Pusat,bola, 5 Mei 2025 – Manchester United kembali menelan kekalahan menyakitkan, kali ini dari Brentford dengan skor tipis 1-2 dalam lanjutan Premier League. Meski hasil akhir mengecewakan, dua pemain muda Setan Merah justru mencuri perhatian dan memberi secercah harapan di tengah performa tim yang belum stabil.
Adalah Kobbie Mainoo dan Amad Diallo yang tampil impresif di laga tersebut. Mainoo, yang dipercaya Erik ten Hag sebagai starter di lini tengah, menunjukkan kematangan di luar usianya. Ia tampil tenang, distribusi bolanya akurat, dan beberapa kali mematahkan serangan Brentford lewat tekel bersih.
Sementara itu, Amad Diallo yang masuk sebagai pemain pengganti di babak kedua berhasil membawa perubahan signifikan di sisi kanan serangan. Diallo bahkan menjadi pencetak satu-satunya gol MU di menit ke-78 lewat sepakan keras dari luar kotak penalti yang mengejutkan kiper lawan.
Kendati tak mampu membalikkan keadaan, penampilan dua pemain muda ini dinilai sebagai titik terang di tengah sorotan tajam terhadap performa Manchester United musim ini. Para suporter pun memberikan apresiasi khusus kepada keduanya lewat media sosial, menyebut mereka sebagai “masa depan yang harus dijaga.”
Pelatih Erik ten Hag juga memberikan pujian. “Kobbie dan Amad tampil luar biasa malam ini. Mereka menunjukkan karakter dan kualitas yang kami butuhkan. Meski kalah, ada hal positif yang bisa kami ambil,” ujar Ten Hag usai laga.
Dengan sisa pertandingan musim ini, para fans MU berharap dua pemain muda tersebut bisa terus diberi menit bermain lebih banyak dan menjadi bagian penting dari rencana jangka panjang klub.
Pusat.Bola, 5 Mei 2025 – Chelsea berhasil mengamankan kemenangan meyakinkan atas Liverpool dengan skor 3-1 dalam laga lanjutan Premier League yang berlangsung di Stamford Bridge, Senin malam waktu setempat.
Tampil di hadapan publik sendiri, The Blues langsung menunjukkan dominasi sejak menit awal pertandingan. Gol pembuka dicetak oleh Cole Palmer pada menit ke-17 melalui tendangan penalti setelah pelanggaran yang dilakukan oleh Virgil van Dijk di kotak terlarang.
Liverpool sempat menyamakan kedudukan lewat Darwin Núñez di menit ke-34 setelah memanfaatkan umpan terobosan dari Mohamed Salah. Namun, kebangkitan The Reds hanya bertahan singkat.
Di babak kedua, Chelsea kembali mengambil alih kendali permainan. Gol kedua dicetak oleh Nicolas Jackson di menit ke-58 setelah menyelesaikan kerja sama apik dengan Enzo Fernández. Sementara gol ketiga datang dari kaki Raheem Sterling yang melakukan solo run spektakuler dan menaklukkan Alisson Becker pada menit ke-76.
Hasil ini membawa Chelsea naik ke posisi 6 klasemen sementara dengan tambahan tiga poin penting, sementara Liverpool harus puas tetap tertahan di posisi ke-3 dan semakin tertinggal dari pemuncak klasemen.
Pelatih Chelsea, Mauricio Pochettino, mengapresiasi penampilan anak asuhnya. “Kami bermain dengan intensitas tinggi dan menunjukkan karakter. Ini adalah kemenangan penting dalam perjuangan kami,” ujar Pochettino usai laga.
Dengan performa seperti ini, Chelsea menunjukkan bahwa mereka masih menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan dalam perebutan zona Eropa musim ini.
PUSATSCORE – Chelsea memastikan untuk memberikan penghormatan atau guard of honour ke juara Premier League musim 2024/25, Liverpool. Prosesi itu akan dilakukan Chelsea jelang duel di Stamford Bridge, Minggu malam WIB (4/5/2025).
Manajer Chelsea, Enzo Maresca, mengaku ingin anak-anak asuhnya memberi rasa hormat kepada Liverpool. Apalagi, ini menjadi sebuah tradisi di Premier League yang patut dijaga atas rasa hormat kepada seluruh rival.
“Saya rasa ini tradisi, hal yang harus dilakukan. Kami akan melakukannya,” ujar Maresca dilansir situs resmi Premier League.
1. Berharap pemain bisa belajar
Sebenarnya, guard of honour tak menjadi kewajiban setiap klub kepada juara Premier League. Tapi, Maresca punya alasan kuat mengapa Chelsea memberikannya ke Liverpool. Dia mau memotivasi para pemainnya, karena cara itu bisa menularkan aura positif untuk jadi juara.
“Pertama, mereka juara, jadi layak mendapatkannya. Kami juga berharap bisa di posisi itu dalam waktu dekat,” kata Maresca.
2. Tiru metode Klopp
Cara Maresca sebenarnya agak mirip ketika Juergen Klopp memaksa anak-anak asuhnya menonton perayaan gelar Real Madrid di Liga Champions dan Manchester City pada Premier League. Lewat metode itu, Klopp berharap para pemainnya bisa termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik di musim depan.
Kini, trik itu dilakukan oleh Maresca. Pria Italia itu sepakat dengan metode Klopp, karena selalu ada efek positif di dalamnya.
“Ketika ada di sana, mungkin di pikiran pemain seperti ini ‘saya mau seperti itu satu saat nanti’. Jadi, gak perlu diingatkan bagaimana rasanya juara Premier League. Kita tahu itu paling menggembirakan,” ujar Maresca.
3. Berjanji lebih baik di musim depan
Chelsea sebenarnya nyaris saja menyaingi Liverpool dalam perburuan gelar Premier League. Mereka sempat tampil mengejutkan dan konsisten bersaing di papan atas pada awal musim. Sayangnya, The Blues mendadak mengalami turbulensi performa dan harus berjuang keras demi menyegel tiket ke Liga Champions musim depan.
“Tim ini akan lebih baik dalam urusan pengalaman. Sebab, kami baru setahun bersama. Tentu, banyak pemain yang berkembang,” kata Maresca.
PUSATSCORE , Inter Milan menahan imbang Barcelona di leg pertama semifinal Liga Champions 2024/2025. Pada pertandingan yang digelar di Olimpic Lluis Companys, Kamis (01/05/2025) dini hari WIB, berakhir dengan skor 3-3.
Selain Denzel Dumfries yang tampil impresif lewat torehan dua gol untuk Inter Milan, sorotan juga tertuju kepada Hakan Calhanoglu. Pasalnya, ia berperan besar dengan memberikan assist untuk gol kedua Denzel Dumfries.
Penampilannya itu juga mengantarkannya masuk daftar lima besar gelandang Inter Milan yang paling sering bermain di Liga Champions. Lalu, siapa saja keempat pemain lainnya dan seperti apa statistiknya?
1. Esteban Cambiasso (62 penampilan) pernah menjuarai Liga Champions
Esteban Cambiasso masih memimpin daftar gelandang Inter Milan yang paling sering bermain di Liga Champions. Ia mampu mencatatkan 62 penampilan, 6 gol, dan 5 assist selama 9 musim berada di Giuseppe Meazza. Hebatnya, ia bisa mempersembahkan trofi Liga Champions pada 2009/2010 silam.
Esteban Cambiasso mulai menjadi bagian dari Il Nerazzurri pada 1 Juli 2004. Ia diboyong dari akademi Real Madrid tanpa harus membayar sepeser pun. Selama berseragam Inter Milan, ia mengemas 51 gol dan 32 assist dari 431 penampilan serta 5 kali sukses menjuarai Serie A Italia secara beruntun.
2. Dejan Stankovic (56 penampilan) sebagai gelandang yang produktif
Dejan Stankovic merupakan salah satu pemain andalan untuk mengawal barisan tengah Inter Milan. Hal ini bisa terlihat ketika tampil di Liga Champions dengan mendapatkan kepercayaan untuk melakoni 56 pertandingan. Sebagai gelandang, ia juga tampil produktif lewat kontribusi 8 gol dan 7 assist.
Dejan Stankovic memperkuat Inter Milan sejak 1 Februari 2004. Saat itu, ia dibeli dari sesama tim Italia, Lazio, dengan biaya kepindahan Rp69 miliar. Setelah menghabiskan sembilan musim bermain bersama Inter Milan, ia memutuskan untuk pensiun di Giuseppe Meazza pada 2013 di umur 34 tahun.
3. Nicolo Barella (47 penampilan) berperan dalam mengontrol permainan
Nicolo Barella di posisi ketiga sebagai gelandang Inter Milan dengan penampilan terbanyak di Liga Champions. Ia saat ini sudah memainkan 47 pertandingan dan mengantongi 4 gol serta 4 assist. Sayangnya, ia juga yang paling sering membuat pelanggaran dengan sudah mengoleksi sepuluh kartu kuning.
Nicolo Barella bermain bersama Inter Milan sejak 12 Juli 2019. Namun, ia saat itu berstatus pinjaman dari Cagliari dan baru dipermanenkan pada 1 September 2020 usai ditebus dengan biaya Rp564 miliar. Meski mahal, ia bisa tampil baik dengan tidak pernah absen mencetak gol pada tiap musimnya.
4. Marcelo Brozovic (34 penampilan) mencapai final pada 2022/2023
Marcelo Brozovic berkontribusi besar bagi Il Nerazzurri ketika bermain di kompetisi tertinggi antarklub Eropa. Meski tidak mempersembahkan trofi, ia menjadi gelandang penting dengan koleksi 34 penampilan. Ia juga turut mencatatkan namanya di papan skor dengan menorehkan 1 gol dan 3 assist.
Marcelo Brozovic bergabung dengan Inter Milan pada 26 Januari 2015. Saat itu, ia didatangkan dari Dinamo Zagreb sebagai pinjaman dan baru menjadi rekrutan permanen pada 1 Juli 2016. Ia memutuskan berkarier di Arab Saudi setelah menerima tawaran dari Al-Nassr senilai Rp272 miliar pada 2023.
5. Hakan Calhanoglu (34 penampilan) berpeluang untuk terus bertambah
Hakan Calhanoglu menyamai catatan Marcelo Brozovic sebagai gelandang Inter Milan dengan penampilan terbanyak di Liga Champions. Saat ini, ia sudah menjalani 34 pertandingan dan mencetak 5 gol serta 4 assist. Ini berpotensi bertambah mengingat ia menjadi andalan di Liga Champions 2024/2025.
Hakan Calhanoglu merapat ke Inter Milan pada 1 Juli 2021. Ia saat itu berstatus bebas transfer usai tidak memperpanjang masa bakti bersama AC Milan. Pemain yang masih terikat kontrak hingga 2027 itu menerima upah fantastis yang mencapai 171 ribu pound sterling atau Rp3,7 miliar pada tiap pekan.
Inter Milan sedang berjuang di semifinal Liga Champions 2024/2025. Ini adalah peluang untuk bisa mengulang capaian pada 2022/2023 lalu dengan mencapai final. Beruntungnya, mereka saat ini masih diperkuat oleh dua pemain gelandang yang memiliki jam terbang tinggi bermain di Liga Champions.
PUSATSCORE , Athletic Club merupakan salah satu klub tersukses di Spanyol. Sejak terbentuk pada 1898, hingga 2024/2025, mereka sudah meraih 8 trofi LaLiga, 24 Copa del Rey, dan 3 Piala Super Spanyol.
Namun, taring klub berjuluk Los Leones ini belum terbukti di kompetisi Eropa karena tidak pernah menjadi juara. Pencapaian terbaik mereka hanyalah tiga kali mencapai semifinal.
1. Athletic Club kalah dari Juventus pada final Piala UEFA 1976/1977
Musim pertama ketika Athletic Club berhasil mencapai semifinal kompetisi Eropa terjadi di Piala UEFA 1976/1977. Saat itu, mereka mampu lolos ke babak empat besar dari ajang pendahulu Liga Europa ini setelah mengalahkan sederet klub besar. Pada babak 64 besar, mereka membantai Ujpesti Dozsa dengan agregat 5-1.
Setelahnya, tim yang dilatih Koldo Aguirre tersebut menyingkirkan FC Basel dengan agregat 4-2. Kejutan pertama yang dibuat Athletic Club pada musim ini terjadi saat babak 16 besar. Mereka mampu menang atas AC Milan dengan agregat 4-3. Hasil yang sama kembali tercipta pada perempat final ketika mereka menaklukkan wakil senegara, Barcelona.
Pada semifinal, Athletic Club bertemu dengan tim asal Belgia, RWD Molenbeek. Mereka sukses meraih tiket final setelah menang berkat gol tandang. Saat bermain sebagai tamu pada leg pertama, Athletic Club bermain imbang 1-1. Lantas, ketika menjamu Molenbeek pada leg kedua, laga berakhir dengan hasil seri tanpa gol.
Sayangnya, Athletic Club gagal menjadi juara. Mereka kalah dari Juventus, juga akibat gol tandang. Ketika bermain tandang pada leg pertama, mereka kalah dengan skor 0-1. Sementara, saat bertindak sebagai tuan rumah pada leg kedua, mereka hanya bisa menang dengan skor 2-1.
2. Athletic Club kembali kalah ketika lolos ke final Liga Europa pada 2011/2012
Setelah menunggu hingga 34 musim, Atheltic Club akhirnya bisa kembali mencapai final kompetisi Eropa. Seperti pada 1976/1977, mereka pun melakukannya di Liga Europa. Tim yang bermarkas di San Mames ini juga bahkan bisa lolos ke final. Sayangnya, Athletic Club lagi-lagi gagal menjadi juara.
Tim yang kala itu dilatih Marcelo Bielsa tersebut mengawali perjalanannya dengan meyakinkan. Mereka berhasil menjadi juara grup F yang diisi Paris Saint-Germain, Red Bull Salzburg, dan Slovan Bratislava. Mereka lantas melaju ke babak 16 besar usai menang lewat gol tandang dari Lokomotiv Moskwa pada fase play-off.
Pada babak 16 besar, Athletic Club ditantang Manchester United. Hebatnya, mereka mampu menyapu bersih dua pertandingan melawan raksasa asal Inggris tersebut dengan kemenangan 3-2 dan 2-1. Pada perempat final, Athetlic Club bisa menyingkirkan FC Schalke dengan agregat 6-4.
Sporting CP menjadi lawan yang dihadapi Athletic Club di semifinal. Mereka hampir tersingkir setelah kalah pada leg pertama dengan skor 1-2. Namun, tim yang dipimpin Andoni Iraola sebagai kapten ini comeback pada leg kedua usai menang dengan skor 3-1. Nahas, pada laga puncak, Athletic Club tidak berdaya saat bertarung melawan tim senegara, Atletico Madrid. Mereka kalah dengan skor 0-3.
3. Athletic Club berhasil mencapai semifinal Liga Europa 2024/2025
Penampilan semifinal ketiga Athletic Club di kompetisi Eropa terjadi pada musim yang tengah berjalan (2024/2025). Sayangnya, tim yang kini dilatih Ernesto Valverde itu terancam gagal melaju ke final. Pasalnya, mereka baru saja menelan kekalahan pada leg pertama, Jumat (2/5/2025) dini hari WIB. Athletic Club dibekuk di kandang sendiri oleh Manchester United dengan skor 0-3. Mereka akan bertandang ke Old Trafford untuk melakoni leg kedua pada 8 Mei 2025.
Athletic Club mencapai semifinal Liga Europa 2024/2025 dengan cukup meyakinkan. Pada fase liga, mereka berhasil meraih 6 kemenangan, 1 keimbangan, dan hanya terkena 1 kekalahan. Pada babak 16 besar, mereka menyingkirkan AS Roma dengan agregat 4-3. Pada perempat final, mereka menang atas Rangers FC dengan agregat 2-0.
Athletic Club memikul tugas yang berat untuk bisa lolos ke final Liga Europa 2024/2025 akibat kekalahan dengan skor 0-3 pada leg pertama. Peluang makin mengecil karena mereka juga akan bermain tandang pada leg kedua nanti. Mampukah Athletic Club membalikkan keadaan untuk meraih final ketiganya di kompetisi Eropa?
PUSATSCORE , Peluang Fiorentina untuk mencapai final Liga Konferensi Eropa (UECL) 2024/2025 berada di tujung tanduk. Saat ini, mereka tengah tertinggal dari Real Betis usai kalah dengan skor 1-2 pada leg pertama semifinal, Jumat (2/5/2025) dini hari WIB. La Viola harus bisa membalikkan keadaan pada leg kedua nanti (8/5/2025) jika ingin menjaga peluang menjadi juara.
Andai gagal, maka tim yang kini dilatih Raffaele Palladino tersebut bakal mencatatkan hasil buruk kelima sejak klub terbentuk pada 1926. Sebelumnya, tim yang bermarkas di Artemio Franchi Stadium ini memang sudah pernah merasakan empat kekalahan di semifinal kompetisi Eropa. Berikut detail dari empat torehan negatif tersebut.
1. Fiorentina kalah dari Spartak Trnava di semifinal Piala Mitropa 1966/1967
Kekalahan pertama Fiorentina di semifinal kompetisi Eropa terjadi pada 1966/1967. Saat itu, mereka merasakannya di Piala Mitropa, sebuah ajang yang eksis pada 1927 hingga 1992 dan bukan dikelola oleh UEFA (Konfederasi Sepak Bola Eropa). Fiorentina menyerah di tangan Spartak Trnava dengan agregat 2-3. Mereka kalah dengan skor 0-2 pada leg pertama dan hanya bisa menang dengan skor 2-1 pada leg kedua.
Ketika memulai kompetisi ini dari babak 16 besar, Fiorentina yang saat itu dilatih Giuseppe Chiappella bisa mengalahkan First Vienna FC. Mereka menang dengan agregat tipis, 6-5. Begitu pun ketika berhadapan dengan Tatabanya pada perempat final. Mereka hanya unggul dengan agregat 2-1. Spartak Trnava sendiri keluar sebagai juara usai menaklukkan Ujpesti Dozsa dengan agregat 5-4.
2. Fiorentina dihentikan Barcelona di semifinal Piala Winners 1996/1997
Pada 1995/1996, Fiorentina berhasil menjadi juara Coppa Italia. Dampaknya, pada musim selanjutnya (1996/1997), mereka pun berhak untuk bermain di Piala Winners, ajang milik UEFA yang mempertemukan antara para kampiun piala domestik di negara-negara Eropa. Sayangnya, langkah tim yang dilatih Claudio Ranieri tersebut dihentikan Barcelona di semifinal.
Ketika bertandang ke Camp Nou pada leg pertama (9/4/1997), Rui Costa dan kolega sebetulnya meraih hasil yang positif. Mereka menahan Blaugrana dengan skor 1-1. Namun, saat bertindak sebagai tuan rumah pada leg kedua (23/4/1997), Fiorentina justru menyerah dengan skor 0-2. Gawang mereka dibobol Fernando Couto (30′) dan Pep Guardiola (35′).
Sebelum diadang Barcelona, Fiorentina sukses menyngkirkan tiga tim. Mereka mengalahkan Gloria Bistrita pada babak 32 besar (2-1). Pada babak 16 besar, mereka menang atas Sparta Praha (3-2). Terakhir, di perempat final, mereka mengalahkan Benfica (2-1).
3. Fiorentina kalah dari Rangers FC lewat adu penalti di semifinal Piala UEFA 2007/2008
Pada 2007/2008, ketika Liga Europa masih bernama Piala UEFA, Fiorentina kalah dengan cukup tragis di semifinal. Mereka gagal melaju ke partai final usai disingkirkan Rangers FC lewat adu penalti dengan skor 2-4. Padahal, tim yang saat itu dilatih Cesare Prandelli tersebut sempat berada dalam posisi yang unggul.
Kedua tim bermain imbang 0-0 selama dua leg. Pemenang pun lantas harus ditentukan lewat babak tos-tosan. Barry Ferguson yang maju sebagai penendang pertama Rangers gagal mencetak gol. Namun, Fabio Liverani dan Christian Vieri sebagai dua eksekutor terakhir Fiorentina justru melakukan hal yang sama. Nacho Novo akhirnya memastikan kemenangan Rangers.
Sebelum pertandingan ini, Fiorentina padahal sempat memenangi dua kali adu penalti. Mereka menyingkirkan FC Gronigen pada babak kualifikasi dan Everton saat 16 besar. Ada enam tim lain yang dihadapi Fiorentina di Piala UEFA 2007/2008. Mereka adalah Villarreal (1-1), Elfsborg (6-1), AEK Athens (1-1), Mlada Boleslav (2-1), Rosenborg (3-1), dan PSV Eindhoven (3-1).
4. Fiorentina dibantai Sevilla di semifinal Liga Europa 2014/2015
Fiorentina tampil meyakinkan di Liga Europa 2014/2015. Mereka mengawali kompetisi dengan keluar sebagai juara grup K. Pada fase play-off babak 16 besar, tim asuhan Vincenzo Montella itu mampu menyingkirkan Tottenham Hotspur dengan agregat 3-1.
Kejutan berlanjut pada babak 16 besar. Tim yang diperkuat Mohamed Salah itu membantai AS Roma dengan agregat 4-1. Mereka lantas meraih tiket semifinal usai menaklukkan Dinamo Kyiv dengan agregat 3-1.
Sayangnya, Fiorentina gagal melaju ke final. Mereka dihentikan Sevilla dengan agregat yang telak. Borja Valero dan kolega dibantai dengan skor 0-3 saat bermain tandang pada leg pertama dan kalah dengan skor 0-2 saat tampil di rumah sendiri. Sevilla pada akhirnya keluar sebagai juara usai menang atas Dnipro Dnipropetrovsk dengan skor 3-2.
Fiorentina memang tengah tertinggal dari Real Betis di semifinal Liga Konferensi Eropa 2024/2025. Namun, mereka setidaknya memiliki dua modal untuk bisa membalikkan keadaan. Mereka akan melakoni leg kedua di kandang pada 8 Mei 2025 nanti dan selalu berhasil menembus final dalam 2 musim UECL sebelumnya. Lantas, mampukah Fiorentina memanfaatkan situasi tersebut atau justru bakal menambah panjang daftar ini?
PUSATSCORE , Tanggal 1 Mei kemarin diperingati sebagai Hari Buruh Internasional. Momen ini menyatukan pekerja global sekaligus mengingatkan akan pentingnya perjuangan kelas pekerja dalam sejarah dan budaya. Dalam konteks ini, Liverpool FC menjadi contoh nyata bagaimana sepak bola bisa begitu erat dengan identitas dan perjuangan kaum buruh.
Liverpool tumbuh dari akar komunitas kelas pekerja yang telah lama menghuni kota pelabuhan tersebut. Kisah The Reds sebagai klub kelas pekerja pun diwarnai kisah ketidakselarasan dengan pemerintah Inggris. Lebih dari sekadar aksi di atas lapangan, Liverpool telah menjadi representasi perlawanan, kesetiaan, dan kebanggaan bagi masyarakat Merseyside.
1. Liverpool lahir dari konflik internal antara dewan direksi Everton dengan kelas pekerja
Sepak bola modern lahir di tengah-tengah komunitas pekerja di kota-kota industri Inggris pada abad ke-19. Kota Liverpool, sebagai pusat industri dan pelabuhan, menjadi lahan subur bagi berkembangnya olahraga ini. Para pekerja pelabuhan, buruh pabrik, dan masyarakat kelas bawah menjadikan sepak bola sebagai pelarian dari kerasnya kehidupan sehari-hari sekaligus sarana membangun solidaritas.
Liverpool, sejak awal berdiri, membawa semangat tersebut. Dilansir laman resmi klub, pendiriannya bermula dari perselisihan dengan jajaran direksi Everton. Ini mendorong John Houlding membentuk Liverpool dengan merekrut pemain-pemain berlatar belakang kelas pekerja. Tidak heran jika sejak dulu, para pendukung Liverpool dikenal vokal, politis, dan berani menyuarakan aspirasi mereka.
Identitas masyarakat Merseyside yang cenderung progresif, kritis terhadap kebijakan pemerintah pusat, dan dekat dengan gerakan sosial, menjadikan Liverpool sebagai representasi politik yang kuat. Sikap penolakan terhadap European Super League pada 2021, serta dukungan terhadap gerakan sosial seperti Fans Supporting Foodbanks, menunjukkan bagaimana mereka tak bisa lepas dari denyut nadi masyarakat kelas pekerja di sekitarnya.
2. Bill Shankly menanamkan nilai-nilai sosialisme semasa kepelatihannya di Liverpool
Bill Shankly, manajer legendaris Liverpool, menjadi simbol utama kedekatan klub ini dengan nilai-nilai sosialisme. Kutipannya yang terkenal, “The socialism I believe in is everyone working for each other, everyone having a share of the rewards, (Sosialisme yang saya yakini adalah semua orang bekerja untuk satu sama lain, semua orang mendapatkan bagian dari hasilnya)” merangkum filosofi kepemimpinannya. Baginya, esensi sepak bola tak sekadar meraih kemenangan. Lebih dari itu, ia juga memegang nilai-nilai keadilan, kerja sama tim, dan persatuan.
Alih-alih mengandalkan strategi yang rumit, Shankly membangun Liverpool melalui prinsip kerja sama tim yang kuat dan koneksi emosional mendalam antar individu. Ia menghidupkan nilai-nilai sosialisme dalam setiap aspek klub dari ruang ganti hingga tribun stadion. Di tangan Shankly, Liverpool menjelma sebagai kekuatan besar Eropa yang tetap bersahaja.
Hubungan Shankly dengan para penggemar Liverpool begitu dalam dan emosional. Ia dikenal sebagai pribadi yang ramah kepada fans, memahami kehidupan mereka, dan menganggap mereka bagian tak terpisahkan dari tim. Warisannya terus hidup di Anfield bukan hanya dalam bentuk trofi, tetapi juga dalam nilai-nilai yang dipegang teguh oleh klub hingga hari ini.
3. Elemen Liverpool, termasuk pemain, melakukan aksi solidaritas terhadap pekerja pelabuhan
Pada pertengahan 1990-an, Liverpool menjadi saksi dari salah satu pemogokan pekerja paling besar dalam sejarah Inggris. Sekitar 500 buruh pelabuhan dipecat karena menolak melewati garis piket dalam solidaritas terhadap rekan mereka yang lebih dulu dipecat oleh Mersey Docks and Harbour Company (MDHC). Pemogokan yang berlangsung dari 1995–1998 ini menjadi simbol perjuangan kelas pekerja melawan sistem yang menindas.
Dalam perjuangan tersebut, para pemain Liverpool ikut menyuarakan dukungan. Robbie Fowler, dalam laga Piala Winners Eropa 1997, mengenakan kaus bertuliskan “Support The 500 Sacked Dockers” setelah mencetak gol. Aksi ini membuatnya didenda UEFA. Namun di mata publik, Fowler justru menjadi pahlawan yang menunjukkan bahwa pemain sepak bola bisa ikut serta berdiri bersama kelas pekerja.
Dukungan terhadap para pekerja juga datang dari fans dan komunitas lokal. Demonstrasi besar-besaran, aksi solidaritas internasional, hingga keterlibatan tokoh budaya dan olahraga menggambarkan perjuangan ini bukan hanya milik para buruh pelabuhan, melainkan milik seluruh komunitas Liverpool. Sebuah contoh nyata jika sepak bola dan solidaritas sosial merupakan hal yang tak terpisahkan.
4. Juergen Klopp turut meneladai nilai-nilai yang diwariskan Bill Shankly
Kerendahan hati Bill Shankly kemudian diteladani Juergen Klopp. Tiba di Anfiled pada 2015, ia langsung menyatakan dirinya sebagai The Normal One, ungkapan sederhana yang mencerminkan kerendahan hatinya. Klopp membangun hubungan erat dengan fans, staf klub, dan komunitas lokal. Ia menolak adanya hierarki antara manajer, pemain, dan pendukung, sesuatu yang mengingatkan pada prinsip sosialisme Shankly.
Klopp juga menanamkan etos kerja keras dan kebersamaan dalam skuad Liverpool. Ia tak mengizinkan pemain menyentuh papan “This is Anfield” di lorong stadion tanpa pernah memenangkan trofi untuk menghormati perjuangan dan sejarah klub. Dalam masa kepemimpinannya, dirinya membawa The Reds meraih berbagai trofi kejuaraan. Namun yang lebih penting, ia mengembalikan semangat solidaritas dan egaliter ke dalam klub.
Selama pandemi COVID-19, Klopp dan para pemain aktif menggalang dana untuk staf medis dan masyarakat terdampak. Ia pun kerap mengutip inspirasi dari para pekerja di Melwood dan Kirkby dalam membangkitkan semangat pemain. Seperti Shankly, Klopp memahami kekuatan Liverpool berasal dari manusia-manusia biasa yang bekerja bersama untuk tujuan bersama.
Liverpool berhasil memaknai sepak bola sebagai alat pemersatu, sesuai dengan semangat dan identitas komunitas Merseyside yang terbentuk sejak lama. Hari Buruh menjadi momen menyadarkan kita bahwa akar sepak bola sejatinya milik rakyat, bukan dominasi kepentingan kelompok dan kapitalisme.
PUSATSCORE – Manchester United masih gagah di Liga Europa 2024/25. Dalam leg pertama semifinal yang dihelat Jumat (1/5/2025) dini hari WIB, MU menang di kandang Athletic Bilbao dengan skor 3-0.
Pertandingan yang berlangsung di San Mames itu menjadi panggung ciamiknya MU. Tidak cuma menang dengan skor besar, mereka juga tampil dominan sepanjang laga.
1. MU cetak banyak tembakan
Di laga ini, MU mencetak banyak tembakan ketimbang Bilbao, yakni 14 berbanding sembilan. Tujuh dari 14 tembakan itu mengarah ke gawang Bilbao, dan tiga di antaranya berbuah gol.
Bukan cuma tembakan, MU juga dominan soal penguasaan bola di laga ini. Mereka menorehkan persentase penguasaan bola sebesar 73 persen, berbanding 27 persen milik Bilbao.
2. Tertolong kartu merah Bilbao
Dominasi yang dipertontonkan MU ini tak lepas dari kartu merah yang diterima pemain Bilbao, Dani Vivian. Kurang satu pemain menjadikan Bilbao kesulitan meladei permainan MU.
Di sisi lain, para pemain MU tampil penuh determinasi sejak awal laga. Mereka seakan sadar, kemenangan di laga ini bisa menjadi keuntungan, dan langsung tancap gas.
3. Agak memudahkan MU di leg kedua
Setelah pertemuan di San Mames ini, MU dan Bilbao akan bersua lagi dalam leg kedua semifinal Liga Europa 2024/25 di Old Trafford, pekan depan. Kemenanga ini jelas memudahkan MU.
Dengan keunggulan tiga gol, MU minimal tak boleh kalah lebih dari tiga gol dari Athletic Bilbao untuk mengunci satu tiket di Liga Europa 2024/25. Menilik permainan di leg pertama ini, semestinya mereka bisa melakukannya.
Pusat,Bola, 2 Mei 2025 – Tottenham Hotspur meraih kemenangan 3-1 atas klub Norwegia Bodø/Glimt dalam laga persahabatan yang digelar di Tottenham Hotspur Stadium, Kamis malam waktu setempat. Kemenangan ini menjadi ajang pemanasan penting bagi skuad asuhan Ange Postecoglou jelang akhir musim.
Tottenham tampil dominan sejak menit awal dan membuka keunggulan di babak pertama lewat gol Richarlison pada menit ke-18, memanfaatkan umpan silang dari Pedro Porro. Bodø/Glimt sempat menyamakan kedudukan di menit ke-33 melalui tendangan jarak jauh Amahl Pellegrino yang mengejutkan kiper Guglielmo Vicario.
Namun, Spurs kembali unggul sebelum turun minum. Kapten Son Heung-min mencetak gol melalui tendangan bebas cantik di menit ke-42. Di babak kedua, Tottenham semakin menekan dan menambah keunggulan menjadi 3-1 lewat sepakan Brennan Johnson pada menit ke-67 setelah serangan balik cepat.
Pertandingan ini juga menjadi kesempatan bagi beberapa pemain muda Spurs untuk unjuk kemampuan. Pelatih Postecoglou memuji penampilan timnya yang dinilai solid dan penuh semangat.
“Ini laga yang bagus untuk menjaga ritme permainan. Beberapa pemain tampil sangat baik, dan hasil ini menjadi dorongan positif untuk kami,” ujar Postecoglou usai laga.
Tottenham selanjutnya akan menghadapi laga krusial di Premier League akhir pekan ini, sementara Bodø/Glimt kembali ke Norwegia untuk melanjutkan kompetisi domestik mereka di Eliteserien.
PUSATSCORE , Arsenal terancam gagal memenangi trofi pada 2024/2025. Di FA Cup, mereka telah tersingkir sejak putaran ketiga setelah kalah lewat adu penalti dari Manchester United. Kemudian, di Carabao Cup, The Gunners terhenti oleh Newcastle United pada semifinal setelah kalah agregat 0-4. Lalu, mimpi mereka untuk menyudahi puasa gelar English Premier League (EPL) juga pupus setelah Liverpool mengunci gelar pada Minggu (27/4/2025) malam WIB.
Yang terbaru, peluang pasukan Mikel Arteta untuk lolos ke final EUFA Champions League (UCL) makin menipis. Itu setelah mereka takluk 0-1 saat menjamu Paris Saint-Germain pada leg pertama semifinal, Rabu (30/4/2025) dini hari WIB. Satu-satunya gol dalam duel yang dihelat di Emirates Stadium tersebut dicetak oleh Ousmane Dembélé, memanfaatkan assist Khvicha Kvaratskhelia dari sisi kiri.
Dengan situasi tersebut, tiga penggawa Arsenal 2024/2025 kemungkinan harus menunda mimpi mereka untuk memenangi trofi di level klub. Sebab, mereka belum meraihnya sebagai pesepak bola profesional. Berikut tiga pemain Arsenal 2024/2025 yang belum pernah memenangi trofi di level klub per 30 April 2025.
1. Ethan Nwaneri baru memulai karier profesional pada 2024/2025
Ethan Nwaneri belum pernah meraih trofi di level profesional. Sebab, ia baru dipromosikan ke tim senior Arsenal pada awal musim 2024/2025. The Gunners percaya dengan potensi yang dimiliki sang pemain hingga mengikatnya kontrak jangka panjang yang berlaku sampai Juni 2030.
Tak butuh waktu lama, pemain kelahiran 21 Maret 2007 tersebut langsung mendapat kepercayaan dari Arteta sebagai salah satu tukang gedor di lini serang Arsenal. Ia pun menjawab kepercaayan sang pelatih dengan performa impresif. Per 30 April 2025, Nwaneri telah mengemas 9 gol dan 2 assist dari 35 penamilan.
Performa mengesankan di level junior menjadi salah satu alasan kuat mengapa Arsenal memberi kesempatan kepada Nwaneri untuk memperkuat tim utama. Ketajamannya telah terlihat sejak bermain untuk tim junior. Ia berhasil mengoleksi 27 gol dan 10 assist dari 52 penampilan di beberapa kelompok umur.
2. Myles Lewis-Skelly tengah menjalani musim pertama di tim senior Arsenal
Sama seperti Nwaneri, Myles Lewis-Skelly juga tengah menjalani musim pertama di level profesional. Ia dipromosikan ke tim senior Arsenal pada musim panas 2024. Bersama pemain-pemain berpengalaman di tim utama, ia diharapkan mampu cepat berkembang.
Sebagai seorang bek kiri, Lewis-Skelly mampu menunjukkan progres positif hingga menjadi andalan The Gunners sejak pertengahan musim 2024/2025. Sejauh musim ini, ia telah merumput dalam 34 pertandingan dengan torehan 1 gol dan 2 assist. Menariknya, gol pertamanya untuk Arsenal tercipta ke gawang Manchester City dan membawa timnya menang telak 5-1 di EPL.
Performa impresif di klub juga membuat pemain kelahiran London, Inggris, tersebut mendapat kesempatan untuk mencatatkan debut di Timnas Inggris. Menariknya, ia bermain selama 90 menit dan mencetak gol pada laga debut saat The Three Lions bertemu Albania pada Maret 2025. Dengan torehan tersebut, ia menjadi pencetak gol termuda Timnas Inggris pada laga debut, memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh Marcus Rashford.
3. David Raya telah bermain di beberapa klub berbeda
David Raya menjadi pilihan utama di bawah mistar gawang Arsenal pada 2024/2025 ini. Sejauh musim ini, ia telah dipercaya untuk bermain dalam 50 laga dengan 18 di antaranya tanpa kebobolan. Kontribusinya yang apik sebagai pertahanan terakhir menjadikan The Gunners sebagai tim dengan kebobolan paling sedikit hingga pekan ke-34 EPL.
Meski demikian, kiper asal Spanyol tersebut belum pernah memenangi trofi bersama klub-klub yang ia bela. Sebelum bergabung dengan Arsenal, ia pernah berseragam Brentford, Southport FC, dan Blackburn Rovers. Jika Arsenal mampu menjuarai UCL 2024/2025, maka itu akan menjadi gelar juara pertama dalam kariernya di level klub.
Nasib baik justru didapat Raya bersama Timnas Spanyol. Ia menjadi bagian dari La Furia Roja saat menjuarai UEFA Nations League 2023. Kemudian, pemain berusia 29 tahun tersebut juga berkontribusi membawa Timnas Spanyol menjuarai Euro 2024.
Gelar juara UCL menjadi harapan terakhir bagi para pemain di atas untuk meraih trofi bersama Arsenal pada 2024/2025 ini. Sayangnya, langkah menuju final tak akan mudah. The Gunners harus meraih kemenangan dengan minimal margin dua gol pada leg kedua semifinal di markas PSG.