
PUSATSCORE , Paul Pogba resmi kembali ke panggung utama ingar bingar sepak bola Eropa. Usai menepi berbulan-bulan, ia akhirnya meneken kontrak 2 tahun dengan AS Monaco pada akhir Juni 2025. Prosesi penandatanganan tersebut menjadi perbincangan karena pemilik nama lengkap Paul Labile Pogba ini tak kuasa menahan rintik air mata menetes di wajahnya. Air mata itu tampak tulus, apalagi setelah belakangan beragam tragedi menghujani hidupnya seakan tiada henti. Mulai dari cedera, kasus doping, hingga kasus hukum dengan saudaranya sendiri. Paul Pogba menjadi pengingat, pesepak bola profesional juga tetap seorang manusia biasa. Tiap keputusan buruk yang ia buat turut menentukan arah kariernya, terlepas sejago apa ia mengolah bola.
1. Masa emas yang hilang karena kasus doping
Karier Paul Pogba sempat terhenti secara dramatis. Pada September 2023, ia dinyatakan positif menggunakan DHEA, zat terlarang untuk meningkatkan kadar testosteron lepas pertandingan Juventus melawan Udinese. Awalnya, Pogba dijatuhi hukuman larangan bermain selama 4 tahun. Beruntung, setelah banding di Court of Arbitration for Sport (CAS), hukumannya dikurangi menjadi 18 bulan. Ia dinyatakan tidak sepenuhnya bersalah karena konsumsi zat tersebut terjadi setelah mengonsumsi suplemen yang diresepkan dokter. Meski begitu, sebagai atlet profesional, ia tetap dianggap lalai.
Tak hanya itu, Pogba menghadapi tekanan besar dari keluarganya sendiri. Ia menjadi korban upaya pemerasan saudara kandungnya, Mathias Pogba, dan sekelompok teman masa kecil mereka. Mereka menuntut uang hingga 13 juta euro atau sekitar Rp248,8 miliar sambil mengancam akan menyebarkan rumor yang dapat merusak reputasinya. Kasus ini menjadi konsumsi publik setelah pelaku mengunggah ancaman di media sosial.
Mathias Pogba memang sudah dinyatakan bersalah oleh pengadilan Paris atas upaya pemerasan dan penculikan terhadap Paul Pogba yang terjadi pada Maret 2022. Ia dijatuhi hukuman 3 tahun penjara dengan 2 tahun masa percobaan. Meski begitu, putusan hukum ini tak akan mengembalikan masa emas yang hilang dari perjalanan karier Paul Pogba.
2. Andai Paul Pogba tak salah ambil keputusan
Ketika rentetan kejadian itu terjadi, Paul Pogba sedang berusia 29 tahun. Mestinya, ia sedang berada di puncak karier. Namun, performanya memang sedang dalam tren menurun meski tanpa kasus dan tragedi yang ia alami.
Ia tak lagi menikmati kejayaan usai memenangi Piala Dunia 2018 bersama Timnas Prancis. Banyak pihak mengambinghitamkan Manchester United. Setan Merah yang tampak tak berambisi dinilai menjadi salah satu faktor menurunnya performa sang gelandang. Di sisi lain, badai cedera yang datang silih berganti juga menghambat Pogba dalam menunjukkan kemampuan terbaiknya. Suporter pun balik menuding penampilan Pogba yang angin-anginan bikin MU selalu gagal bersaing.
Paul Pogba sendiri secara tidak langsung turut menyalahkan Manchester United. Dalam sebuah wawancara, seperti dikutip BBC,ketika baru balik gabung Juventus, Pogba mengatakan, “Pergantian pelatih (Manchester United) tiap tahun bikin sulit. Ini salah satu aspek yang berat untukku. Lalu, ada beberapa cedera, tetapi aku pikir ini adalah masalah mental. Bermain, lalu tidak, membuatmu kehilangan ritme. Ini adalah perpaduan antara pelatih, tim, dan posisi yang jadi penghambatku.”
Satu hal yang mungkin ia lupakan adalah mengkritisi keputusan yang ia tempuh sendiri. Ketika sedang dalam puncak performa, jadi bintang utama dalam sebuah proyek jangka panjang dan mewarisi nomor 10 legendaris, ia malah pergi meninggalkan Si Nyonya Tua untuk menerima pinangan Manchester United. Padahal, saat itu Pogba sudah hampir memenangi segalanya bersama Juventus.
Toh, kala itu, ia memang masih cukup muda. MU berani menebusnya dengan biaya transfer yang sempat memecahkan rekor. Iming-iming gaji fantastis terasa begitu menggiurkan untuk Pogba abaikan begitu saja. Apalagi, ia merasa Manchester adalah lingkungan yang sudah cukup familier baginya. Kepulangannya ini ia labeli sebagai bentuk balas budi.
Sebenarnya, Paul Pogba tak boleh disebut sepenuhnya keliru. Saat itu, ia masih berusia 23 tahun. Secara psikologis, ia tergolong pemain muda. Namun, sebuah keputusan besar terpaksa ia buat. Konsekuensinya sudah cukup ia tanggung selama beberapa tahun. Di balik keputusan ini, yang harus diingat adalah peran dari agen serta keluarga terdekat yang memiliki andil besar dalam langkah karier Pogba. Boleh jadi, besaran komisi yang masuk ke kantong-kantong pribadi oleh mereka yang seharusnya menjadi support system turut bikin Pogba sulit menolak tawaran Manchester United.
3. Babak baru, Ligue 1 dan UCL siapkan panggung Paul Pogba kembali menari
Apa pun yang terjadi, di atas lapangan, Paul Pogba adalah pemain hebat. Secara ketangkasan, tak banyak gelandang sepak bola yang cukup mendekati kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar. Kini, harusnya ia punya nilai tambah, yaitu kedewasaan.
Ia punya kesempatan menulis babak baru dalam autobiografinya bersama AS Monaco. Uniknya, ini bakal menjadi pengalaman pertama Pogba menjajal kompetisi kasta tertinggi di negaranya sendiri. Apalagi, panggung megah Liga Champions Eropa bakal mempersilakannya kembali menari.
Pertanyaan besarnya jelas: Apakah Paul Pogba masih bisa berada dalam performa terbaik setelah 2 tahun absen dan serangkaian cedera? Tentu penggemar begitu menantikan suguhan kisah comeback inspiratif sampai nanti sang pemain sendiri yang memutuskan menutup kariernya dengan anggun.