VAR Generasi 2.0 dengan AI Resmi Dipakai di Liga Champions, Kontroversi “Pelanggaran Virtual” Memecah Belah Dunia Sepak Bola

PUSATSPORT – UEFA resmi meluncurkan VAR Generasi 2.0 berbasis kecerdasan buatan (AI) di Liga Champions musim ini. Teknologi ini tidak hanya memantau offside dan pelanggaran kasar, tetapi juga mendeteksi “pelanggaran virtual” seperti obstruksi lari dan blokir garis umpan yang tak terlihat mata manusia. Keputusan ini memicu pro-kontra sengit, terutama setelah gol Kylian Mbappé (PSG) dibatalkan karena “gangguan virtual” dalam laga kontra Bayern Munich.


Cara Kerja VAR 2.0: AI, Sensor Tubuh, dan 50 Kamera

Sistem ini mengombinasikan:

  1. AI Pelacak Gerakan: 50 kamera 360° di stadion merekam pergerakan 22 pemain dengan resolusi 8K.
  2. Sensor Biometrik: Pemain memakai kaus dalam berisi sensor untuk mengukur kecepatan lari, tekanan otot, dan sudut pandang.
  3. Algoritma Prediktif: AI menganalisis data untuk memprediksi “peluang umpan terhalang” atau “ruang gerak yang direbut ilegal”.

Contoh kasus: Saat PSG vs Bayern (15/9), gol Mbappé dianulir karena AI mendeteksi “Leon Goretzka (Bayern) menghalangi garis umpan virtual Gavi (PSG) meski berada 3 meter dari bola”.


Kontroversi “Pelanggaran Virtual”: Apa yang Dianggap Pelanggaran?

Menurut dokumen UEFA, pelanggaran virtual didefinisikan sebagai:

  • Obstruksi Virtual: Menghalangi pergerakan pemain lawan tanpa kontak fisik, tetapi dianggap mengganggu “jalur permainan optimal”.
  • Blokir Upan Siluman: Posisi tubuh yang menghambat opsi umpan pemain, meski tak ada upaya merebut bola.

“Ini seperti menghukum seseorang karena niat jahat, bukan tindakan nyata,” protes pelatih PSG, Luis Enrique, setelah kekalahan 1-2 dari Bayern.


Dukungan dan Kritik

  • Pendukung:
    Arsène Wenger, Direktur Pengembangan FIFA, menyatakan: “Ini evolusi logis. Sepak bola harus adil, dan AI bisa melihat apa yang manusia lewatkan.”
    Pelatih Bayern Munich, Julian Nagelsmann, tambahkan: “Gol yang dibatalkan untuk PSG adalah bukti sistem bekerja.”
  • Penentang:
    Pep Guardiola (Manchester City) geram: “Kita sedang merusak esensi sepak bola. Wasit sekarang hanya jadi boneka algoritma.”
    Fans di media sosial ramai membuat meme dengan tagar #RobotBola dan #KembalikanHumanError.

Kasus Lain yang Menggegerkan

  1. Inter Milan vs Real Madrid: Gol Lautaro Martínez dibatalkan karena AI menilai Denzel Dumfries (rekan setim) “menghalangi persepsi kiper” lewat posisi offside non-aktif.
  2. Liverpool vs Ajax: Mohamed Salah dituduh “mengganggu konsentrasi bek” dengan gerakan tangan, menyebabkan tendangan penalti untuk Ajax.

Teknologi di Balik Kontroversi

VAR 2.0 dikembangkan oleh Google DeepMind dan Siemens, dengan klaim akurasi 99,8%. Namun, pakar sepak bola seperti Javier Zanetti ragu:
“AI dilatih dengan data liga Eropa. Bagaimana dengan gaya bermain berbeda di Amerika Selatan atau Asia? Ini bias teknologi.”


Masa Depan VAR 2.0

UEFA berencana uji coba sistem ini di Euro 2026. Namun, tekanan dari asosiasi pelatih dan pemain memaksa mereka mempertimbangkan:

  • Threshold Intervensi: Hanya pelanggaran virtual dengan dampak “kritis” yang akan dihukum.
  • Opsi Challenge: Kapten tim bisa “menantang” keputusan VAR 2.0 sekali per pertandingan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *