
PUSATSCORE , Tottenham Hotspur menghadapi musim panas 2025 dengan pertanyaan besar di benak para pendukung. Siapa yang mampu memulihkan stabilitas klub setelah 2 musim penuh gejolak bersama Ange Postecoglou? Meski sang pelatih sukses mempersembahkan gelar juara pertama dalam 17 tahun, kekalahan dalam 22 dari 38 pertandingan liga membuat posisinya tak lagi dapat dipertahankan. Di tengah situasi tersebut, Thomas Frank muncul sebagai kandidat utama dengan rekam jejak yang mendekati kecocokan struktural, filosofi, dan ambisi klub.
Pelatih asal Denmark ini mengubah Brentford dari tim medioker di Championship Inggris menjadi pesaing papan atas English Premier League hanya dalam 7 tahun. Tak hanya menghadirkan hasil di lapangan, ia juga membangun identitas dan budaya yang kuat dalam klub dengan anggaran yang sangat terbatas. Dalam situasi Tottenham yang sedang mengalihkan fokus kepada pembangunan jangka panjang dan pengembangan pemain muda, pilihan terhadap Frank bukan sekadar alternatif, melainkan langkah strategis yang penuh pertimbangan.
1. Thomas Frank dikenal dengan fleksibilitas taktik yang komprehensif
Thomas Frank memiliki reputasi sebagai pelatih yang mampu beradaptasi dengan kebutuhan pertandingan secara kontekstual. Di Brentford, ia terbukti mampu menggunakan berbagai formasi, mulai dari 3-5-2 yang solid untuk meredam dominasi tim besar, seperti Manchester City dan Liverpool, hingga 4-2-3-1 yang lebih progresif demi mengakomodasi peran playmaker seperti Mikkel Damsgaard. Perubahan ini bukan semata-mata demi bertahan hidup. Ini sekaligus hasil dari perencanaan matang dan pembacaan lawan yang cermat.
Musim 2024/2025 mencatat transformasi penting dalam cara Brentford menguasai permainan. Menurut BBC, jumlah umpan berkelanjutan dengan 10 lebih umpan meningkat dari 245 pada musim sebelumnya menjadi 325. Ini mengindikasikan, Frank mulai menerapkan pendekatan penguasaan bola yang lebih terstruktur. Di tengah krisis performa Tottenham yang berakar dari pendekatan satu dimensi Ange Postecoglou, fleksibilitas ini menjadi solusi yang relevan dan menjanjikan.
Frank juga dikenal memiliki rencana taktik yang komprehensif. Rencana A untuk skenario normal, rencana B untuk meningkatkan agresivitas, dan rencana C untuk mengejar ketertinggalan. Dalam laga melawan Manchester City pada November 2022, Frank menggunakan pendekatan langsung dengan mengandalkan umpan panjang dari David Raya kepada Ivan Toney yang kemudian meneruskannya kepada Bryan Mbeumo. Selain efektif secara hasil, metode ini juga menunjukkan keberanian taktikal untuk melawan arus mainstream sepak bola Inggris.
2. Thomas Frank sukses mentransformasi peran pemain muda dan senior
Keberhasilan Thomas Frank di Brentford terukur dari caranya membangun klub dari bawah. Ketika ia diangkat sebagai kepala pelatih pada 2018, Brentford berada di peringkat tengah Championship. Dalam 3 tahun, ia membawa klub tersebut promosi ke Premier League setelah mengalahkan Swansea City pada final play-off 2021. Sejak itu, Brentford mampu bertahan di kasta tertinggi sepak bola Inggris, bahkan menembus posisi sepuluh besar 2024/2025 meski sebagai salah satu klub dengan anggaran operasional terendah di liga.
Penting untuk dicatat, keberhasilan tersebut lahir dari filosofi yang konsisten dan perencanaan matang. Frank mengembangkan pemain-pemain seperti Bryan Mbeumo, Yoane Wissa, dan Kevin Schade dari bakat mentah menjadi pencetak gol andalan. tiga nama ini mencetak total 50 gol di Premier League 2024/2025 lalu.
Model pengembangan ini sangat sejalan dengan arah baru Tottenham di bawah Direktur Olahraga Johan Lange. Ia mengenal Frank sejak bekerja di klub Denmark, Lyngby. Dengan pemain muda seperti Lucas Bergvall dan Archie Gray yang kini menghiasi skuad Spurs, kehadiran Frank berpotensi mengoptimalkan potensi generasi berikutnya.
Selain itu, Frank juga punya pengalaman dalam mengubah posisi dan karakter pemain. Ollie Watkins, yang awalnya beroperasi sebagai winger, dikembangkan menjadi striker yang efektif. Bahkan pemain senior seperti Ben Mee dan Pontus Jansson pun mampu meningkatkan level permainannya di bawah bimbingan Frank. Filosofi ini menunjukkan, Frank bukan hanya mampu membina bakat muda, melainkan juga mampu meningkatkan kualitas semua elemen dalam skuad.
3. Sikap rendah hati Thomas Frank diharapkan mampu mendinginkan ruang ganti Spurs
Dalam dunia sepak bola modern yang penuh tekanan dan ego besar, Thomas Frank membawa pendekatan yang lebih membumi dan inklusif. Ia dikenal sebagai pemimpin yang sangat personal, memperhatikan kondisi mental dan emosional pemainnya. Prinsip “no d***head policy” yang ia terapkan di Brentford memastikan tiap anggota skuad adalah individu yang berkualitas secara teknis dan memiliki karakter positif.
Kepemimpinan Frank juga terlihat dalam manajemen emosional usai pertandingan. Ia menerapkan aturan 24 jam untuk para pemain memproses hasil pertandingan sebelum kembali fokus ke laga berikutnya, baik dalam kemenangan maupun kekalahan. Nilai “percaya diri, tetapi rendah hati” menjadi mantra yang diulang-ulang dalam ruang ganti Brentford. Pendekatan ini sangat penting, mengingat hubungan antara pemain dan manajemen Tottenham yang dikabarkan memanas pascapemecatan Postecoglou.
Gaya komunikasi Frank juga patut digarisbawahi. Ia rutin berinteraksi langsung dengan pemain saat pertandingan berlangsung, menggunakan taktik visual melalui papan strategi, dan terbuka terhadap dialog dua arah. Ini berbeda dengan pendekatan feodalistik yang diterapkan pelatih seperti Jose Mourinho atau Antonio Conte yang kerap menciptakan jarak dengan pemain. Di tengah tekanan tinggi di klub seperti Tottenham, empati dan keterbukaan ini bisa menjadi aset besar dalam membangun kohesi tim.
Meskipun bukan pelatih sensasional dengan rekam jejak Eropa yang mencolok, Thomas Frank memiliki kecerdasan taktis, pendekatan yang humanis, dan visi jangka panjang yang sangat krusial bagi Tottenham Hotspur. Jika diberi waktu dan kepercayaan, ia berpotensi menjadi fondasi revolusi baru bagi The Lilywhites.