di lini depan.

Kedatangan Bintang Muda Memanaskan Persaingan
Barcelona saat ini dipenuhi banyak talenta muda berbakat di sektor sayap. Kehadiran pemain seperti Lamine Yamal, yang tampil luar biasa di usia belia, serta kebangkitan performa Ferran Torres membuat posisi Raphinha mulai terancam.

Meskipun Raphinha tampil cukup solid, dengan kontribusi gol dan assist yang konsisten, tekanan untuk selalu tampil sempurna semakin besar. Dalam beberapa laga penting, Xavi bahkan lebih memilih pemain lain untuk mengisi starting XI.

Komentar Raphinha yang Membuat Spekulasi Meningkat
Dalam sebuah wawancara singkat usai pertandingan, Raphinha sempat melontarkan kalimat yang membangkitkan spekulasi:

“Saya ingin bermain lebih banyak. Setiap pemain ingin merasa penting, dan saya tidak berbeda. Kita lihat saja apa yang terjadi ke depan.”

Kalimat sederhana ini langsung membuat rumor transfer menyeruak, terutama dari klub-klub Premier League yang sebelumnya memang sudah mengincar winger Brasil tersebut.

Premier League Menunggu dengan Tangan Terbuka
Beberapa klub Inggris, termasuk Chelsea dan Newcastle United, dikabarkan siap menampung Raphinha jika ia memutuskan hengkang. Daya tarik Premier League, ditambah peluang menjadi pemain inti tanpa banyak rotasi, bisa menjadi godaan besar bagi sang winger.

Kesimpulan: Bertahan atau Pergi?
Raphinha masih punya kontrak panjang di Barcelona, dan Xavi menyatakan ia tetap masuk dalam rencana tim. Namun, jika Raphinha merasa terus tersisih dalam persaingan ketat, bukan tidak mungkin ia memilih pergi demi karier dan jam terbang reguler.

Musim panas mendatang bisa menjadi titik balik besar bagi perjalanan karier pemain asal Brasil ini.

post

‘Romantisme’ Theo Hernandez dan Venezia: Cinta yang Tak Terlupakan di Tanah Italia

PUSAT,BOLA – Di tengah gemerlapnya dunia sepak bola modern, di mana transfer dan ambisi sering kali menghapus sisi emosional olahraga, ada kisah manis yang terukir antara Theo Hernandez dan klub kecil penuh sejarah, Venezia FC.

Bukan tentang transfer besar atau kontrak mewah, melainkan tentang rasa hormat, kekaguman, dan nostalgia yang sulit dipisahkan.

Awal Kisah di Kota Terapung
Beberapa tahun lalu, sebelum namanya melambung tinggi bersama AC Milan, Theo Hernandez pernah menghabiskan waktu singkat berlatih di Venezia, saat ia masih mencari pijakan dalam karier profesionalnya. Venezia, dengan stadion legendarisnya Stadio Pier Luigi Penzo yang menghadap langsung ke kanal, meninggalkan kesan mendalam di hati Theo.

Di sinilah, menurut pengakuannya dalam wawancara terbaru, ia pertama kali merasakan “keindahan sejati sepak bola Italia” — sebuah permainan yang mengutamakan taktik, ketekunan, dan, tentu saja, keindahan suasana kota yang unik.

Kunjungan Spesial yang Membuat Publik Heboh
Belum lama ini, Theo Hernandez membuat kejutan dengan berkunjung ke Venice di tengah jadwal padatnya bersama AC Milan. Ia terlihat menyempatkan waktu menonton laga Venezia FC dari tribun VIP, mengenakan jaket kasual dan topi Venezia, yang langsung viral di media sosial.

Banyak yang berspekulasi: apakah ini sinyal ketertarikan membela Venezia di masa depan? Atau sekadar nostalgia pribadi?

Dalam wawancara singkatnya, Theo berkata:

“Venice adalah bagian dari perjalanan hidup saya. Bukan tentang besar kecilnya klub, tapi tentang bagaimana tempat ini membuat saya jatuh cinta lagi pada sepak bola.”

Simbol Cinta dalam Dunia Sepak Bola
Hubungan emosional seperti ini menjadi pengingat bahwa sepak bola tidak selalu soal uang dan trofi, tapi juga tentang perjalanan, kenangan, dan rasa cinta terhadap tempat-tempat yang menempa diri.

Theo Hernandez dan Venezia adalah gambaran sempurna betapa kuatnya romantisme dalam dunia yang kadang terlalu keras dan kompetitif.

Apakah masa depan akan membawa Theo kembali ke Kota Terapung, mungkin untuk mengakhiri kariernya di sana?
Hanya waktu yang bisa menjawab, tapi satu hal pasti: romantisme antara Theo Hernandez dan Venezia akan tetap abadi di hati para penggemar sepak bola Italia.

post

3 Tim yang Dibawa Scott Parker Promosi ke Premier League

PUSATSCORE , Usai pensiun pada 2017, Scott Parker langsung melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Sayangnya, prestasinya sebagai juru taktik tidak sementereng seperti saat masih aktif di lapangan. Sebagai pemain, Parker pernah menjadi juara English Premier League (EPL) bersama Chelsea pada 2004/2005. Sementara itu, sebagai pelatih, pencapaian terbaiknya hanyalah meraih tiket promosi kompetisi teratas di Inggris tersebut.

Meski begitu, ada satu catatan yang cukup membanggakan di balik keberhasilan Parker promosi ke EPL sebagai pelatih. Bukan hanya sekali, pria yang lahir di London pada 13 Oktober 1980 ini sudah melakukannya hingga tiga kali. Berikut tiga tim yang berhasil dibawa Scott Parker promosi dari Championship ke Premier League.

1. Scott Parker membawa Fulham promosi ke Premier League pada 2019/2020

Fulham menjadi tim pertama yang berhasil dibawa Scott Parker promosi ke Premier League. Klub asal London ini memang punya tempat istimewa di hati mantan pemain berposisi gelandang itu. Fulham merupakan tim pertama dalam karier kepelatihannya di level senior dan tim terakhir dalam perjalanannya sebagai seorang pemain.

Setelah pensiun sebagai pemain pada 2017, Parker bergabung terlebih dahulu dengan Tottenham Hotspur untuk menjadi pelatih tim U-17 mereka. Namun, setahun berselang, ia pulang ke Fulham untuk menjadi asisten pelatih. Pada 28 Februari 2019, manajemen Fulham memecat sang pelatih utama, Claudio Ranieri. Mereka lantas menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada Parker.

Saat mengambil alih, Fulham sedang berada di zona degradasi EPL. Parker tidak mampu membuat mereka bertahan di kompetisi ini. Namun, semusim kemudian, ia sukses mengantarkan mereka kembali ke kasta teratas. Mereka mampu mengalahkan Brentford dengan skor 2-1 pada final play-off Championship 2019/2020. Sayangnya, di EPL 2020/2021, Parker gagal membuat Fulham bertahan. Ia pun dipecat setelah musim selesai.

2. Scott Parker promosi ke Premier League 2022/2023 bersama AFC Bournemouth

Kurang dari sebulan setelah dilepas Fulham, Scott Parker langsung mendapat tantangan baru bersama AFC Bournemouth. Ia ditunjuk sebagai pelatih The Cherries dan dituntut untuk membawa mereka promosi ke Premier League. Parker berhasil melakukannya. Ia membawa AFC Bournemouth berakhir sebagai runner-up di Championship 2021/2022.

Sayangnya, Parker lagi-lagi tidak mampu menghadapi kerasnya persaingan EPL. Ia langsung dipecat ketika EPL 2022/2023 baru berjalan empat pekan. Pasalnya, pertandingan pamungkas Parker bersama AFC Bournemouth berakhir dengan begitu memalukan. Mereka dibantai Liverpool dengan skor 0-9 yang tercatat sebagai salah satu kekalahan terbesar dalam sejarah kompetisi ini.

3. Scott Parker memastikan Burnley kembali bermain Premier League pada 2025/2026

Burnley menjadi tim teranyar yang berhasil dibawa Scott Parker promosi ke Premier League. Pada Senin (21/4/2025), mereka mampu mengalahkan Sheffield United dengan skor 2-1. Hasil tersebut membuat The Clarets kini menghuni posisi kedua di Championship 2024/2025 dengan 94 poin. Angka tersebut tidak akan bisa lagi dikejar Sheffield United yang berada di bawahnya dengan 86 poin dan tinggal menyisakan 2 pertandingan.

Meski sudah mengantongi tiket promosi, Parker dan Burnley dipastikan tidak akan berhenti berjuang. Mereka akan berusaha untuk melengkapi pencapaian itu dengan gelar juara. Di klasemen, Burnley memiliki poin yang sama dengan Leeds United yang juga sudah mengunci satu tempat di EPL 2025/2026. Untuk dua pertandingan terakhir, Burnley akan menghadapi Queens Park Rangers (26/4/2025) dan Milwall (3/5/2025). Sementara, Leeds United akan melawan Bristol City (28/4/2025) dan Plymouth Argyle (3/5/2025).

Scott Parker sudah tiga kali promosi ke Premier League sebagai pelatih. Namun, dalam dua kesempatan pertama, ia selalu gagal membangun tim yang bisa bersaing. Parker tentu akan berusaha keras untuk memastikan hal tersebut tidak terjadi kembali ketika menemani Burnley di EPL 2025/2026.

post

4 Pemain Barcelona yang Pernah Menjadi Top Skor Liga Champions Eropa

PUSATSCORE , Barcelona berada di jalur tepat untuk menjuarai Liga Champions Eropa 2024/2025. Mereka sudah berhasil mencapai semifinal dan akan menghadapi Inter Milan. Selain itu, Blaugrana juga punya kans merebut gelar top skor melalui pemain mereka. Tak hanya satu, tetapi dua pemain sekaligus, yaitu Raphinha dan Robert Lewandowski.

Raphinha sudah mencetak 12 gol di Liga Champions musim ini. Sementara, Lewandowski menguntit dengan sebelas gol. Koleksi mereka memang masih kalah dari Serhou Guirassy, striker Borussia Dortmund yang membuat 13 gol. Namun, Dortmund sudah tersingkir sehingga Raphinha dan Lewandowski punya kans menyalip.

Maka, gelar top skor Liga Champions 2024/2025 mungkin akan diraih pemain Barcelona lagi. Sebelumnya, gelar tersebut sudah pernah diraih empat penggawa Blaugrana. Siapa saja mereka?

1. Ronald Koeman menjadi pemain tersubur di Liga Champions 1993/1994 dengan delapan gol

Pemain Barcelona pertama yang sukses menjadi top skor Liga Champions adalah Ronald Koeman. Semasa bermain, Koeman sebenarnya lebih sering beroperasi di lini belakang sebagai sweeper. Namun, pria Belanda itu juga terkenal sebagai pencetak gol ulung. Tak heran jika Koeman punya koleksi ratusan gol selama berkarier.

Koeman pun pernah menjadi pemain tersubur di Liga Champions pada 1993/1994. Ia mencetak 8 gol, termasuk 1 gol pada semifinal yang meloloskan Barcelona ke final. Sayangnya, Blaugrana takluk dari AC Milan pada partai puncak. Koeman pun gagal mengulang prestasinya membawa Barcelona juara Liga Champions pada 1991/1992.

2. Rivaldo membuat sepuluh gol di Liga Champions 1999/2000

Rivaldo juga pernah merebut gelar top skor Liga Champions bersama Barcelona. Gelandang serang asal Brasil itu melakukannya pada 1999/2000 dengan torehan sepuluh gol. Itu adalah rekor gol terbanyak Rivaldo dalam 1 musim Liga Champions. Sayangnya, ia hanya berhasil meloloskan Barcelona hingga semifinal saja.

Pada akhirnya, itu juga menjadi capaian terbaik Rivaldo di Liga Champions selama 5 tahun di Barcelona. Ia mencetak total 22 gol bagi Barcelona di Liga Champions tetapi tak pernah juara. Rivaldo baru mengangkat trofi Liga Champions saat berbaju AC Milan pada 2002/2003.

3. Lionel Messi enam kali menjadi top skor Liga Champions bersama Barcelona

Daftar ini tentu juga memuat Lionel Messi, top skor sepanjang masa Barcelona. Messi juga adalah pemain tersubur kedua dalam sejarah Liga Champions dengan 129 gol. Tak heran jika Messi punya enam gelar top skor Liga Champions, semuanya bersama Barca.

Empat gelar di antaranya bahkan diraih Messi secara beruntun pada 2009–2012. Gelar top skor pada 2008/2009 dan 2010/2011 pun berujung trofi juara bagi Barcelona. Messi juga mengawinkan trofi Liga Champions dengan gelar top skor pada 2014/2015. Sementara, kali terakhir ia menjadi pemain tersubur adalah pada 2018/2019.

Messi pun menjadi pengoleksi gelar top skor Liga Champions terbanyak kedua. Ia hanya kalah dari Cristiano Ronaldo, yang punya tujuh gelar. Uniknya, kedua pemain hanya pernah satu kali bersanding sebagai top skor, yaitu pada 2014/2015.

4. Neymar Jr bersanding dengan Messi di puncak daftar top skor Liga Champions 2014/2015

Gelar top skor Liga Champions 2014/2015 tak hanya dimenangi Messi dan Ronaldo. Ada satu pemain Barcelona lain yang setajam mereka, yaitu Neymar Jr. Ketiga pemain sama-sama mencetak sepuluh gol di Liga Champions musim tersebut. Namun, Messi dan Neymar lebih sukses karena mampu membawa Barcelona juara.

Gol-gol Neymar saat itu amat berperan dalam keberhasilan Barcelona. Ia mencetak enam gol pada fase knockout yang mengantarkan Barcelona ke final. Satu gol Neymar pada partai puncak pun menjadi pemasti kemenangan Barca atas Juventus. Sayangnya, ia hanya meraih satu trofi Liga Champions selama 4 musim membela Barcelona.

Raphinha dan Robert Lewandowski berpeluang menyusul capaian empat pemain di atas. Mereka juga punya kans membawa Barcelona juara Liga Champions untuk pertama kali sejak 2015. Menarik dinantikan seperti apa hasil perjuangan mereka.

post

5 Pencetak Gol Termuda Chelsea di Premier League

PUSATSCORE , Tyrique George mencetak gol pertamanya di English Premier League saat Chelsea menang comeback atas Fulham dengan skor 2-1 pada Minggu (20/4/2025). Dalam pertandingan ini, George berusia 19 tahun 75 hari. Catatan tersebut resmi membuatnya masuk daftar lima besar pencetak gol termuda Chelsea di EPL. Setidak per 24 April 2025

1. Tyrique George berusia 19 tahun 75 hari saat mencetak gol debut di Premier League

Chelsea mengalahkan Fulham dengan skor 2-1 pada pekan ke-33 Premier League 2024/2025, Minggu (20/4/2025). Sempat tertinggal oleh gol Alex Iwobi (20′), The Blues membalikkan keadaan lewat aksi Tyrique George (83′) dan Pedro Neto (90+3′). Bagi George, ini merupakan gol pertamanya di EPL.

Pemain berposisi winger tersebut menuntaskan sebuah bola liar di dalam kotak penalti. George mencetak gol ini pada usia 19 tahun 75 hari. Itu membuatnya menjadi pencetak gol termuda Chelsea kelima di EPL. Makin membanggakan, ia mengukir pencapaian tersebut sebagai supersub. Saat melawan Fulham, George memang baru masuk ke lapangan pada menit 78 untuk menggantikan Nicolas Jackson.

2. Callum Hudson-Odoi mencetak gol Premier League pertama pada usia 19 tahun 64 hari

Bergabung saat berusia 8 tahun, Callum Hudson-Odoi bermain untuk tim senior Chelsea pada 2018 hingga 2022. Di Premier League, ia mencatatkan 72 penampilan, 4 gol, dan 11 assist. Gol pertamanya untuk Chelsea di kompetisi ini tercipta pada 11 Januari 2020 saat berusia 19 tahun 64 hari.

Saat itu, winger setinggi 1,78 meter tersebut mencetak gol ketiga The Blues kala mengalahkan Burnley dengan skor 3-0. Hudson-Odoi menuntaskan sebuah umpan dari Cesar Azpilicueta pada menit 49. Sebelumnya, Chelsea sudah unggul berkat penalti Jorginho pada menit 27 dan sundulan Tammy Abraham pada menit 38.

3. Carlton Cole mencetak gol debut di Premier League saat berusia 18 tahun 167 hari

Carlton Cole, yang pernah bermain di Indonesia bersama Persib Bandung, berada di posisi ketiga dalam daftar pencetak gol termuda Chelsea di Premier League. Mantan penyerang setinggi 1,91 meter ini mengukir gol debutnya di EPL saat berusia 18 tahun 167 hari pada 27 April 2002. Kala itu, Cole membantu Chelsea mengalahkan Middlesbrough dengan skor 2-0. Ia menuntaskan umpan dari Jesper Gronkjaer dengan sundulan pada menit 38.

Seperti Tyrique George dan Callum Hudson-Odoi, Cole juga merupakan produk akademi Chelsea. Namun, kariernya di Stamford Bride memang tidak terlalu bagus. Ia hanya bermain bersama mereka sampai 2006 dengan catatan 32 penampilan dan 8 gol di seluruh kompetisi. Selama berkarier di EPL, Cole mencetak 51 gol dari 289 penampilan. Selain bersama Chelsea (4 gol), ia menorehkannya dengan seragam Charlton Athletic (4 gol), Aston Villa (3 gol), dan West Ham United (40 gol).

4. Neil Shipperley berusia 18 tahun 165 hari saat mencetak gol debut di Premier League

Neil Shipperley debut di Premier League bersama Chelsea pada 10 April 1993. Sayangnya, mantan penyerang asli Inggris ini tidak bisa membantu The Blues terhindar dari kekalahan atas Southampton dengan skor 0-1. Namun, 2 hari berselang, Shipperley menebus kegagalannya tersebut dengan sempurna. Ia mencetak gol pertamanya di kompetisi ini yang membawa Chelsea menang atas Wimbledon dengan skor 4-2. Saat itu, Shipperley berusia 18 tahun 165 hari.

Shipperly yang bermain penuh menutup pesta gol Chelsea ke gawang Wimbledon pada menit 85. Empat menit sebelumnya, ia juga menciptakan assist untuk gol ketiga yang dicetak John Spencer. Shipperly membela Chelsea sampai akhir 1994/1995. Ia meninggalkan mereka dengan torehan 7 gol dari 37 penampilan. Setelah itu, Shipperly berkiprah di EPL bersama Southampton (12 gol), Nottingham Forest (1 gol), dan Crystal Palace (7 gol). Ia pensiun pada 2007.

5. Mikael Forssell menjadi pencetak gol termuda Chesela di Premier League

Chelsea membuat kejutan pada bursa transfer musim panas 1999. Mereka merekrut seorang penyerang asal Finlandia bernama Mikael Forssell. Sosok setinggi 1,84 meter ini didapat secara gratis dari HJK Helsinki. Saat itu, Forssell baru berusia 17 tahun.

Setelah menunggu cukup lama, Forssell akhirnya mencatatkan debutnya di Premier League pada 31 Januari 1999. Sayangnya, mereka kalah dari Arsenal dengan skor 0-1. Pada 20 Februari 1999, Forssell membuka keran golnya di EPL. Ia mencetak satu gol yang membuat Chelsea menang atas Nottingham Forest dengan skor 3-1. Saat itu, ia berusia 17 tahun 342 hari.

Namun, karier Forssell di EPL tidak berlangsung lama. Total, ia hanya mencatatkan 126 penampilan dan 34 gol. Untuk Chelsea, Forssell bermain 33 kali dan mencetak 5 gol. Sisanya, ia mencatatkannya bersama Birmingham City.

Callum Hudson-Odoi, Carlton Cole, Neil Shipperley, dan Mikael Forssell tidak memiliki karier yang terlalu membanggakan bersama Chelsea. Padahal, mereka merupakan empat pencetak gol termuda klub di Premier League. Tyrique George sebagai pencetak gol termuda kelima tentu akan berjuang keras agar bisa memiliki nasib yang lebih baik.

post

Akhir Kisah 13 Tahun Jamie Vardy di Leicester City

PUSATSCORE –Jamie Vardy resmi pamit dari Leicester City, Kamis (24/4/2025) malam WIB. Vardy memutuskan tidak memperpanjang kontraknya yang bakal berakhir pada Juni 2025.

Keputusan tersebut sekaligus mengakhiri 13 tahun pengabdian Vardy bersama The Foxes. Momen ini tentu mengiris hati para penggemarnya, mengingat Vardy dan Leicester telah melalui banyak momen tak terlupakan bersama.

“Halo semuanya. Kepada para penggemar Leicester, kami sangat terpukul karena hari ini akhirnya tiba juga: waktu untuk mengucapkan selamat tinggal,” kata Vardy dalam pesan perpisahannya di Instagram Leicester.

1. Vardy dan kesetiaannya untuk Leicester

Pencinta sepak bola tentu tahu seberapa tajamnya Jamie Vardy di Premier League. Ketajamannya tersebut menjadi salah satu kunci keberhasilan Leicester meraih gelar Premier League pertamanya, musim 2015/16: sebuah pencapaian luar biasa yang mengguncang dunia sepak bola.

Di musim tersebut, Vardy nyaris menyempurnakan gelar Premier League dengan status top scorer. Cukup disayangkan, Vardy terpaut satu angka dari Harry Kane yang menyabet sepatu emas dengan 25 gol.

Meski demikian, Vardy mencatatkan rekor mengilap dengan mencetak gol dalam 11 laga secara beruntun. Vardy melewati rekor milik Ruud van Nistelrooy di Manchester United, 10 laga beruntun.

Setelah musim bersejarah tersebut, Vardy terus menunjukkan konsistensinya. Ia selalu mencetak dua digit gol dalam enam musim berturut-turut, hingga akhirnya berhasil meraih gelar top scorer Premier League pada musim 2019/20.

2. Vardy sedih tinggalkan Leicester

Vardy memang mengucapkan pesan perpisahannya dengan kepala tegak, tetapi tak bisa menyembunyikan hatinya yang teriris. Vardy begitu sedih, karena sudah melewati banyak momen tak terlupakan bersama Leicester.

Setelah membantu Leicester juara Premier League musim 2015/16, meraih gelar top scorer 2019/20, serta mengangkat trofi Piala FA 2020/21, Vardy akhirnya merasakan momen pahit. Itu karena Leicester terdegradasi pada musim 2022/23.

Ada opsi cabut untuk membela klub lain. Tetapi, Vardy enggan mengambil pilihan tersebut. Tak heran, mengingat Vardy pernah menolak pinangan dari Real Madrid: tawaran yang mungkin selalu diambil oleh pemain lain.

Kesetiaan Vardy berbuah manis. Dia sukses mengantarkan The Foxes kembali ke kasta tertinggi pada musim berikutnya.

“Saya telah menjalani 13 tahun yang luar biasa di klub ini, dengan banyak kesuksesan, beberapa masa sulit, tapi sebagian besar adalah momen-momen indah. Namun, sekarang waktunya saya mengucapkan selamat tinggal. Meski saya sangat sedih, saya rasa inilah waktu yang tepat,” ujar Vardy.

3. Kode Vardy kembali ke Leicester, jadi pelatih atau petinggi klub?

Sayangnya, Vardy pergi dengan luka, karena bertepatan dengan Leicester yang dipastikan degradasi pada musim ini. Vardy pun berharap Leicester bisa segera bangkit.

“Leicester akan selalu memiliki tempat yang sangat istimewa di hati saya, dan saya akan terus mengikuti perjalanan klub ini di masa mendatang. Saya berharap akan ada lebih banyak kesuksesan lagi untuk Leicester,” kata Vardy.

Vardy juga mengucapkan terima kasih kepada fans yang selalu setia mendukung Leicester. Pria 38 tahun itu memberikan kode akan kembali, tentu bukan sebagai pemain.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada kalian semua karena telah menerima saya sebagai bagian dari kalian. Untuk sekarang, ini adalah perpisahan saya. Tapi kalian akan melihat saya lagi, saya janji. Terima kasih,” ungkap Vardy.

post

Hasil Atletico Madrid vs Rayo Vallecano: Dominasi Total! Los Rojiblancos Menang 3-0

PUSAT,BOLA – Atletico Madrid kembali menunjukkan tajinya di La Liga setelah menggasak Rayo Vallecano dengan skor telak 3-0 di Civitas Metropolitano, dalam laga yang digelar Kamis dini hari waktu setempat. Tiga gol tanpa balas jadi bukti kekuatan lini serang dan kokohnya pertahanan skuad Diego Simeone.

Babak Pertama: Serangan Cepat, Gol Pembuka
Pertandingan baru berjalan 12 menit, Atletico langsung membuka keunggulan lewat sundulan keras Álvaro Morata usai menerima umpan silang dari Nahuel Molina. Gol tersebut membakar semangat para pendukung tuan rumah dan membuat Rayo mulai tertekan.

Babak Kedua: Semakin Menggila
Masuk babak kedua, Atletico Madrid tampil lebih agresif. Antoine Griezmann memperbesar keunggulan di menit ke-53 lewat aksi individunya yang memukau, mengecoh dua bek dan menaklukkan kiper Rayo dengan sepakan terukur ke tiang jauh.

Pesta gol ditutup oleh Marcos Llorente pada menit ke-78 setelah menerima umpan matang dari Rodrigo De Paul. Gol ini menjadi penegasan dominasi total Los Rojiblancos di laga tersebut.

Statistik Menarik:
Penguasaan bola: Atletico 58% – Rayo 42%

Total tembakan: Atletico 15 (7 on target) – Rayo 5 (1 on target)

Pemain terbaik: Antoine Griezmann (1 gol, 1 assist, rating 8.7)

Simeone Puas, Target 4 Besar Aman
Dengan kemenangan ini, Atletico mengamankan posisi mereka di zona Liga Champions dan semakin nyaman di peringkat ke-4 klasemen sementara. Pelatih Diego Simeone memuji kekompakan tim dan efektivitas penyelesaian akhir yang menurutnya “sangat ideal.”

“Hari ini kami bermain dengan tempo tinggi, bertahan dengan disiplin, dan memanfaatkan setiap peluang. Inilah Atletico Madrid yang saya suka,” ujar Simeone dalam konferensi pers pascalaga.

Kemenangan ini juga jadi modal berharga bagi Atletico untuk menghadapi jadwal berat ke depan, termasuk duel panas kontra Real Madrid dalam beberapa pekan mendatang.

post

Man of the Match Arsenal vs Crystal Palace: Eberechi Eze, Sang Seniman di Tengah Kekacauan

PUSAT,BOLA – Dalam pertandingan yang sarat gengsi antara Arsenal melawan Crystal Palace, satu nama mencuri perhatian publik Emirates Stadium: Eberechi Eze. Meskipun Crystal Palace datang sebagai tim tamu dan tak diunggulkan, Eze tampil memukau dan dinobatkan sebagai Man of the Match berkat permainan magisnya yang mengacak-acak lini tengah The Gunners.

Sejak peluit babak pertama dibunyikan, Eze tampil dengan percaya diri luar biasa. Ia menjadi pengatur ritme permainan Palace, bergerak lincah di antara garis tengah dan pertahanan Arsenal. Visi bermainnya luar biasa, dan setiap sentuhannya mengandung ancaman.

Puncaknya terjadi di menit ke-57, saat Eze mencetak gol spektakuler lewat sepakan bebas yang melewati pagar betis Arsenal dan menghujam ke sudut atas gawang. David Raya hanya bisa terpaku.

Statistik Eze:
1 Gol

3 Umpan Kunci

4 Dribel Sukses

91% Akurasi Umpan

Man of the Match Rating: 8.9

Menghancurkan Dominasi Arsenal
Meski Arsenal mendominasi penguasaan bola, kehadiran Eze membuat Palace tampak lebih efektif dan berbahaya saat menyerang balik. Ia berhasil memanfaatkan ruang di lini tengah yang ditinggalkan Declan Rice dan Odegaard untuk melancarkan serangan-serangan cepat.

“Dia adalah pemain yang sulit diprediksi. Dia punya kreativitas luar biasa dan membuat kami frustrasi sepanjang laga,” kata Mikel Arteta dalam konferensi pers pascalaga.

Tiket Menuju Tim Besar?
Performa Eze yang konsisten musim ini menambah spekulasi bahwa ia bisa segera bergabung dengan klub besar. Arsenal, Liverpool, dan bahkan Manchester City disebut-sebut sedang memantau sang playmaker Inggris tersebut.

Namun, untuk saat ini, Eze tetap menjadi permata paling bersinar di skuad Crystal Palace—seorang seniman lapangan hijau yang bisa membuat penonton berdiri dan bersorak hanya dengan satu gerakan.