post

Man of the Match Lazio vs Juventus: Michele Di Gregorio

PUSAT SCORE – Michele Di Gregorio pantas ditunjuk sebagai pemain terbaik alias man of the match Lazio vs Juventus. Dia jadi salah satu faktor keberhasilan Bianconeri mengamankan satu poin lewat hasil imbang 1-1.

Minggu 10 Mei 2025, Juventus menyambangi Lazio di Olimpico Stadium dalam duel lanjutan Serie A 2024/2025. Laga ini krusial bagi kedua tim yang jadi rival dalam perebutan tiket Liga Champions musim depan.

Sesuai prediksi, laga berlangsung alot. Lazio tampil lebih baik secara keseluruhan. 45 menit pertama berakhir dengan skor 0-0.

Juve lantas unggul lewat gol Randal Kolo Muani di menit ke-51. Namun, kartu merah Pierre Kalulu (60′) membuat Lazio bermain lebih lepas, hingga menyamakan kedudukan lewat aksi Matian Vecino di menit ke-90+6.

Hasil imbang ini tidak mengubah posisi kedua tim yang masih kejar-kejaran untuk finis di empat besar klasemen akhir Liga Italia 2024/2025.

Penyelamatan-Penyelamatan Di Gregorio

Di Gregorio tampil sangat baik di bawah mistar. Lazio memang bermain lebih ofensif di laga ini dengan lebih banyak peluang, beruntung Juve punya kiper tangguh.

Secara keseluruhan, kiper 27 tahun ini membuat 5 penyelamatan penting. Meski kebobolan di menit-menit akhir, Di Gregorio tampil sangat baik selama 90 menit sebelumnya.

Lebih rinci, kiper Italia ini membuat 3 diving save, 3 lemparan, 1 high claim, dan 8 recoveries. Di Gregorio juga membuat 35 sentuhan bola dan 14 umpan akurat.

Aksi dan kontribusi Di Gregorio di laga ini diberi rapor 8 oleh FotMob, tertinggi di antara pemain lain di lapangan.

Susunan Pemain

LAZIO (4-2-3-1): Christos Mandas; Adam Marusic (65′ Manuel Lazzari), Mario Gila, Alessio Romagnoli, Luca Pellegrini; Matteo Guendouzi, Nicolo Rovella (65′ Matias Vecino); Gustav Isaksen (53′ Pedro Rodriguez), Fisayo Dele-Bashiru (53′ Boulaye Dia), Mattia Zaccagni; Valentin Castellanos.

JUVENTUS (3-5-2): Michele Di Gregorio; Pierre Kalulu, Renato Veiga, Nicolo Savona; Alberto Costa (79′ Douglas Luiz), Weston McKennie, Manuel Locatelli, Khephren Thuram, Timothy Weah; Nicolas Gonzalez (46′ Chico Conceicao; 86′ Federico Gatti), Randal Kolo Muani (76′ Vasilije Adzic; 86′ Dusan Vlahovic).

Untuk Nonton Live Streaming Bola Bisa Langsung Ke PUSAT SCORE

post

Juventus Gagal Menang di Kandang Lazio, Skor Akhir 1-1

PUSAT SCORE – Juventus bermain imbang 1-1 dengan tuan rumah Lazio dalam duel alot 90 menit. Bianconeri unggul lebih dahulu, tapi Lazio menyamakan kedudukan menit-menit akhir.

Sabtu 10 Mei 2025, Juventus menyambangi Lazio di Olimpico Stadium dalam duel lanjutan Serie A 2024/2025. Laga ini krusial bagi kedua tim yang jadi rival dalam perebutan tiket Liga Champions musim depan.

Sesuai prediksi, laga berlangsung alot. Lazio tampil lebih baik secara keseluruhan. 45 menit pertama berakhir dengan skor 0-0.

Juve lantas unggul lewat gol Randal Kolo Muani di menit ke-51. Namun, kartu merah Pierre Kalulu (60′) membuat Lazio bermain lebih lepas, hingga menyamakan kedudukan lewat aksi Matian Vecino di menit ke-90+6.

Hasil imbang ini tidak mengubah posisi kedua tim yang masih kejar-kejaran untuk finis di empat besar klasemen akhir Liga Italia 2024/2025.

Jalannya Pertandingan

Pada awal pertandingan, Juventus menunjukkan ancaman pertama. Fisayo Dele-Bashiru yang digerakkan oleh Matteo Guendouzi mampu melepaskan tembakan yang terhalang oleh kiper Michele Di Gregorio. Di sisi lain, Di Gregorio juga harus bekerja keras menepis tembakan silang dari Gustav Isaksen.

Keadaan semakin memanas saat Juventus berhasil mencetak gol pembuka di babak kedua. Weston McKennie memberikan umpan silang dari sisi kiri yang disambut dengan kepala Kolo Muani, yang berhasil memecah kebuntuan. Skor 1-0.

Namun, keunggulan Juventus terguncang setelah Pierre Kalulu menerima kartu merah langsung akibat tindakan tidak terpakai dalam duel dengan Taty Castellanos. VAR menganalisis kejadian tersebut dan menunjuk keputusan yang lebih keras untuk Juventus, yang membuat mereka harus bermain dengan sepuluh orang.

Lazio pun langsung memanfaatkan peluang itu untuk menyerbu pertahanan Juventus. Mario Gila hampir menyamakan kedudukan lewat sundulan yang diblok oleh Di Gregorio. Pedro juga mencoba peruntungan dengan tembakan jarak jauh, yang sayangnya melambung di atas gawang.

Keputusan pelatih Tudor sempat mengejutkan ketika ia menarik dua pemain pengganti, Francisco Conceicao dan Vasilije Adzic, untuk menggantikan mereka dengan Dusan Vlahovic dan Gatti. Keputusan ini menunjukkan bahwa Lazio semakin dominan meskipun Juventus berjuang keras mempertahankan hasil imbang.

Drama semakin memuncak pada menit ke-88, saat Lazio mendapat penalti akibat umpan belakang buruk dari Nicolo Savona yang membuat Di Gregorio menabrak Castellanos. Namun, VAR menegaskan bahwa Castellanos sudah dalam posisi offside, sehingga penalti dibatalkan.

Puncak ketegangan terjadi di masa injury time, saat Di Gregorio menunjukkan kemampuan luar biasa dengan menyelamatkan tendangan Boulaye Dia yang mengarah ke tiang gawang.

Namun, ia tak mampu berbuat banyak saat sundulan Castellanos ditepisnya dan Vecino menyambut bola rebound untuk mencetak gol di menit ke-90+6. Skor 1-1.

Statistik Lazio vs Juventus

Tembakan: 19 – 8
Tembakan tepat sasaran: 6 – 3
Penguasaan bola: 58% – 42%
Operan: 440 – 344
Akurasi operan: 86% – 83%
Pelanggaran: 14 – 10
Kartu kuning: 5 – 4
Kartu merah: 0 – 1
Offside: 1 – 1
Tendangan sudut: 3 – 3

Susunan Pemain

LAZIO (4-2-3-1): Christos Mandas; Adam Marusic (65′ Manuel Lazzari), Mario Gila, Alessio Romagnoli, Luca Pellegrini; Matteo Guendouzi, Nicolo Rovella (65′ Matias Vecino); Gustav Isaksen (53′ Pedro Rodriguez), Fisayo Dele-Bashiru (53′ Boulaye Dia), Mattia Zaccagni; Valentin Castellanos.

JUVENTUS (3-5-2): Michele Di Gregorio; Pierre Kalulu, Renato Veiga, Nicolo Savona; Alberto Costa (79′ Douglas Luiz), Weston McKennie, Manuel Locatelli, Khephren Thuram, Timothy Weah; Nicolas Gonzalez (46′ Chico Conceicao; 86′ Federico Gatti), Randal Kolo Muani (76′ Vasilije Adzic; 86′ Dusan Vlahovic).

Untuk Nonton Live Streaming Bola Bisa Langsung Ke PUSAT SCORE

post

Southampton Vs Man City: Haaland Main dari Awal? Lihat Nanti

PUSAT BOLA – Manajer Manchester City Pep Guardiola senang Erling Haaland sudah pulih. Tapi, Pep belum tahu apakah Haaland bisa jadi starter saat bertemu Southampton.
Haaland mendapat cedera engkel saat menghadapi Bournemouth 30 Maret, yang membuatnya sempat divonis akan absen hingga musim ini berakhir. Namun, pemulihan Haaland berjalan lancar dan dia sudah berlatih lagi bulan April.

Bahkan Haaland dalam wawancara dengan ESPN, mengaku siap main saat City melawat ke St Mary’s, Sabtu (10/5/2025) malam WIB, kala bertemu Southampton.

Ini tentu jadi kabar baik untuk City yang mengincar tiga poin demi mengamankan tiket Liga Champions. Apalagi City juga dalam tren positif berbekal lima kemenangan beruntun.

Terkait kondisi Haaland, Guardiola juga turut bahagia mendengar pemain Norwegia itu sudah bisa diturunkan lagi. Namun, Guardiola belum tahu apakah Haaland bisa bermain sedari menit awal atau tidak.

“Dia sudah fit. Kita lihat besok, apakah dia jadi starter atau tidak,” ujar Guardiola seperti dikutip ESPN.

“Ini laga yang penting. Dimulai dari 0-0, laga yang luar biasa pastinya. Hanya ada tiga laga tersisa dan kami menghormati mereka.”

Haaland sudah bikin 30 gol dari 40 penampilan musim ini. Sayangnya, gelandang City Rodri masih absen karena kondisinya belum fit betul setelah cedera ligamen lutut September lalu.

post

“Liverpool Vs Arsenal: Conor Bradley Starter”

PUSAT BOLA – Liverpool dipastikan akan menurunkan Conor Bradley sebagai starter di laga kontra Arsenal. Apakah ini pertanda Trent Alexander-Arnold sudah selesai?
Liverpol akan menghadapi Arsenal di Anfield, Minggu (11/5/2025) malam WIB, dalam lanjutan Liga Inggris pekan ke-36. Arsenal akan memberikan Guard of Honour kepada Liverpool selaku juara Liga Inggris.

Liverpool diprediksi akan merotasi skuadnya lagi seperti saat dikalahkan Chelsea pekan lalu. Satu posisi yang sudah pasti akan dirotasi adalah bek kanan.

Trent yang pekan lalu jadi starter harus menyerahkan tempatnya kepada Bradley, selama ini jadi deputinya. Keputusan ini mengundang pertanyaan, apakah Liverpool tidak mau lagi memakai Trent di sisa musim setelah pengumuman kepergiannya?

Manajer The Reds Arne Slot menyebut Bradley butuh bermain rutin sebagai starter demi persiapan musim depan. Sebab Bradley kemungkinan besar akan menggantikan Trent di posisi bek kanan.

Ditambah Bradley sempat absen lama karena cedera hamstring sehingga butuh mengembalikan kebugarannya. Bradley baru main 26 kali dengan torehan tiga assist musim ini.

“Tolong jangan bandingkan Conot dengan Trent, menurut saya mereka pemain berbeda. Kita semua sudah lihat potensi Conor, tapi saya dan dia sempat mengelilingi Stamford Bridge pekan lalu dan saya kaget ketika dia bilang itu adalah kunjungan pertama. Saya rasa dia sudah jauh berkembang ketimbang laga tandang pertamanya ke Chelsea,” ujar Slot di ESPN.

“Dia pemain bagus, tapi sayangnya Conor tidak fit sepanjang musim. Untuk jadi pemain hebat, Anda harus bermain rutin setiap pekannya dan itulah langkah awal yang harus diambilnya musim depan, tapi kami yakin betul dengannya. Conor akan main jadi starter akhir pekan ini, karena dia butuh jam terbang agar lebih siap musim depan.”

post

4 Pemain Jerman yang Cetak Brace untuk Klub Italia di Kompetisi Eropa

PUSATSCORE , Beberapa pesepak bola Jerman memiliki rekam jejak mentereng kala bermain di kompetisi antarklub Eropa bersama klub Italia. Salah satunya dengan mencetak brace atau 2 gol dalam 1 laga di Liga Champions Eropa (UCL), Liga Europa (UEL), dan Liga Konferensi Eropa (UECL). Sebagian besar dari mereka merupakan legenda sepak bola Jerman yang mampu bersinar di Italia.

Berikut empat pemain Jerman yang menorehkan brace kala membela klub Italia di kompetisi antarklub Eropa.

1. Helmut Haller menorehkan brace untuk Juventus pada Piala UEFA 1971/1972

Helmut Haller pertama kali mendarat di sepak bola Italia kala didatangkan Bologna dari FC Augsburg pada Juli 1962. Ia kemudian hengkang ke Juventus pada Juli 1968. Haller menjadi andalan lini depan Juventus selama 5 tahun pada 1968–1973.

Ia mencetak 33 gol dalam 174 pertandingan di semua kompetisi bersama La Vecchia Signora. Dari 33 gol tersebut, 4 di antaranya tercipta di Piala UEFA, format lama dari Liga Europa. Haller mencetak gol perdananya di Piala UEFA dengan brace dalam kemenangan Juventus 6-0 atas Marsa FC pada 15 September 1971. Ia menorehkan gol terakhir di Piala UEFA sebagai pemain Juventus saat takluk 1-2 dari Wolverhampton Wanderers pada leg kedua perempat final pada 22 Maret 1972.

2. Karl-Heinz Rummenige mencetak brace dua kali pada Piala UEFA 1984–1986

Karl-Heinz Rummenige merantau ke Italia kala bergabung dengan Inter Milan pada Juli 1984. Ia meninggalkan Bayern Muenchen setelah mengabdi selama 10 tahun pada 1974–1984. Rummenige mampu tampil apik kala berseragam Inter Milan pada 1984–1987.

Salah satunya dengan mencetak brace dua kali di Piala UEFA pada 1984–1986. Rummenige mencetak dua gol kala Inter Milan menang 3-1 atas FC Koeln pada leg kedua perempat final Piala UEFA pada 20 Maret 1985. Ia menorehkan brace keduanya dalam kemenangan Inter Milan 5-1 atas FC St. Gallen pada leg pertama ronde pertama Piala UEFA pada 18 September 1985. Rummenige mencetak total 42 gol dalam 107 laga di semua kompetisi selama 3 tahun membela Inter Milan.

3. Rudi Voeller mencetak hattrick dua kali kala membela AS Roma pada Piala UEFA 1990/1991

Rudi Voeller bergabung dengan AS Roma dari Werder Bremen pada Juli 1987. Ia mampu menampilkan performa terbaiknya dengan catatan 68 gol dalam 198 pertandingan di semua kompetisi pada 1987–1992. Salah satu penampilan terapik Voeller bersama AS Roma terjadi kala berlaga di Piala UEFA pada 1990/1991.

Ia mencetak 10 gol dalam 12 laga dari babak pertama sampai final. Voeller bahkan menorehkan hattrick dua kali kala AS Roma membantai Girondins de Bordeaux 5-0 pada leg pertama 16 besar pada 12 Desember 1990. Torehan trigol keduanya tercipta dalam kemenangan AS Roma 3-2 atas RSC Anderlecht pada leg kedua perempat final Piala UEFA pada 20 Maret 1991. Sayangnya, ia gagal mengantarkan AS Roma menjuarai Piala UEFA usai kalah agregat 1-2 dari Inter Milan di final.

4. Robin Gosens mencetak brace untuk Fiorentina di semifinal UECL pada 2024/2025

Robin Gosens membangun reputasinya sebagai pemain serbabisa di sektor kiri kala membela Atalanta pada Juli 2017–Januari 2022. Ia sempat berseragam Inter Milan dan FC Union Berlin. Gosens kemudian dipinjamkan Union Berlin kepada Fiorentina pada Agustus 2024.

Ia menampilkan permainan impresif kala berlaga di Liga Konferensi dengan catatan 3 gol dan 4 assist dalam 8 pertandingan dari fase liga sampai semifinal. Gosens mencetak brace kala Fiorentina imbang 2-2 kontra Real Betis pada leg kedua semifinal UECL pada 8 Mei 2025. Sayangnya, Fiorentina gugur setelah kalah agregat 3-4 dari Real Betis.

Keempat pemain Jerman di atas rata-rata mampu menampilkan permainan apik kala membela klub-klub Italia. Namun, belum ada dari mereka yang mampu mengantarkan klubnya menjuarai kompetisi antarklub Eropa.

Pencapaian terbaik Haller kala mengantarkan Juventus ke final Piala Champions, format lama Liga Champions, pada 1972/1973. Begitu juga dengan Gosens yang menjadi runner-up UCL bersama Inter Milan pada 2022/2023. Sementara itu, Voeller gagal menjuarai Piala UEFA 1990/1991 bersama AS Roma setelah kalah agregat 1-2 dari Inter Milan.

post

3 Pencetak Gol Tertua dalam Sejarah Semifinal UCL

PUSATSCORE , Berstatus sebagai pesepak bola veteran dengan berusia lebih dari 35 tahun bukan menjadi halangan dalam mencetak gol di semifinal Liga Champions Eropa (UCL). Torehan gol yang dicetak beberapa pemain senior itu berperan penting bagi perjalanan timnya kala melaju ke final UCL.

Tidak hanya itu, mereka tercatat sebagai pencetak gol tertua dalam sejarah semifinal UCL. Namun, belum ada yang berhasil menjuarai UCL setelah menorehkan gol di semifinal. Berikut tiga pencetak gol tertua dalam sejarah semifinal UCL. 

1. Ryan Giggs membobol gawang Schalke 04 saat berusia 37 tahun 148 hari

Ryan Giggs merupakan salah satu talenta Wales terbaik jebolan akademi Manchester United. Ia termasuk anggota dari Class of ’92 atau pemain muda akademi MU yang diorbitkan Sir Alex Ferguson pada musim perdana liga Inggris dengan format English Premier League (EPL) pada 1992/1993. Giggs dikenal sebagai pelari cepat dengan kemampuan dribel, visi permainan, dan naluri mencetak gol tajam. Ia menjadi bagian penting kala MU menciptakan sejarah dengan menjadi klub Inggris pertama yang meraih treble winner pada 1998/1999. Giggs menghabiskan seluruh kariernya sebagai pesepak bola dengan membela Manchester United pada November 1990–Juli 2014.

Selain menjuarai EPL, Liga Champions, dan Piala FA pada 1998/1999, Giggs telah menciptakan beragam momen dan rekor selama membela The Red Devils. Salah satunya menjadi pencetak gol tertua dalam sejarah semifinal UCL. Rekor tersebut tercipta kala Manchester United menang 2-0 atas Schalke pada leg pertama semifinal UCL pada 2010/2011. Giggs memecahkan kebuntuan MU dengan menorehkan gol usai memaksimalkan assist Wayne Rooney pada menit ke-67. Ia ketika itu sudah berusia 37 tahun 148 hari.

2. Francesco Acerbi mencetak gol ke gawang Barcelona saat berusia 37 tahun 85 hari

Francesco Acerbi mengalami perjalanan karier yang berlika-liku. Ia sering kali berpindah-pindah klub usai diorbitkan akademi Pavia ke tim utama pada 2007. Acerbi pernah membela Reggina, Genoa, Chievo Verona, AC Milan, dan Sassuolo. Kariernya mulai meningkat ketika bermain untuk Lazio asuhan Simone Inzaghi pada 2018–2022. Acerbi lalu mengikuti Inzaghi yang pindah ke Inter Milan pada September 2022. Ia turut mengantarkan Inter Milan mencapai final Liga Champions pada 2022/2023.

Acerbi kemudian menjuarai Serie A bersama I Nerazzurri pada 2023/2024. Ia masih menjadi andalan lini belakan Inter Milan pada 2024/2025. Acerbi menciptakan momen epik kala menghadapi Barcelona pada leg kedua semifinal UCL yang berlangsung di stadion Giuseppe Meazza pada 6 Mei 2025.

Inter Milan kala itu tertinggal 2-3 dari Barcelona usai Raphinha mencetak gol pada menit ke-87. Acerbi berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3 lewat golnya usai menyelesaikan umpan matang Denzel Dumfries pada menit 90+3. Ia menjadi pencetak gol tertua dalam sejarah semifinal UCL dengan usianya yang sudah memasuki 37 tahun 85 hari. Inter Milan berhasil melaju ke final UCL 2024/2025 dengan kemenangan 4-3 atas Barcelona usai Davide Frattesi mencetak gol pada menit ke-99.

3. Edin Dzeko menorehkan gol kontra AC Milan di semifinal UCL ketika berusia 37 tahun 54 hari

Edin Dzeko menjadi salah satu pesepak bola yang memiliki kebugaran prima dan naluri mencetak gol tajam saat usianya sudah lebih dari 35 tahun. Ia membuktikannya kala membela Inter Milan pada 2021–2023. Dzeko menjadi bagian penting dalam perjalanan Inter Milan mencapai final Liga Champions. Salah satunya dengan mencetak gol saat melakoni derbi Della Madonina kontra AC Milan di semifinal.

Dzeko menorehkan gol pertama Inter Milan saat pertandingan baru berjalan 8 menit. Ia memamksimalkan umpan matang Hakan Calhanoglu lewat sepakan kaki kirinya. Dzeko kala itu sudah berusia 37 tahun 54 hari. Inter Milan lolos ke final UCL 2022/2023 dengan unggul agregat 3-0 atas AC Milan. Sayangnya, I Nerazzurri takluk 0-1 dari Manchester City di final.

Ketiga pemain di atas merupakan bukti nyata dari pribahasa tua-tua keladi yang memiliki arti makin tua makin jadi. Mereka menunjukkan naluri mencetak gol tajam meski sudah berusia 37 tahun. Namun, Giggs dan Dzeko sama-sama gagal mengantarkan klubnya menjuarai UCL usai kalah di final. Acerbi kini memiliki kesempatan kedua untuk membawa Inter Milan meraih gelar juara UCL 2024/2025. Mampukah ia dan rekan-rekannya mengalahkan Paris Saint-Germain (PSG) di final yang berlangsung di Allianz Arena, Muenchen, pada 1 Juni 2025?

post

5 Legenda Sepak Bola yang Pernah Membela Barcelona dan Inter Milan

PUSAT SCORE – Barcelona dan Inter Milan akan saling berhadapan di semifinal Liga Champions musim ini. Kedua tim adalah raksasa Eropa dan menjadi satu-satunya dari empat tim tersisa yang pernah menjuarai Liga Champions.

Laga leg pertama semifinal akan digelar di Estadi Olimpic Lluis Companys pada Kamis (1/5/2025) dini hari WIB. Pertandingan ini diprediksi menjadi salah satu duel klasik yang dinanti para pencinta sepak bola.

Sepanjang sejarah, Barcelona dan Inter sudah beberapa kali saling bertemu di ajang Eropa. Pertemuan mereka selalu menghadirkan pertandingan sengit dan penuh gengsi.

Menariknya, ada sejumlah legenda sepak bola yang pernah membela kedua klub besar tersebut. Mereka tidak hanya bermain, tetapi juga memberikan kontribusi penting untuk masing-masing tim.

Berikut ini adalah lima legenda sepak bola dunia yang pernah bermain untuk FC Barcelona dan Inter Milan. Mereka dikenang oleh kedua suporter karena prestasi gemilang yang ditorehkan.

1. Samuel Eto’o

Samuel Eto’o adalah salah satu penyerang terbaik di era modern. Ia menjadi pemain kunci di Barcelona dan juga sukses besar di Inter Milan.

Eto’o tampil dalam 199 pertandingan bersama Barcelona dan mencetak 130 gol. Setelah itu, ia bermain 102 kali untuk Inter dan menyumbang 53 gol.

Puncak karier Eto’o terjadi ketika ia meraih treble bersama Barcelona pada musim 2008/2009. Setahun kemudian, ia mengulang prestasi itu bersama Inter di musim 2009/2010.

2. Ronaldo Nazario

3. Zlatan Ibrahimovic

Zlatan Ibrahimovic dikenal sebagai striker yang pernah membela banyak klub besar. Dua di antaranya adalah Inter Milan dan Barcelona.

Pemain asal Swedia itu tampil dalam 117 laga untuk Inter dan mencetak 66 gol. Di Barcelona, ia mencatatkan 46 penampilan dan 22 gol.

Zlatan memenangkan tiga gelar liga bersama Inter dan satu gelar liga bersama Barcelona. Meski kariernya di Spanyol singkat, ia tetap mencetak banyak gol.

4. Luis Figo

Luis Figo adalah legenda asal Portugal yang dikenal karena kemampuannya dan juga transfer kontroversialnya. Ia sempat membela Barcelona dan kemudian Inter Milan.

Figo bermain sebanyak 249 kali untuk Barcelona dan mencetak 45 gol serta 90 assist. Setelah menjadi bagian dari Real Madrid, ia melanjutkan kariernya di Inter.

Di Inter, Figo bermain 140 kali dan mencetak 11 gol serta 34 assist. Ia juga memenangkan Ballon d’Or pada tahun 2000, memperkuat statusnya sebagai legenda.

5. Luis Suarez Miramontes

Luis Suarez Miramontes adalah legenda sepak bola Spanyol yang juga pernah membela Barcelona dan Inter Milan. Ia adalah pemain kelahiran Spanyol pertama yang meraih penghargaan Ballon d’Or.

Suarez memulai kariernya di Barcelona dan tampil dalam 176 pertandingan. Ia mencetak 80 gol dan menjadi andalan tim sepanjang era 1950-an.

Setelah itu, ia pindah ke Inter dan mencatatkan lebih dari 320 penampilan. Ia turut membawa Inter meraih gelar Piala Champions dua kali pada tahun 1964 dan 1965.

Untuk Nonton Live Streaming Bola Bisa Langsung Ke PUSAT SCORE

post

Xabi Alonso Sepakat Gantikan Carlo Ancelotti di Real Madrid

PUSAT SCORE – Real Madrid dilaporkan telah mencapai kesepakatan dengan Xabi Alonso untuk menjadi pelatih kepala menggantikan Carlo Ancelotti mulai musim panas ini. Alonso, yang saat ini menukangi Bayer Leverkusen, dipastikan akan meninggalkan klub Jerman tersebut usai musim berakhir pada 25 Mei mendatang.

Kabar ini pertama kali dihembuskan oleh media olahraga Spanyol, Marca, dan menjadi pembicaraan hangat di kalangan penggemar Los Blancos. Keputusan Alonso untuk mundur dari Leverkusen diumumkan langsung oleh sang pelatih dalam konferensi pers, Jumat.

Dalam pernyataannya, Alonso menyebut bahwa keputusan ini diambil setelah melalui diskusi panjang dengan manajemen klub. Ia merasa inilah waktu yang tepat untuk berpisah.

“Minggu ini, klub dan saya sepakat bahwa dua pertandingan terakhir ini akan menjadi laga perpisahan saya sebagai pelatih Bayer Leverkusen. Momen ini terasa campur aduk, tapi kami ingin mengakhirinya dengan cara yang tepat, terutama bagi para pemain dan saya sendiri,” ujar Alonso.

Kepergian Alonso dari Leverkusen memang menjadi momen emosional. Dalam dua musim terakhir, ia sukses membawa tim tersebut menjuarai Bundesliga untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, bahkan menyandang status sebagai ‘The Invincibles’ karena tak terkalahkan sepanjang musim. Prestasi itu langsung melambungkan namanya sebagai salah satu pelatih muda paling menjanjikan di Eropa.

Kembali ke Rumah Lama

Kembalinya Alonso ke Santiago Bernabeu menandai reuni yang emosional. Selama enam musim sebagai pemain Real Madrid (2009–2015), pria asal Spanyol itu mencatatkan 236 penampilan

Xabi Alonso pun menyumbang sejumlah gelar prestisius bagi Real Madrid sebagai pemain, termasuk LaLiga, dua Copa del Rey, dan satu trofi Liga Champions.

Real Madrid sendiri memang sudah lama memasukkan nama Alonso dalam radar suksesi pelatih. Klub melihat sosoknya sebagai penerus ideal dari Ancelotti, yang telah mempersembahkan total 15 trofi selama dua periode kepemimpinannya.

Sementara itu, Carlo Ancelotti dikabarkan akan mengakhiri kerja samanya dengan Real Madrid secara baik-baik pada akhir bulan ini. Pelatih asal Italia tersebut akan melanjutkan kariernya sebagai juru taktik Timnas Brasil, memimpin Selecao dalam kampanye Piala Dunia tahun depan.

Rencana Besar Real Madrid

Dengan kepastian Alonso sebagai pelatih baru, fokus Madrid kini beralih ke bursa transfer. Sejumlah nama sudah masuk dalam daftar incaran. Trent Alexander-Arnold disebut telah sepakat bergabung secara gratis dari Liverpool.

Selain itu, Real Madrid juga mengincar bek kiri Girona Miguel Gutiérrez serta gelandang Real Sociedad, Martin Zubimendi. Di sektor pertahanan tengah, nama Dean Huijsen (Bournemouth) dan William Saliba (Arsenal) juga menjadi target utama untuk memperkuat lini belakang.

Kehadiran Alonso diprediksi akan membawa warna baru dalam taktik dan filosofi permainan Madrid. Dengan rekam jejaknya yang menjanjikan di Leverkusen dan hubungan historis dengan klub, para penggemar tentu menantikan era baru yang penuh harapan di bawah komando sang legenda.

Untuk Nonton Live Streaming Bola Bisa Langsung Ke PUSAT SCORE

post

AC Milan Taklukkan Bologna 3-1, Santiago Giménez Jadi Pahlawan di San Siro

PusatBola – AC Milan sukses meraih kemenangan penting dengan skor 3-1 atas Bologna dalam laga Serie A yang digelar di San Siro. Santiago Giménez tampil gemilang dan dinobatkan sebagai Man of the Match setelah mencetak dua gol penentu kemenangan.

Pertandingan yang Menegangkan

Bologna mengejutkan para pendukung tuan rumah saat Riccardo Orsolini mencetak gol spektakuler di babak pertama. Namun, Milan tidak tinggal diam. Pelatih Sérgio Conceição melakukan perubahan taktik yang langsung berdampak positif pada permainan tim.

Masuknya Christian Pulisic membawa angin segar di lini serang. Bintang asal Amerika Serikat itu memberikan assist ciamik kepada Santiago Giménez untuk menyamakan kedudukan pada menit ke-73. Tidak berhenti di situ, Pulisic kemudian mencetak gol kedua Milan hanya enam menit berselang.

Santiago Giménez memastikan kemenangan Rossoneri dengan gol keduanya di menit ke-85, menyudahi perlawanan Bologna dengan skor akhir 3-1.

Fokus Menuju Final Coppa Italia

Kemenangan ini menjadi suntikan moral berharga bagi Milan yang akan menghadapi Bologna lagi dalam final Coppa Italia pekan depan. Dengan performa gemilang Giménez dan Pulisic, Milan optimis meraih gelar ganda musim ini.

Para penggemar pun berhar

post

Man of the Match AC Milan vs Bologna: Santiago Gimenez

Pusatbola – AC Milan meraih kemenangan penting 3-1 atas Bologna dalam lanjutan Serie A, berkat penampilan gemilang Santiago Giménez yang mencetak dua gol dan dinobatkan sebagai Man of the Match.

Pertandingan di San Siro sempat membuat pendukung Rossoneri cemas ketika Bologna unggul lebih dulu melalui gol spektakuler Riccardo Orsolini. Namun, perubahan taktik dari pelatih Sérgio Conceição membuahkan hasil positif. Christian Pulisic menjadi motor serangan dengan memberikan assist kepada Giménez untuk menyamakan kedudukan pada menit ke-73, kemudian mencetak gol kedua Milan enam menit berselang. Giménez menutup kemenangan dengan gol keduanya di menit ke-85, memastikan tiga poin bagi Milan.

Kemenangan ini menjadi modal berharga bagi Milan menjelang final Coppa Italia melawan Bologna yang akan digelar di Roma. Performa impresif Giménez dan Pulisic menunjukkan bahwa keduanya siap menjadi penentu dalam laga penting tersebut.