post

4 Kemenangan Terakhir Bayern Muenchen di Kandang Inter Milan

PUSATSCORE , Bayern Muenchen secara mengejutkan kalah 1-2 dari Inter Milan di leg pertama perempat final Liga Champions Eropa (UCL) pada 8 April 2025. Hasil ini membuat peluang Bayern Muenchen menuju semifinal UCL makin berat. Sebab, Die Rotten wajib menang dengan mencetak minimal dua gol tanpa kebobolan di kandang Inter Milan, stadion Giuseppe Meazza.

Meski begitu, Bayern Muenchen punya rekor mentereng kala bertandang ke kandang Inter Milan di semua kompetisi antarklub Eropa. Die Rotten berhasil meraih 4 kemenangan dalam 4 kunjungan terakhir ke Giuseppe Meazza. Berikut catatan empat hasil positif Bayern Muenchen di kandang Inter Milan.

1. Bayern Muenchen menang 3-1 atas Inter Milan di 16 besar Piala UEFA pada 1988/1989

Bayern Muenchen bertandang ke kandang Inter Milan dalam laga leg kedua 16 besar Piala UEFA, format lama dari Liga Europa, pada 7 Desember 1988. Die Rotten sebelumnya menelan kekalahan 0-2 dari Inter Milan di leg pertama yang berlangsung di Olimpiastadion Muenchen. Bayern Muenchen wajib menang dengan selisih tiga gol untuk lolos ke perempat final.  Die Rotten awalnya memegang kendali pertandingan sejak menit pertama.

Bayern Muenchen berhasil mencetak tiga gol lewat Roland Wohlfarth, Klaus Augenthaler, dan Juergen Wegmann, pada menit ke-33, 37, dan 41. Inter Milan membobol gawang Bayern Muenchen lewat Aldo Serena pada menit ke-46. Bayern Muenchen berhasil mempertahankan keunggulan skor 3-1 atas Inter Milan dan agregat imbang 3-3. Die Rotten berhak lolos ke perempat final berkat keunggulan gol tandang.

2. Bayern Muenchen mengalahkan Inter Milan 2-0 pada fase grup UCL 2006/2007

Bayern Muenchen berada satu grup dengan Inter Milan pada UCL 2006/2007. Die Rotten bertandang ke kandang Inter Milan, Giuseppe Meazza, pada 27 September 2006. Bayern Muenchen asuhan Felix Magath mengandalkan Roy Makaay, Claudio Pizarro, dan Hasan Salihamidzic. Sementara itu, pelatih Inter Milan kala itu, Roberto Mancini, menduetkan Zlatan Ibrahimovic dan Hernan Crespo di lini depan bersama Dejan Stankovic dan Luis Figo.

3. Bayern Muenchen menang tipis 1-0 atas Inter Milan pada leg pertama UCL 2010/2011

Bayern Muenchen menghadapi Inter Milan di 16 besar Liga Champions pada 23 Februari 2011. Pelatih Die Rotten ketika itu, Louis van Gaal, mengandalkan para penyerang terbaiknya, seperti Arjen Robben, Franck Ribery, Thomas Mueller, dan Mario Gomez. Di sisi lain, pelatih Inter Milan kala itu, Leonardo, menurunkan Samuel Eto’o, Wesley Sneijder, dan Thiago Motta, sebagai starter.

Kedua tim memiliki lini pertahanan cukup solid selama 90 menit. Bayern Muenchen berhasil memecah kebuntuan lewat gol Mario Gomez pada menit ke-90. Keunggulan Bayern Muenchen 1-0 atas Inter Milan bertahan sampai laga usai.

4. Bayern Muenchen mengalahkan Inter Milan 2-0 pada fase grup UCL 2022/2023

Bayern Muenchen kembali berada satu grup dengan Inter Milan pada UCL 2022/2023. Die Rotten bertandang ke kandang Inter Milan terlebih dahulu pada 7 September 2022. Pelatih Bayern Muenchen ketika itu, Julian Nagelsmann, menurunkan Sadio Mane, Leroy Sane, Kingsley Coman, dan Thomas Mueller sejak menit pertama. Di sisi lain, pelatih Inter Milan, Simone Inzaghi, mengandalkan duet Lautaro Martinez dan Edin Dzeko, serta Hakan Calhanoglu sebagai playmaker.

Bayern Muenchen mencetak gol terlebih dahulu melalui Leroy Sane pada menit ke-25. Die Rotten menggandakan keunggulan setelah bek Inter Milan, Danilo D’Ambrosio, menorehkan gol bunuh diri pada menit ke-66. Bayern Muenchen berhasil mempertahankan keunggulan 2-0 atas Inter Milan hingga laga usai.

Keempat kemenangan Bayern Muenchen di kandang Inter Milan bisa memberikan optimisme jelang leg kedua perempat final UCL pada 16 April 2025. Die Rotten perlu mewaspadai lini pertahanan Inter Milan yang sulit ditembus seperti yang terjadi di leg pertama. Mampukah Bayern Muenchen membalikkan keadaan dan mengalahkan Inter Milan untuk lolos ke semifinal UCL pada 2024/2025?

post

Momen Kocak Nani Ingat MU saat Main ke IDN HQ

PUSATSPORT – Bastian Schweinsteiger dan Luis Nani bertandang ke IDN HQ untuk dalam rangkaian UEFA Champions League Trophy Tour, Selasa (15/4/2025). Dalam kedatangan mereka, banyak momen kocak yang terjadi.

Salah satunya ketika Schweinsteiger dan Nani ditanya terkait tim favorit dalam perburuan gelar Liga Champions musim ini, 2024/25. Jawaban Nani memancing gelak tawa Timmy yang hadir di tribune The Plaza.

1. Schweinsteiger dukung Bayern, Nani malah teringat Manchester United

Schweinsteiger menjawab lebih dulu. Pemenang Piala Dunia 2014 itu optimistis mantan klubnya, Bayern Munich, dapat mengangkat trofi Si Kuping Besar pada musim ini.

Nani ingin melontarkan jawaban yang serupa. Namun, hal itu tidak bisa karena Manchester United tidak mentas di Liga Champions pada musim ini.

“Tim saya (Manchester United), tidak ada di sana,” kelakar Nani yang disambut tawa dari ratusan Timmy di The Plaza.

2. Nani mau lihat kejutan Madrid

Karena tak bisa mendukung MU, Nani memilih Real Madrid. Eks bintang Timnas Portugal itu ingin melihat kejutan Los Blancos, yang dipermak Arsenal dengan skor 0-3 di perempat final leg 1.

“Saya menjagokan Madrid, dan percaya Madrid bisa bangkit, mengubah situasi usai kalah,” ujar Nani.

3. Mampu bangkit, Madrid?

Misi Madrid ke semifinal memang sulit. Mereka minimal harus menang dengan selisih tiga gol, untuk memaksa Arsenal mengadu nasib via perpanjangan waktu hingga tos-tosan.

El Real memang acap kali melakukan comeback di fase gugur Liga Champions. Momen terbaru ketika menyingkirkan Manchester City di semifinal Liga Champions 2021/22. Bedanya, kala itu Los Blancos hanya tertinggal 0-1 di leg pertama.

Menarik untuk dinantikan, mampukah tim asuhan Carlo Ancelotti tunjukkan keajaiban di Santiago Bernabeu pada Kamis (17/4/2025) dini hari WIB.

post

Pemerintah Beri Rp420 M ke 13 Cabor, PSSI Terbesar

PUSATSPORT – Pemerintah melalui Kemenpora memberikan bantuan sebesar Rp420 miliar kepada 13 cabang olahraga, Senin (14/4/2025). Suntikan dana tersebut bertujuan agar ke-13 cabor tersebut dapat melakukan pemusatan latihan dengan optimal.

Bantuan itu disepakati lewat Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dengan Induk Organisasi Cabang Olahraga (IOCO) dalam Rangka Pelatnas Tahun 2025. Perjanjian ini disaksikan langsung Menpora Dito Ariotedjo dan Wamenpora Taufik Hidayat.

1. PSSI raup nyaris setengahnya

PSSI menjadi cabor dengan nominal bantuan paling besar, nyaris Rp200 miliar. Sementara, cabor lain tidak ada yang lebih dari Rp40 miliar.

PBSI di urutan kedua dengan Rp37,6 miliar dan FPTI di posisi ketiga, senilai Rp24,9 miliar. Dito menyatakan, jumlah yang didapat ke-13 cabor sudah sesuai dengan kebutuhan.

“Total anggaran yang dialokasikan untuk tahap pertama ini adalah kurang lebih Rp420 miliar. Jumlahnya sesuai dengan kebutuhan setiap cabor,” kata Dito dalam jumpa pers.

2. Pemerintah juga bantu untuk dua ajang internasional

Pemerintah juga memberikan suntikan dana tambahan kepada FPTI dan engurus Besar Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PB PSOI). Itu karena mereka akan menggelar kejuaraan internasional di Indonesia.

FPTI menggelar Kejuaraan Dunia Panjat Tebing 2025, sementara PSOI menghelat World Surf League 2025. Untuk ajang tersebut, FPTI mendapat tambahan Rp4,9 miliar, sedangkan PSOI sebesar Rp7,4 miliar.

3. Daftar lengkap bantuan yang diterima 13 cabor

Berikut daftar lengkap bantuan yang didapat ke-13 cabor, berdasarkan nilai bantuan terbesar:

1. PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia): Rp199,789,273,658
2. PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia): Rp37,615,697,510
3. FPTI (Federas Panjat Tebing Indonesia): Rp24,999,996,000
4. Perpani (Persatuan Panahan Indonesia): Rp20,378,955,500
5. PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia): Rp19,915,145,769
6. PODSI (Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia): Rp19,286,222,609
7. PERBAKIN (Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia): Rp18,033,302,234
8. PABSI (Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia): Rp15,956,304,077
9. ISSI (Ikatan Sport Sepeda Indonesia): Rp13,415,265,664
10. PJSI (Persatuan Judo Seluruh Indonesia): Rp10,670,410,000
11. Akuatik Indonesia: Rp9,864,094,834
12. PSOI (Persatuan Selancar Ombak Indonesia): Rp8,958,944,960
13. PERSANI (Persatuan Senam Indonesia): Rp8,838,749,234

Kejuaraan
1. Kejuaraan Dunia Panjat Tebing 2025: Rp4,999,900,000
2. World Surf League 2025: Rp7,499,999,976

post

Timnas U-17 Tak Pernah Menang di Fase Gugur Piala Asia

PUSATSPORT – Timnas Indonesia U-17 harus mengakhiri kiprahnya di Piala Asia U-17 2025. Mereka baru saja kena bantai saat jumpa Korea Utara dalam perempat final Piala Asia U-17 2025, di King Abdullah Sports City Hall Stadium, Senin (14/4/2025).

Dalam duel itu, gawang Timnas U-17 diberondong setengah lusin gol. Sepanjang laga, Timnas U-17 tidak berkutik menghadapi permainan spartan Korut. Kim Yu Jin dan kawan-kawan terus menekan Timnas U-17 sepanjang laga, sama sekali tak memberikan napas buat berkembang.

Kekalahan ini pun meneruskan tren buruk Timnas U-17 di Piala Asia U-17. Mereka tak pernah menang di fase gugur. Pada 1990 silam, kendati lolos semifinal, itu adalah laga fase gugur pertama yang mereka jalani di Piala Asia U-17.

Di laga itu, Indonesia kalah 0-2 dari Uni Emirat Arab (UEA), dan gagal melaju ke final. Kemudian, pada laga perebutan tempat ketiga, mereka juga kalah 0-5 dari China.

Berlanjut ke Piala Asia U-17 2018, Timnas U-17 mampu melaju ke perempat final. Namun, mereka tak berdaya menghadapi Australia karena kalah 2-3.

Meski gagal melaju ke semifinal Piala Asia U-17 2025, Timnas U-17 setidaknya sudah mengunci satu tiket ke Piala Dunia U-17 2025. Kendati begitu, catatan buruk ini jelas jadi sesuatu yang harus diperhatikan Garuda Muda.

post

3 Tim Italia yang Berhasil Dikalahkan Bodo/Glimt

PUSATSPORT , Bodo/Glimt membuat kejutan pada leg pertama perempat final Liga Europa 2024/2025, Jumat (11/4/2025) dini hari WIB. Mereka menaklukkan Lazio dengan skor 2-0. Kemenangan tersebut pun memberi tim asal Norwegia tersebut modal yang bagus untuk bisa lolos ke semifinal.

Meski begitu, ini sebetulnya bukan kemenangan pertama Bodo/Glimt atas tim dari Italia. Sebelumnya, mereka pernah mengalahkan dua klub Negeri Pizza. Salah satunya bahkan mereka taklukkan hingga dua kali pada musim yang sama. Termasuk Lazio, berikut tiga tim Italia yang pernah dikalahkan Bodo/Glimt.

1. Bodo/Glimt membungkam Lazio pada leg pertama perempat final Liga Europa 2024/2025

Bodo/Glimt mengalahkan Lazio dengan skor 2-0 pada leg pertama perempat final Liga Europa 2024/2025 di kandang sendiri, Aspmyra Stadion. Ulrik Saltnes menjadi bintang karena mencatatkan brace. Gelandang yang juga berstatus sebagai kapten tim itu mencetak gol pada menit 47 dan 69.

Pelatih Lazio, Marco Baroni, menilai kekalahan yang diterima timnya tidak terlepas karena kualitas lapangan yang bertipe sintetis. Menurutnya, para pemain Bodo/Glimt bisa memanfaatkan situasi tersebut karena sudah sering bermain dengan kondisi demikian. Mereka mampu menciptakan pergerakan yang cepat karena bola yang memang mengalir lebih lancar.

Lazio akan bergantian menjamu Bodo/Glimt di Stadio Olimpico untuk melakoni laga leg kedua pada 17 April 2025. Baroni pun percaya diri timnya bisa membalikkan keadaan. Selain bermain di rumput yang normal, mereka juga akan didukung para tifosinya.

2. Bodo/Glimt dua kali mengalahkan AS Roma di Liga Konferensi Eropa 2021/2022

AS Roma berhasil menjadi juara Liga Konferensi Eropa 2021/2022. Pada musim tersebut, mereka bertanding 15 kali dengan hasil 10 kemenangan, 3 keimbangan, dan 2 kekalahan. Dua kekalahan yang didapat AS Roma tersebut tercipta saat berhadapan dengan Bodo/Glimt.

Pertama, mereka bertemu pada fase grup (21/10/2021). Tim yang saat itu dilatih Jose Mourinho menelan kekalahan memalukan dengan skor 1-6. Seperti Lazio, AS Roma juga merasakannya di Aspmyra Stadion.

Keduanya kembali berhadapan pada perempat final. Lagi-lagi, AS Roma tidak berkutik ketika bertandang ke Aspmyra Stadion untuk melakoni leg pertama (7/4/2022). Mereka kalah dengan skor 1-2. Namun, I Giallorossi bisa membalikkan agregat pada leg kedua (14/4/2022). Mereka menang dengan skor telak, 4-0.

Setelah menyingkirkan Bodo/Glimt pada perempat final, AS Roma menang atas Leicester City dengan agregat 2-1 pada semifinal. Mereka akhirnya menjadi juara usai menang tipis atas Feyenoord dengan skor 1-0. Gol tunggal dicetak Nicolo Zaniolo pada menit 32.

3. Bodo/Glimt menang atas Sampdoria pada leg pertama 32 besar Piala Winners 1994/1995

Sampdoria menjadi Italia pertama yang berhasil dibekuk Bodo/Glimt. Keduanya bertemu pada babak 32 besar Piala Winners 1994/1995. Pada leg pertam (15/9/1994), Bodo/Glimt menang dengan skor 3-2. Lagi-lagi, hasil tersebut tercipta di kandang, Aspmyra Stadion.

Namun, Sampdoria bisa membalikkan keadaan pada leg kedua (29/9/2024). Mereka menang dengan skor 2-0. Tim yang dilatih Sven-Goran Eriksson tersebut mencetak gol melalui David Platt (13′) dan Attilio Lombardo (37′).

Sebagai catatan, Sampdoria mampu melaju sampai semifinal. Langkah mereka dihentikan Arsenal lewat adu penalti. Pada partai puncak, The Gunners gagal menjadi juara karena kalah dari Real Zaragoza.

Selain Lazio, AS Roma, dan Sampdoria, Bodo/Glimt juga sudah pernah bertemu dengan tiga tim Italia lain, yaitu AC Milan, Inter Milan, dan Napoli. Namun, dengan ketiga tim tersebut, Bodo/Glimt selalu menelan kekalahan. Mereka dibekuk AC Milan dengan skor 2-3 pada babak kualifikasi Liga Europa 2020/2021, dibantai Inter Milan dengan agregat 1-7 pada babak 16 besar Piala Winners 1978/1979, dan menyerah dari Napoli dengan agregat 0-3 pada babak 32 besar Piala Winners 1976/1977.

post

Ini 2 Poin Evaluasi Timnas U-17 Selama Fase Grup Piala Asia

PUSATSPORT – Pelatih Timnas Indonesia U-17, Nova Arianto, menyebut ada dua poin yang masih harus dievaluasi dari anak asuhnya selepas fase grup Piala Asia U-17 2025. Apa sajakah itu?

“Evaluasi kan memang sering kita lakukan ya, tetapi pekerjaan rumah terbesar saya masih soal dua hal ini, yaitu passing (umpan) dan pengambilan keputusan di atas lapangan,” kata Nova dalam keterangannya.

1. Masih tampak dalam laga lawan Afghanistan

Perkara kekurangan di dua hal tersebut, Nova mengaku masih melihatnya ketika Indonesia bersua Afghanistan di laga terakhir fase grup. Ada beberapa momen ketika para pemain terlambat mengambil keputusan.

“Karena memang bisa kita lihat saat lawan Afghanistan, para pemain saya kerap terlambat mengambil keputusan. Misal, mereka masih bingung kapan harus dribel, passing, atau shooting,” ujar Nova.

2. Salah umpan juga masih jadi masalah

Tidak cuma pengambilan keputusan, salah umpan juga masih jadi pekerjaan rumah Timnas U-17. Saat laga pertama lawan Korea Selatan, tampak salah umpan ini jadi penyebab gagalnya serangan balik skuad Garuda Muda.

Begitu juga saat lawan Afghanistan, salah umpan ini jadi penyebab beberapa kali pemain Afghanistan mampu menggempur pertahanan Indonesia. Ada aliran permainan yang terhenti karena salah umpan ini.

3. Diharapkan bisa terselesaikan saat lawan Korut

Nova berharap, dua pekerjaan rumah ini bisa selesai saat Indonesia berhadapan dengan Korea Utara. Sebab, secara kualitas, Korut punya bekal lebih dari cukup untuk merepotkan atau bahkan mengalahkan Indonesia.

“Korut adalah salah satu tim yang harus diwaspadai di Piala Asia U-17 2025 ini. Saya harap, dua pekerjaan rumah ini bisa terselesaikan saat Timnas U-17 bertemu mereka nanti (Senin, 14 April),” kata Nova.

post

Leo Beenhakker, Pelatih Legendaris dengan Jejak di Banyak Negara

PUSATSPORT , Kabar duka datang dari sepak bola Belanda. Salah satu pelatih legendaris mereka, Leo Beenhakker, meninggal dunia pada 10 April 2025 dalam usia 82 tahun. Kepergian sosok yang lahir pada 2 Agustus 1942 ini tidak hanya ditangisi di dalam negeri, melainkan juga wilayah-wilayah lain di luar Belanda. Pasalnya, sepanjang karier, Beenhakker memang mampu meninggalkan jejak yang cukup mendalam di sejumlah negara. Salah satunya adalah Trinidad dan Tobago yang ia bawa bermain di Piala Dunia untuk pertama kali.

1. Leo Beenhakker merupakan pelatih yang disegani di Belanda

Leo Beenhakker termasuk salah satu pelatih sukses yang tidak pernah berkarier sebagai pesepak bola profesional. Ia hanya bermain di level amatir. Meski begitu, keterbatasan tersebut tidak berarti Beenhakker memiliki pengetahuan yang minim soal taktik sepak bola. Ia merupakan sosok yang cukup disegani di Belanda.

Di level klub, Beenhakker tercatat melatih delapan klub. Ia memulainya bersama SV Epe pada 1965 hingga 1967. Setahun berikutnya, Beenhakker sempat turun jabatan dengan menjadi asisten pelatih Frantieek Fadrhonc di Go Ahead Eagles. Namun, ia kembali menjadi pelatih utama di Veendam (1968–1972), SC Cambuur (1972–1975), dan Go Ahead Eagles (1975–1976).

Pada 1975 hingga 1977, Beenhakker juga pernah mencoba posisi lain. Ia ditunjuk sebagai direktur tim muda Feyenoord. Beenhakker mengisi posisi yang sama di Ajax Amsterdam pada 1977 sampai 1999. Ajax lantas mempromosikannya menjadi pelatih tim utama pada 1979 sampai 1981.

FC Volendam menjadi tim keenam yang dilatih Beenhakker. Namun, ia hanya bertahan singkat di klub ini. Beenhakker memimpin mereka dalam delapan pertandingan pada 1984–1985. 

Pada 1989, Beenhakker kembali ke Ajax dan bertahan selama 2 tahun. Setelah itu, ia akhirnya mendapat kesempatan untuk melatih Feyenoord pada 1997. Feyenoord memang punya tempat istimewa di hati Beenhakker karena merupakan klub yang berasal dari kota kelahirannya, Rotterdam. Beenhakker bertahan sampai 2000. Namun, pada 2007, ia sempat kembali melatih mereka. Pada 2009–2011, Beenhakker diminta untuk menjadi direktur olahraga.

Karier kepelatihan Beenhakker diakhiri bersama satu klub lain asal kota kelahirannya, Sparta Rotterdam. Pada 2013-2014, ia diminta untuk menjadi penasihat. Setahun berikutnya, Beenhakker diangkat menjadi direktur olahraga. Pada 2018, ia kembali menjadi penasihat sebelum akhirnya pensiun.

Selain klub, Beenhakker juga pernah memimpin Timnas Belanda dalam dua kesempatan. Ia ditunjuk untuk pertama kali pada 1985 dan bertahan selama enam pertandingan. Beenhakker kembali untuk memimpin Belanda di Piala Dunia 1990 yang digelar di Italia. Sayangnya, Oranje hanya bisa melangkah sampai babak 16 besar dan Beenhakker pun dilepas.

2. Leo Beenhakker menjadi juara bersama Ajax Amsterdam dan Feyenoord

Karier Leo Beenhakker di dalam negeri tidak hanya mentereng secara kuantitas. Ia juga mampu melengkapinya dengan kualitas. Beenhakker tercatat mengoleksi 4 trofi Eredivisie dan 2 trofi Piala Super Belanda.

Beenhakker melakukannya untuk pertama kali bersama Ajax Amsterdam pada 1979/1980. Ketika kembali pada 1989/1990, ia menambah satu trofi Eredivisie untuk mereka. Setelah itu, Beenhakker mampu menjuarai Eredivisie secara beruntun bersama Feyenoord pada 1998/1999 dan 1999/2000. Dalam 2 musim tersebut, ia juga membawa tim kota kelahirannya itu mengangkat trofi Piala Super Belanda.

3. Leo Beenhakker membawa Real Madrid menjuarai LaLiga selama 3 musim beruntun

Kinerja Leo Beenhakker pada periode pertamanya melatih Ajax Amsterdam (1979–1981) sukses mencuri perhatian Real Zaragoza. Klub Spanyol tersebut pun menjadi tim asing pertama yang dilatih Beenhakker. Namun, ia hanya bertahan selama 3 musim. Setelah periode yang singkat menukangi Timnas Belanda, Beenhakker kembali ke Negeri Matador dengan melatih Real Madrid.

Di klub ibu kota Spanyol itu, Beenhakker berhasil meraih kejayaan. Ia membawa Los Blancos menjuarai LaLiga Spanyol selama 3 musim beruntun (1986/1987, 1987/1988, 1988–1989). Beenhakker melengkapinya dengan 1 trofi Copa del Rey (1988/1989) dan 2 Piala Super Spanyol (1988/1989 dan 1989/1990). Setelah hengkang pada 1989, Beenhakker sempat kembali memimpin Real Madrid pada periode Februari–Juni 1992.

4. Leo Beenhakker mencetak sejarah bersama Trinidad dan Tobago dan Polandia

Setelah memimpin Belanda pada 1985 dan 1990, Leo Beenhakker baru kembali berkiprah di level internasional pada 1993. Ia menerima tawaran untuk melatih Timnas Arab Saudi. Namun, kariernya bersama negara Asia tersebut berlangsung singkat. Beenhakker hanya menemani mereka dalam dua pertandingan.

Saat itu, ia sebetulnya tidak merasakan kekalahan. Mereka meraih 1 kemenangan dan 1 keimbangan saat bertemu China dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 1994. Namun, Beenhakker dilepas oleh federasi sepak bola negara tersebut karena para pemain yang dikabarkan merasa tidak cocok dengan gaya bermainnya.

Akibat pengalaman itu, butuh waktu sampai 12 tahun bagi Beenhakker untuk bersedia bekerja lagi sebagai pelatih tim nasional. Uniknya, ketika kembali melakukannya, ia mencuri perhatian karena memilih negara kecil, Trinidad dan Tobago.

Hebatnya, Beenhakker justru mencetak sejarah bersama tim dari Kepulaua Karibia tersebut. Ia membawa mereka bermain di Piala Dunia untuk pertama kalinya pada 2006. Prestasi yang mirip juga dibuat Beenhakker bersama Polandia. Ia mengantarkan mereka mencatatkan debut di Euro pada 2008.

Selain Real Zaragoza dan Real Madrid, Beenhakker pernah melatih empat klub asing lain, yaitu Grasshoppers (1992–1993), CF America (1994–1995 dan 2003–2004), Istansbulspor (1995), dan Deportivo Guadalajara (1995–1996). Pada 2011, ia juga pernah bekerja sebagai direktur sepak bola bagi klub Hungaria, Ujpest FC. Pengalaman bersama sederet tim nasional dan klub tersebut menjadi bukti legasi dari mendiang Leo Beenhakker di dunia sepak bola.

post

Persebaya Tahan Imbang Persija di Gelora Bung Karno

PUSATSPORT- Persija Jakarta gagal mengunci kemenangan saat berlaga menghadapi Persebaya Surabaya di pekan ke-28 Liga 1 BRI musim 2024/2025. Persija harus puas bermain imbang di hadapan pendukung sendiri.

Pertandingan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (12/4/2025). Sejak peluit sepak mula dibunyikan, kedua tim sudah bermain ngotot.

Pertandingan belum berjalan sepuluh menit, Hanif Sjahbandi sudah mengancam lewat sepakan jarak jauh. Sayang, tendangannya melambung di atas gawang Ernando Ari.

Persebaya juga mengancam lewat Flavio Silva dan Toni Firmansyah. Aksi balas serangan terjadi sepanjang babak pertama, tetapi tak ada satu pun gol yang tercipta hingga peluit akhir babak pertama dibunyikan.

Bermain di kandang, klub berjuluk Macan Kemayoran ini langsung menggebrak saat peluit sepak mula babak pertama dibunyikan. Ryo Matsumura, Rayhan Hannan, dan Maciej Gajos bergantian mengancam gawang Ernando Ari.

yang menggantikan Witan Sulaeman itu menerima umpan terobosan dari Ryo Matsumura di sebelah kiri kotak penalti Persebaya.

Ernando Ari yang melihat ancaman itu berlari meninggalkan gawang, tetapi Rayhan lebih dulu mendapatkan bola. Melihat Ernando meninggalkan gawang, Rayhan melakukan tendangan spekulasi dari posisi sempit, tak jauh dari titik tendangan penjuru.

Ernando yang sudah berlari ke gawang tak sempat melakukan antisipasi. Seisi Stadion Gelora Bung Karno bersorak menyambut gol yang dinantikan itu.

Sayangnya, kegembiraan itu tak bertahan lama. Berselang tiga menit, tim berjuluk Bajul Ijo langsung menyamakan kedudukan.

Gol bermula dari sepakan penjuru Toni Firmansyah. Bola yang dikirim ke jantung pertahanan Persija itu disambut tandukan Flavio Silva. Skor berubah menjadi 1-1.

Setelah dua gol itu, intensitas serangan kedua tim semakin meningkat. Persija berulang kali mengancam gawang Persebaya, tetapi Ernando Ari memperlihatkan kualitasnya.

Salah satunya saat Ernando menepis tendangan Maciej Gajos pada menit ke-74. Gajos yang mendapat umpan silang dari Hanif Sjahbandi dari sisi kanan, menendang bola ke arah gawang. Ernando yang sempat berada di sisi kanan, langsung melompat untuk menepis tendangan Gajos.

Pertandingan pun berakhir dengan skor 1-1 hingga peluit akhir dibunyikan. Hasil ini membuat Persebaya tetap berada di peringkat 3 klasemen dengan raihan 49 poin. Sementara Persija berada di posisi 5 dengan raihan 44 poin.

post

Patrick Kluivert Formal Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Marselino Ferdinan Debut di Liga Inggris

Jakarta, 11 April 2025

PUSAT NEWS — Sepak bola Indonesia merambah babak baru yang menjanjikan dengan formal diperkenalkannya Patrick Kluivert selaku pelatih kepala regu nasional Indonesia. Legenda sepak bola Belanda yang mempunyai segudang pengalaman di tingkat internasional ini, diharapkan bisa bawa pergantian besar untuk timnas Indonesia menjelang kualifikasi Piala Dunia 2026.

Kluivert datang di Indonesia pada bertepatan pada 11 April 2025 serta langsung disambut hangat oleh para penggemar sepak bola tanah air. Mantan pemain Barcelona ini mengambil alih posisi Shin Tae- yong, yang sepanjang ini mengetuai timnas Indonesia dengan beberapa pencapaian positif, walaupun belum sanggup bawa regu Garuda ke Piala Dunia.

“ Bersama regu yang penuh kemampuan ini, aku berharap kita dapat menggapai prestasi yang lebih besar. Aku percaya sepak bola Indonesia mempunyai bakat luar biasa yang cuma butuh tutorial serta kerja keras buat tumbuh,” ucap Kluivert dalam konferensi pers yang diselenggarakan usai kedatangannya.

Sedangkan itu, salah satu bintang muda Indonesia, Marselino Ferdinan, saat ini tengah mencuri atensi di kancah internasional. Marselino, yang diketahui dengan penampilannya gemilang di kompetisi dalam negeri, baru saja menempuh debutnya bersama Oxford United di Liga Inggris. Pemain berumur 19 tahun ini tampak impresif dalam pertandingan perdananya, yang terus menjadi menguatkan letaknya selaku salah satu talenta terbaik sepak bola Indonesia.

Penampilan Marselino ini berikan harapan besar untuk penggemar sepak bola tanah air, paling utama dalam upaya menguatkan timnas Indonesia yang tengah bersiap mengalami bermacam ajang internasional. Banyak yang optimis kalau Marselino, dengan pengalaman barunya di Eropa, hendak jadi pemain kunci untuk regu Garuda ke depan.

Erick Thohir, Pimpinan Universal PSSI, pula membagikan apresiasi terhadap Shin Tae- yong atas dedikasinya membimbing timnas Indonesia, seraya mengantarkan harapan besar buat pergantian yang dibawa oleh Kluivert.“ Kami berterima kasih kepada Shin Tae- yong atas seluruh usahanya. Saat ini, kami berharap dengan kehadiran Patrick Kluivert, timnas Indonesia dapat lebih bersaing di tingkat dunia,” ungkap Thohir.

Dengan campuran pelatih berpengalaman serta pemain muda berbakat, sepak bola Indonesia berharap bisa mencatatkan prestasi yang lebih gemilang dalam kancah internasional, diawali dengan persiapan yang matang buat kualifikasi Piala Dunia 2026.

post

4 Pemain Inter Milan Cetak Minimal 7 Gol dalam 1 Musim Liga Champions

PUSATSPORT , Lautaro Martinez menyumbang satu gol saat Inter Milan mengalahkan Bayern Munich dengan skor 2-1 pada leg pertama perempat final Liga Champions Eropa (UCL) 2024/2025, Rabu (9/4/2025) dini hari WIB. Ini merupakan gol ketujuh penyerang asal Argentina tersebut di UCL musim ini. Martinez pun menasbihkan diri sebagai pemain Inter Milan keempat yang mampu mencetak minimal 7 gol dalam 1 musim Liga Champions sejak kompetisi ini memasuki era baru pada 1992/1993.

1. Lautaro Martinez sudah mencetak tujuh gol di Liga Champions 2024/2025

Gol ketujuh Lautaro Martinez di Liga Champions 2024/2025 dicetak ke gawang Bayern Munich pada menit 53. Ia menuntaskan umpan dari Marcus Thuram dengan sebuah tendangan menggunakan kaki kanan bagian luar. Sebelumnya, Martinez juga mencetak satu gol saat Nerrazzuri menaklukkan Feyenoord dengan skor 2-0 pada leg pertama babak 16 besar (5/3/2025).

Pada pertandingan babak grup terakhir (29/1/2025), Martinez menorehkan hat-trick yang membawa timnya menang atas AS Monaco dengan skor 3-0. Pemain kelahiran 22 Agustus 1997 ini juga bertindak sebagai pencetak tunggal gol Inter Milan saat membekuk Sparta Praha dengan skor 1-0 (22/1/2025). Gol perdana Martinez di UCL musim ini tercipta saat Inter Milan membantai Red Star Belgrade dengan skor 4-0 (1/10/2024).

2. Samuel Eto’o mencetak delapan gol di Liga Champions 2010/2011

Sebelum Lautaro Martinez, Samuel Eto’o menjadi pemain Inter Milan terakhir yang bisa mencetak minimal tujuh gol dalam 1 musim Liga Champions. Itu dilakukan bomber asal Kamerun tersebut pada 2010/2011. Sosok yang kini berstatus sebagai presiden federasi sepak bola di negaranya mengemas delapan gol.

Eto’o membuka keran golnya di UCL 2010/2011 dengan membobol gawang FC Twente pada partai pertama babak grup (14/9/2010). Ia menyumbang tiga gol saat Inter Milan membantai Werder Bremen dengan skor 4-0 pada pertandingan selanjutnya (29/9/10). Setelah itu, Eto’o mencatatkan brace yang membuat timnya menang tipis atas Tottenham Hotspur dengan skor 4-3 (20/10/2010).

Eto’o mencetak satu gol saat Inter Milan bertanding kembali melawan Tottenham (2/11/2010). Sayangnya, mereka kalah dengan skor 1-3. Gol terakhir mantan pemain Barcelona dan Real Madrid ini di Liga Champions 2010/2010 tercipta ke gawang Bayern Munich pada leg kedua perempat final (15/3/2011).

3. Adriano mencetak tujuh gol di Liga Champions 2004/2005

Adriano bermain di Liga Champions untuk pertama kali pada 2004/2005. Pemain yang direkrut kembali Inter Milan dari Parma pada Januari 2004 tersebut mencetak tujuh gol. Ia memulainya dengan mencetak dua gol ke gawang Werder Bremen (14/9/2004) yang membuat timnya menang dengan skor 3-0.

Dua pertandingan berikutnya, sosok kidal asal Brasil ini mencetak gol secara beruntun ke gawang Anderlecht (29/9/2004) dan Valencia (20/10/2004). Setelah absen membobol gawang lawan selama empat laga, Adriano kembali mencatatkan nama di papan skor kala Inter Milan menaklukkan FC Porto pada leg kedua babak 16 besar (15/3/2025). Pria kelahiran 17 Februari 1982 itu menciptakan hat-trick yang membuat La Beneamata menang dengan skor 3-1.

4. Hernan Crespo mengoleksi sembilan gol di Liga Champions 2002/2003

Hernan Crespo menjadi pemain Inter Milan pertama yang mampu mencapai minimal tujuh gol di Liga Champions dalam kurun waktu 1 musim. Penyerang asal Argentina tersebut mengukirnya pada 2002/2003. Crespo membawa Inter Milan melaju sampai semifinal dengan sumbangan sembilan gol.

Ia mencetak dua gol pada pertandingan pembuka melawan Rosenborg (17/9/2002).  Setelah itu, Crespo mencetak gol tunggal Inter Milan saat mengalahkan Ajax Amsterdam (25/9/2002). Saat bertemu Olympique Lyon (22/10/2002), pemain yang direkrut dari Lazio pada awal musim tersebut juga mencetak brace

Ketika Inter Milan kembali berhadapan dengan Rosenborg (30/10/2002), Crespo juga mencetak satu gol. Sementara pada pertemuan ulang dengan Ajax (12/11/2002), ia membukukan dua gol. Crespo mencetak gol terakhirnya di Liga Champions 2002/2003 ke gawang Newcastle United (27/11/2002).

Sebetulnya, terdapat 1 pemain Inter Milan lain yang melakukan hal yang sama seperti 4 penggawa di atas. Dia adalah Sandro Mazzolla. Namun, legenda klub tersebut mencatatkanya jauh sebelum Liga Champions memulai era baru, yaitu pada 1963/1964. Sebagai catatan, itu juga sekaligus merupakan musim perdana Inter Milan ikut serta di ajang ini.