Ketika Sean Dyche resmi memimpin tim sebagai pelatih baru Nottingham Forest, publik tentu penasaran—bisakah ia membawa kebangkitan cepat di kompetisi Eropa? Jawabannya: ya, dan caranya cukup meyakinkan.
Pada matchday paling awal fase grup Europa League, Forest berhasil mengamankan kemenangan 2-0 atas FC Porto, sebuah tim yang biasanya tangguh di kancah Eropa. Penalti dari Morgan Gibbs‑White dan Igor Jesus membawa skema sederhana namun efektif dari Dyche langsung menuai hasil.
Beberapa hal yang menarik dari laga ini:
Atmosfer di kandang Forest berubah: setelah berkutat dengan performa yang kurang meyakinkan, kemenangan ini memberi angin segar baik kepada suporter maupun pemain.
Strategi pertahanan terlihat lebih solid; Porto yang biasanya agresif cukup terkendali malam itu.
Meski hasil positif, Dyche tetap menegaskan bahwa timnya masih dalam proses dan masih banyak aspek yang perlu disempurnakan.
engapa ini penting? Bukan hanya soal satu kemenangan — ini sinyal bahwa tim yang sempat limbung kini kembali punya arah. Dalam kompetisi yang penuh dengan kejutan seperti Europa League, momentum awal bisa sangat menentukan. Forest bisa jadi contoh bagaimana perubahan kepelatihan bisa memberikan dampak cepat jika dijalankan dengan baik.
Catatan ke depan: Tetap konsisten penting. Banyak tim yang memulai bagus kemudian kehilangan ritme. Jika Forest ingin melangkah jauh, mereka harus menjaga performa, fisik, dan manajemen mental dalam perjalanan panjang di Eropa.
Dalam laga babak grup Liga Champions, Paris Saint-Germain (PSG) memukau dengan kemenangan spektakuler 7-2 atas Bayer Leverkusen. Tim asal Prancis tersebut tampil agresif dan efektif, berhasil mencetak tiga gol dalam kurun tujuh menit sebelum jeda—menyegel kontrol sejak awal pertandingan. Leverkusen sempat mencoba bangkit melalui gol dari Aleix Garcia setelah sebuah penalti gagal dieksekusi, namun dua kartu merah yang diterima tim tuan rumah benar-benar memecah alur permainan.
PSG memperlihatkan kedalaman skuad dan fleksibilitas taktik yang mengesankan, sementara Leverkusen harus memikul beban mental atas keruntuhan domino dari keunggulan awal hingga ke situasi kritis. Hasil ini menegaskan posisi PSG sebagai salah satu kekuatan Eropa musim ini dan memberikan sinyal kuat bagi rival di grup.
Untuk Leverkusen, kekalahan ini menjadi pengingat keras bahwa margin kesalahan di level ini sangat kecil—terutama saat menghadapi tim yang punya ambisi tinggi dan kualitas eksplosif. Mereka kini harus bangkit untuk menjaga peluang lolos dari fase grup.
Barcelona, 22 Oktober 2025 — FC Barcelona tampil luar biasa di Liga Champions setelah menundukkan Olympiacos dengan skor telak 6-1 di Stadion Camp Nou. Kemenangan besar ini memperkuat posisi Blaugrana di puncak klasemen grup dan menjadi penegasan bahwa skuad asuhan Hansi Flick mulai menemukan ritme terbaiknya musim ini.
Pemain muda sensasional Fermín López menjadi bintang utama dengan hat-trick brilian, sementara tiga gol lainnya dicetak oleh Raphinha, Lewandowski, dan Lamine Yamal. Olympiacos sempat memperkecil ketertinggalan melalui penalti El Arabi, namun hal itu tak cukup menghentikan dominasi total tuan rumah.
Sejak menit awal, Barcelona langsung menekan lewat permainan cepat dan umpan-umpan vertikal khas era modern mereka. Kombinasi lini tengah yang dikomandoi oleh Pedri dan Gavi membuat Olympiacos sulit keluar dari tekanan. Setiap serangan Barca terlihat berbahaya dan berujung peluang.
Pelatih Hansi Flick memuji performa anak asuhnya.
“Kami bermain dengan mental juara. Tim ini masih muda, tapi mereka lapar akan kemenangan. Malam ini adalah bukti kerja keras selama latihan,” ujar Flick dalam konferensi pers.
Kemenangan ini menambah kepercayaan diri Barcelona yang sedang berupaya menembus kembali babak semifinal Liga Champions setelah absen dalam beberapa musim terakhir. Dengan performa menyerang yang begitu tajam, banyak pengamat menilai Barcelona kini kembali ke jalur yang dulu menjadikan mereka tim paling ditakuti di Eropa.
Liverpool menjamu Manchester United di Anfield dalam situasi sulit — namun malah harus menyerah 1-2 untuk United yang tampil dengan semangat berbeda.
United unggul cepat melalui gol pembuka dari Bryan Mbeumo hanya dalam hitungan menit, sebelum Liverpool menyamakan lewat Cody Gakpo di menit ke-78. Namun, heroik muncul lewat Harry Maguire yang menyundul gol kemenangan di menit ke-84, mengakhiri paceklik kemenangan United di Anfield selama hampir satu dekade.
Manajer Rúben Amorim menyebut ini sebagai salah satu kemenangan terpentingnya sejak bergabung, sekaligus tonggak bahwa United bisa membalikkan keadaan meski dalam tekanan besar.
⚽️𝙉𝙊𝘽𝘼𝙍 𝙎𝙀𝙍𝙐 𝘿𝙄 𝙋𝙐𝙎𝘼𝙏𝙎𝘾𝙊𝙍𝙀 ⚽️ PEGANG ERAT ERAT JANGAN SAMPAI SALAH PILIH 🔥 𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗦𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶 𝗸𝗲𝘁𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹𝗮𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗡𝗼𝗻𝘁𝗼𝗻,𝗕𝗲𝗿𝗺𝗮𝗶𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗕𝗲𝘁𝘁𝗶𝗻𝗴 𝗱𝗶 𝗣𝗨𝗦𝗔𝗧𝟰𝗗
Pertandingan tandang bagi Real Madrid ke markas Getafe dielu-elu sebelum kick-off — namun hasil akhirnya lebih dari sekadar tiga poin. Madrid menang tipis 1-0 setelah Mbappé mencetak gol di menit akhir, membawa tim asuhan Xabi Alonso kembali ke puncak klasemen LaLiga. Pertandingan sendiri berlangsung sangat ketat. Getafe mengawali dengan semangat tinggi, tetapi momentum berbalik ketika mereka menerima kartu merah melalui pemain pengganti, yang membuat mereka bermain dengan sepuluh orang.Dengan keunggulan angka, Madrid tetap harus berjuang untuk menemukan celah — dan akhirnya Mbappé muncul tepat saat dibutuhkan, memanfaatkan assist dari Arda Güler untuk menuntaskan laga. Alonso pun memberi sorotan kepada beberapa pemain yang tampil di luar posisi utama seperti Vinícius Júnior yang masuk dari bangku cadangan dan memberikan dampak penting.
⚽️𝙉𝙊𝘽𝘼𝙍 𝙎𝙀𝙍𝙐 𝘿𝙄 𝙋𝙐𝙎𝘼𝙏𝙎𝘾𝙊𝙍𝙀 ⚽️ PEGANG ERAT ERAT JANGAN SAMPAI SALAH PILIH 🔥 𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗦𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶 𝗸𝗲𝘁𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹𝗮𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗡𝗼𝗻𝘁𝗼𝗻,𝗕𝗲𝗿𝗺𝗮𝗶𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗕𝗲𝘁𝘁𝗶𝗻𝗴 𝗱𝗶 𝗣𝗨𝗦𝗔𝗧𝟰𝗗
PUSATSCORE – Presiden Prabowo Subianto merasa berat hati karena Timnas Indonesia tidak lolos Piala Dunia 2026. Pada rapat terbatas di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (14/10/2025), Prabowo meminta ada evaluasi menyeluruh di Timnas Indonesia.
“Bapak Presiden tentu secara pribadi juga merasa berat hati menerima kenyataan bahwa kita belum berhasil lolos, tetapi sebagai Kepala Negara, Kepala Pemerintahan beliau menyampaikan untuk mari kita berusaha kembali. Ada dua event besar yang kita hadapi, Piala Asia di 2027 dan Olimpiade 2028,” ujar Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi.
1. Erick Thohir minta maaf kepada Prabowo
Dalam rapat terbatas itu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Erick Thohir meminta maaf kepada Presiden Prabowo karena Timnas tidak lolos Piala Dunia 2026.
“Hari ini, sekembalinya Bapak Presiden lawatan ke luar negeri, beliau langsung mengadakan rapat dengan beberapa menteri, di antaranya Menteri Pemuda dan Olahraga, melaporkan kepada Bapak Presiden sekaligus memohon maaf bahwa Timnas kita belum berhasil untuk lolos ke Piala Dunia 2026,” kata dia.
2. Prabowo minta evaluasi menyeluruh Timnas Indonesia
Pras memyebut, Prabowo kemudian meminta evaluasi secara menyeluruh terhadap Timnas Indonesia. Namun, Prabowo tidak spesifik meminta agar pelatih Timnas, Patrick Kluivert untuk dievaluasi.
“Memang Bapak Presiden menyampaikan ya kita harus membuat evaluasi menyeluruh. Bahkan tadi sampai kepada diskusi tidak hanya masalah sepak bola. Jadi Bapak Presiden ingin kita mempunyai suatu akademi atau suatu tempat penggemblengan khusus untuk beberapa cabang-cabang olahraga yang memang kita harapkan itu bisa masuk ke Olimpiade dan harapannya tentu mendapatkan medali,” ucap dia.
3. Timnas gagal gegara kalah dari Irak
Timnas Indonesia dipastikan gagal masuk Piala Dunia 2026, setelah kalah 0-1 melawan Irak dalam laga babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, Minggu (12/10/2025) dini hari WIB.
Pelatih Patrick Kluivert, juga sudah buka suara terkait kegagalannya mengantarkan Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026. Dia mengaku kecewa, tetapi tak ada permohonan maaf.
Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Kluivert mengaku sangat kecewa Timnas gagal ke Piala Dunia 2026. Namun, dari kekalahan ini, ada pelajaran yang bisa diambil Timnas Indonesia.
“Saya merasakan rasa sakit dan kekecewaan yang sama seperti yang Anda rasakan. Kekalahan melawan Arab Saudi dan Irak adalah pelajaran pahit, tetapi juga pengingat tentang seberapa tingginya impian bersama kita,” ujar Kluivert.
Paris, Prancis — Tim nasional Prancis harus puas berbagi angka setelah bermain imbang 2-2 melawan Islandia dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026. Laga yang berlangsung penuh dinamika ini menjadi perhatian karena Prancis sempat unggul, tapi membiarkan Islandia menagih lewat gol penyeimbang di menit-menit akhir.
Prancis dibuka oleh gol Jean-Philippe Mateta, setelah sebelumnya Christopher Nkunku menyamakan skor untuk tim tamu. Namun Islandia tidak menyerah; Kristian Hlynsson mencetak gol penyeimbang yang mengubah momentum menjelang bubaran pertandingan.
Dampak dan Prospek
Dengan hasil ini, Prancis tetap memimpin klasemen grup, tapi unggul tipis dari Ukraina yang menguntit.
Situasi menjadi lebih sulit karena beberapa pemain kunci absen akibat cedera, termasuk Kylian Mbappé dan Ousmane Dembélé.
Ke depan, pertandingan melawan Ukraina akan sangat menentukan: kemenangan bisa mengokohkan Prancis sebagai juara grup, tapi kekalahan akan membuka peluang bagi pesaing.
Malabo, 13 Oktober 2025 — Kejadian tak terduga mengguncang tim nasional Equatorial Guinea. Federasi Sepak Bola negara tersebut mencopot jabatan pelatih Juan Micha serta beberapa pemain kunci, menyusul kegagalan tim untuk tampil dalam laga kualifikasi Piala Dunia melawan Malawi.
Latar Belakang & Kronologi
Kesepakatan sebelum pertandingan sudah tercapai — namun tim Equatorial Guinea tidak datang ke stadion pertandingan. Menurut laporan, hentinya kehadiran ini disebabkan oleh ketidakpuasan para pemain terhadap kondisi tim dan tunggakan pembayaran tunjangan dari federasi sepak bola negara itu.
Imbasnya, dewan federasi langsung mengambil langkah drastis: pelatih Juan Micha dan sejumlah pemain yang ikut aksi mogok diberhentikan dari tugas.
Sebagai solusi cepat, federasi menunjuk Casto Nopo sebagai pelatih sementara, dan menyusun skuad baru untuk laga terakhir Grup H melawan Liberia.
Namun keputusan ini datang dengan konsekuensi: karena absen tanpa alasan resmi, Equatorial Guinea rentan menerima sanksi dari FIFA, yang dapat berupa skors atau pengurangan poin dalam kompetisi lanjutan.
Dampak & Analisis
Kredibilitas federasi menjadi sorotan keras dari publik dan media. Krisis keuangan dan manajemen dianggap penyebab utama keretakan hubungan antara pemain dan pihak pengurus.
Motivasi dan moral tim hancur ketika konflik internal mencapai titik publik. Rekonstruksi mental dan persatuan tim akan menjadi pekerjaan rumah besar bagi pelatih baru dan manajemen.
Regulasi FIFA akan diujung pisaunya. Jika FIFA memberikan sanksi, konsekuensinya bisa mencakup larangan tampil di kejuaraan, pengurangan poin, atau denda berat.
Pemilihan pemain baru dalam waktu cepat menimbulkan tantangan besar: kesiapan fisik, chemistry tim, serta pemilihan skema taktik harus segera disesuaikan agar kompetitif.
Kejadian ini menjadi pengingat betapa pentingnya tata kelola, transparansi keuangan, serta komunikasi baik dalam sebuah federasi sepak bola internasional.
Jakarta, Oktober 2025 — Dalam laga persahabatan yang digelar di Gelora Bung Karno Madya, tim U-23 Indonesia harus mengakui keunggulan tim U-23 India dengan skor 1-2. Kemenangan ini menjadi berita menyangkut persiapan tim muda Indonesia.
Detail Pertandingan
India langsung tampil agresif dan membuka keunggulan melalui dua gol cepat dari Suhail Ahmad Bhat pada menit ke-5 dan ke-26. Indonesia sempat memperkecil kedudukan lewat gol Dony Tri Pamungkas menjelang akhir babak pertama (menit ke-41). Pada babak kedua, Indonesia berusaha bangkit dan menyerang, tetapi India bertahan dengan solid dan tidak membiarkan kebobolan lebih banyak.
Analisis & Catatan Penting
Gol cepat India menunjukkan kesiapan dan agresivitas yang tinggi, sekaligus menguji kesiapan pertahanan Indonesia sejak awal.
Indonesia kesulitan membangun ritme di menit-menit awal pertandingan karena tekanan lawan dan efektivitas serangan India.
Pergantian pemain oleh pelatih Indonesia di babak kedua memberi sinyal perubahan strategi untuk mengejar ketertinggalan, namun implementasinya belum optimal.
Signifikansi & Harapan
Laga ini penting sebagai tolok ukur kemajuan tim U-23 Indonesia menghadapi kompetisi regional dan persiapan ke kejuaraan AFC/ASEAN U-23 di masa depan. Kekalahan ini menyisakan pelajaran tentang pentingnya kesiapan mental, intensitas sejak menit awal, dan pemanfaatan peluang di lini depan. Tim pelatih Indonesia pada kesempatan berikutnya bisa fokus memperkuat duel fisik, transisi menyerang, dan keselarasan antar lini agar lebih tajam dalam menghadapi lawan bertipe agresif.
PUSATSCORE , Sepak bola modern mungkin tampak digerakkan statistik, tetapi di balik tiap transfer besar, selalu ada mata tajam seorang pemandu bakat yang bekerja dalam diam. Mereka harus menempuh perjalanan jauh, duduk di tribun dengan catatan di tangan, dan menonton ratusan laga yang nyaris tak disorot kamera. Dari catatan itulah nasib seorang pemain muda bisa berubah, dan klub menemukan masa depannya.
Namun, proses menemukan talenta terbaik bukanlah perkara mudah. Scout tidak hanya menilai kemampuan teknis, tetapi juga kepribadian, konsistensi, dan kesiapan mental pemain muda. Dalam era modern ketika angka dan algoritma makin dominan, mereka tetap berperan sebagai penghubung antara data dan intuisi.
1. Insting menjadi bagian penting dari seni dalam proses scouting sepak bola
Proses scouting dimulai jauh sebelum seorang pemain dikenal publik. Para scout bekerja dalam kesunyian, mengunjungi stadion kecil, atau berdiri di pinggir lapangan nonliga untuk mencari talenta tersembunyi. Seperti diceritakanTop Bins, seorang scout bisa menonton ratusan pertandingan dalam semusim, menghabiskan malam di jalan raya, dan mencatat tiap gerak pemain yang menarik perhatiannya.
Pada era awal kepelatihan David Moyes di Everton, satu target bisa menghasilkan hingga 50 laporan berbeda sebelum disetujui untuk direkrut. Moyes sendiri memiliki sistem bernama MOT Checklist berisi 12 kriteria untuk tiap posisi dengan ribuan laporan tersimpan sebagai basis keputusan akhir. MOT sendiri merupakan singkatan Ministry of Transportation, sebuah sistem evaluasi scouting yang terinspirasi dari tes kelayakan kendaraan di Inggris.
Matt Hodges, scout Queens Park Rangers (QPR) yang pernah bekerja di West Ham United, menggambarkan profesi ini sebagai pekerjaan yang lebih sering berkawan dengan dingin dan hujan ketimbang gemerlap dan kemewahan. Ia menekankan pentingnya ketekunan dan komunikasi. Kadang, informasi berharga datang bukan dari statistik, melainkan dari percakapan singkat dengan pelatih sekolah atau orangtua pemain. Seorang scout sejati tidak hanya menilai kemampuan di lapangan, tetapi juga disiplin dan respons pemain terhadap kegagalan.
Cerita Kevin Doyle saat direkrut Reading menggambarkan bagaimana jaringan dan intuisi menjadi alat utama. Brian McDermott, yang saat itu bekerja untuk Reading, mendengar rekomendasi informal dari seorang kolega di Cardiff, Wales. Ia kemudian menonton penampilan Doyle muda dengan melibatkan direktur sepak bola dan manajer, hingga akhirnya Reading memboyongnya. Hasilnya, Doyle menjadi salah satu pemain paling berpengaruh bagi klub selama berlaga di English Premier League (EPL).
2. Scout sering kesulitan menilai talenta muda karena perkembangan mereka yang tak stabil
Menilai potensi pemain muda adalah pekerjaan paling sulit dalam scouting. Riset Tom Bergkamp dan rekan-rekannya dari University of Groningen (2022) terhadap 125 scout di Belanda menunjukkan sebagian besar menilai potensi pemain secara intuitif, meski banyak yang mulai menggunakan metode terstruktur. Rata-rata, mereka merasa baru bisa memprediksi potensi profesional pemain pada usia sekitar 13–15 tahun, ketika indikator performa mulai stabil.
Atribut yang paling sering dinilai mencakup aspek teknis, seperti first touch, dribbling, dan passing, diikuti aspek kognitif-taktis seperti pengambilan posisi dan keputusan cepat. Namun, para scout juga menilai dimensi nonteknis seperti mentalitas, determinasi, dan kematangan emosional. Faktor kepribadian sering kali menjadi pembeda antara pemain yang sukses dan mereka yang mandek, terutama ketika menghadapi tekanan pada usia muda.
Masalah utama dalam scouting usia dini yaitu validitas prediksi. Perkembangan pemain muda kerap kali bersifat inkonsisten dan nonlinear. Scout bisa mengamati anak berusia 12 tahun yang tampak luar biasa, tetapi 5 tahun kemudian ia tak berkembang sesuai harapan.
Oleh sebab itu, proses observasi harus dilakukan berulang kali dan dalam berbagai konteks pertandingan. Dalam kasus ini, penilaian berbasis struktur menggunakan daftar kriteria eksplisit terbukti lebih akurat daripada sekadar mengandalkan insting. Meski begitu, intuisi tetap menjadi filter terakhir dalam tiap keputusan.
3. Meski data makin dominan, algoritma belum mampu menandingi naluri scout manusia
Transformasi teknologi telah mengubah wajah scouting pada abad ke-21. Kini, hampir semua klub profesional menggunakan basis data seperti WyScout, ProZone, dan Scout7 untuk mengumpulkan video dan statistik dari seluruh dunia. Alat-alat ini membantu scout menghemat waktu dan mempersempit daftar target berdasarkan performa objektif, seperti jumlah umpan progresif atau tingkat penyelesaian peluang.
Namun, dilansir The Athletic, kisah Dave Worthington, scout senior yang pernah bekerja untuk Bolton Wanderers dan Chelsea, menunjukkan intuisi tetap tak tergantikan. Worthington menemukan Karim Benzema dan Rodrigo Hernandez Cascante melalui perjalanan panjang di Prancis dan Spanyol, hanya bermodal buku catatan dan observasi langsung. Dalam catatan tangannya, Rodri muda dideskripsikan sebagai pemain yang selalu ada di tiap sisi, tak pernah membuang bola, dan membantu semua rekan satu tim, sebuah deskripsi yang tak mungkin diukur hanya lewat angka.
Meski demikian, era baru scouting kini juga dipengaruhi kecerdasan buatan (AI). Sistem seperti ScoutBot, yang dikembangkan perusahaan Blend bersama Databricks, mampu menyeleksi pemain dengan kriteria kompleks seperti winger dengan progressive carries di atas 25 persen dengan nilai pasar di bawah 5 juta euro (Rp96 miliar). Teknologi ini memproses data secara real time, membantu scout menemukan pemain sesuai profil klub tanpa harus menonton ratusan pertandingan manual.
Meski efisien, AI tak bisa menggantikan naluri manusia. Mengutip Great Learning, perangkat digital hanya berfungsi sebagai co-pilot untuk menganalisis data fisik, mental, dan teknis, tetapi keputusan akhir tetap berada di tangan scout. Data dapat menilai efektivitas umpan, tetapi tidak mampu mengukur dorongan batin seorang pemain untuk berlari 10 meter lebih jauh demi timnya.
4. Para scout tidak hanya bekerja untuk uang, tetapi juga kecintaan terhadap sepak bola
Di balik layar sepak bola profesional, ada ratusan scout yang bekerja bukan demi ketenaran, melainkan karena cinta terhadap permainan. Brian McDermott, yang juga merupakan mantan Kepala Pemandu Bakat Arsenal, mengatakan pekerjaan ini dilakukan bukan hanya demi uang, melainkan juga demi cinta. Ia pernah menghabiskan akhir pekan di tribun dingin hanya untuk menilai satu pemain, lalu menuliskan catatan sederhana di ponselnya tentang postur, reaksi, dan mentalitas sang pemain.
Erling Haaland menjadi salah satu contoh penemuannya yang paling menarik. Saat masih bertugas di Arsenal, McDermott menyaksikan Haaland bermain untuk Norwegia U-19. Dalam catatan singkatnya tertulis: “berbadan besar, punya naluri gol, dan potensi luar biasa.” Catatan sederhana itu kini menjadi bagian dari kisah lahirnya salah satu penyerang terbaik dunia ini.
Scouting juga sering kali bergantung kepada keberuntungan dan jaringan. McDermott mengaku banyak rekrutan sukses bermula dari percakapan santai dengan kolega, bukan dari laporan data. Dalam banyak kasus, scout harus menilai kesiapan mental pemain, apakah ia siap meninggalkan negara asal, beradaptasi dengan budaya baru, atau bertahan menghadapi tekanan profesional. Semua itu tak dapat diukur teknologi atau algoritma apa pun.
Pada akhirnya, scouting adalah perpaduan antara kerja keras, sains, dan seni membaca manusia. Banyak scout yang berjuang tanpa jaminan pengakuan, tetapi dari tangan merekalah klub-klub menemukan bakat yang akan menulis sejarah. Seperti yang dipaparkan The Athletic, keberhasilan scouting tidak hanya soal siapa yang berhasil ditemukan, tetapi juga dari kemampuan mengenali potensi yang belum dilihat orang lain.
Scouting telah menjadi jantung dari pembangunan sepak bola modern. Di tengah lautan data dan algoritma, ada satu hal belum berubah, yakni lahirnya pemain besar selalu dimulai dari seseorang yang duduk di tribun dan mencatat hal-hal kecil yang belum dilihat siapa pun.