Milan, Italia – Duel panas antara Inter Milan dan AC Milan di ajang Coppa Italia kembali menjadi sorotan. Dua tim sekota ini akan saling bentrok dalam laga penentu menuju final. Meski AC Milan memiliki skuad bertabur bintang, Inter Milan dinilai lebih berpeluang untuk melangkah ke partai puncak. Berikut lima alasan mengapa Inter lebih unggul dari sang rival sekota:
Konsistensi Performa di Laga Besar Inter Milan dikenal tampil garang saat menghadapi lawan besar. Dalam beberapa musim terakhir, mereka menunjukkan konsistensi luar biasa dalam laga-laga penting, termasuk derby Milan. Simone Inzaghi juga dikenal jago mempersiapkan tim untuk pertandingan knockout.
Dominasi di Derby della Madonnina Dalam lima pertemuan terakhir di semua ajang, Inter unggul dengan tiga kemenangan atas AC Milan. Ini menunjukkan mentalitas dan pengalaman mereka lebih matang dalam laga penuh tekanan seperti derby.
Kedalaman Skuad yang Lebih Solid Inter memiliki kedalaman skuad yang lebih merata di semua lini. Pemain pelapis seperti Marko Arnautović dan Kristjan Asllani mampu memberikan kontribusi signifikan saat dibutuhkan, tidak seperti AC Milan yang masih bergantung pada pemain inti seperti Rafael Leão atau Theo Hernández.
Pertahanan yang Lebih Kokoh Dengan duet tangguh seperti Alessandro Bastoni dan Benjamin Pavard, lini belakang Inter menjadi salah satu yang paling solid di Serie A dan Coppa Italia. Mereka juga memiliki kiper top, Yann Sommer, yang tampil konsisten di bawah mistar.
Pengalaman Juara Inter Milan punya pengalaman juara yang lebih segar, termasuk menjuarai Coppa Italia dua musim terakhir. Mental juara ini menjadi modal berharga dalam menghadapi tekanan dan ekspektasi tinggi di laga penentuan seperti ini.
Dengan semua faktor di atas, Inter Milan diyakini punya kans lebih besar untuk melangkah ke final Coppa Italia musim ini. Namun, dalam sepak bola, segalanya bisa terjadi, apalagi di derby Milan yang selalu sarat gengsi dan kejutan.
PUSATSCOFRE- Liverpool telah berhasil mempertahankan Mohamed Salah dan Virgil van Dijk dengan kontrak baru. Namun, The Reds masih belum menjalin kesepakatan dengan Trent Alexander-Arnold.
Kontrak Alexander-Arnold bakal habis pada Juni 2025. Tapi, sang pemain belum menentukan apakah akan tetap bertahan di Anfield atau mencari tantangan baru.
1. Cari pengganti Alexander-Arnold tak gampang
Situasi ini, menurut legenda Liverpool, Jamie Carragher,, akan berdampak buruk bagi The Reds. Carragher memprediksi mantan klubnya tersebut akan kesulitan mencari pengganti Alexander-Arnold.
Bakal sulit, karena pemain asli Liverpool itu diberkati talenta spesial. Alexander-Arnold bak Kevin De Bruyne di bek sayap.
“Dia itu unik, berbeda dengan pemain lain di posisi tersebut. Dengan kemampuannya menguasai bola, dia bagaikan Kevin De Bruyne yang bermain sebagai bek kanan,” kata Carragher mengutip Talk Sport.
2. Ada sinyal Alexander-Arnold bertahan
Namun, ada sinyal kalau Alexander-Arnold bakal bertahan. Sinyal itu lewat selebrasi emosionalnya saat mencetak gol kemenangan Liverpool atas Leicester City di Premier League, Minggu 20 April 2025.
Pria 26 tahun itu melepas jerseynya dan merayakan gol dengan penuh semangat di depan fans Liverpool. Apalagi, itu penampilan pertamanya sejak pulih dari cedera, plus kabar kepindahannya ke Real Madrid mencuat.
3. Alexander-Arnold harus diparkir?
Ya, Alexander-Arnold disebut telah begitu dekat dengan kepindahan tersebut. Carragher pun memberikan saran kepada pelatih Arne Slot.
“Jika dia belum berkomitmen, harus disingkirkan dari starting XI dan berikan Conor Bradley kesempatan untuk menatap musim depan (tanpa Alexander-Arnold),” ucap Carragher.
PUSATSCOFRE , Leicester City menyusul Southampton sebagai tim yang sudah dipastikan terdegradasi dari English Premier League (EPL) 2024/2025. The Foxes menerima kenyataan pahit tersebut usai dibungkam Liverpool dengan skor 0-1 pada Minggu (20/4/2025). Dengan lima pertandingan tersisa, tim asuhan Ruud van Nistelrooy sudah tidak bisa lagi mengejar West Ham United yang saat ini berada di posisi 17 sebagai zona aman terakhir.
Bagi Leicester City, ini merupakan degradasi kelima mereka dari EPL. Tim yang bermarkas di King Power Stadium itu menyamai catatan milik West Bromwich Albion. Di atas keduanya, masih ada Norwich City sebagai tim yang paling sering merasakan turun kasta dari EPL. The Canaries sudah mengalaminya hingga enam kali. Lantas, kapan saja ketiga klub tersebut mengecap derita ini?
1. Leicester City terdegradasi dari Premier League pada 1995, 2002, 2004, 2023, dan 2025
Leicester City terdegradasi dari Premier League untuk pertama kalinya pada 1994/1995. Pada musim terakhir EPL diikuti 22 tim itu, mereka berakhir di posisi ke-21. Padahal, ini merupakan pengalaman perdana mereka mencicipi bermain di kompetisi teratas.
Setelah semusim bermain di kasta kedua, Leicester City bisa langsung kembali ke EPL. Mereka bertahan selama 6 musim sebelum akhirnya terdegradasi pada 2001/2002. Micky Adams yang saat itu bertindak sebagai pelatih sukses membawa mereka promosi. Namun, pada 2003/2004, Leicester City lagi-lagi terdegradasi.
Tim yang terbentuk pada 1884 ini baru bisa balik ke EPL pada 2014/2015. Hebatnya, mereka mampu bertahan selama 9 musim dengan salah satunya menjadi juara pada 2015/2016. Namun, pada 2022/2023, perjalanan menakjubkan tersebut berakhir setelah hanya berakhir di posisi 18.
Tidak butuh waktu lama bagi Leicester City untuk bisa bermain lagi di EPL. Mereka mendapat tiket promosi usai menjadi juara Championship 2023/2024. Sayangnya, Leicester City tidak mampu bersaing di EPL 2024/2025. Mereka akhirnya terkena degradasi meski kompetisi masih menyisakan lima pertandingan.
2. West Bromwich terdegradasi dari Premier League pada 2003, 2006, 2009, 2018, dan 2021
West Bromwich Albion (WBA) butuh waktu yang cukup lama untuk bisa merasakan atmosfer Premier League untuk pertama kalinya. Mereka baru bisa melakukannya pada 2002/2003. Namun, pada akhir musim, tim yang saat itu dilatih Gary Megson tersebut harus kembali ke kasta kedua usai berakhir di posisi 19.
Semusim kemudian, Megson sukses membawa The Baggies bangkit. Mereka meraih tiket promosi dengan menjadi runner-up Divisi Utama 2003/2004. WBA bertahan di EPL selama 2 musim sebelum akhirnya terdegradasi pada 2005/2006.
Pada 2007/2008, WBA yang dilatih Tony Mowbray sukses menjadi juara Championship. Sayangnya, di EPL 2008/2009, mereka berakhir sebagai juru kunci. Meski begitu, Roberto Di Matteo mampu membawa mereka kembali ke EPL. Klub lantas bisa bertahan di kompetisi teratas selama 8 musim beruntun.
Perjalanan tersebut terhenti pada 2017/2018 setelah terkena degradasi karena berakhir di posisi buncit. Setelah 2 musim bermain di Championship, WBA akhirnya kembali ke EPL pada 2020/2021. Namun, pada akhir musim tersebut, mereka lagi-lagi terlempar dari kompetisi teratas.
3. Norwich City terdegradasi dari Premier League pada 1995, 2005, 2014, 2016, 2020, dan 2022
Norwich City merupakan salah satu peserta ketika Premier League memulai era baru pada 1992/1993. Saat itu, mereka bahkan berhasil berakhir di posisi ketiga. Sayangnya, The Canaries terdegradasi pada 1994/1995 setelah berakhir di posisi ke-20.
Mereka baru bisa bermain di EPL lagi pada 2004/2005. Namun, pada akhir musim tersebut, Norwich City langsung terdegradasi kembali. Setelah 5 musim di Championship, tim yang bermarkas di Carrow Road ini akhirnya meraih tiket promosi. Mereka lantas bertahan selama 3 musim beruntun di EPL sebelum turun kasta di posisi 18 pada 2013/2014.
Pada 2015/2016, Norwich City promosi ke EPL. Namun, mereka langsung terdegradasi lagi pada akhir musim. Begitu pun dengan 2019/2020 dan 2021/2022. Catatan tersebut pun membuat mereka kerap dijuluki sebagai tim yoyo karena begitu sering turun naik dari atau ke EPL.
Sejak Premier League memulai era baru pada 1992/1993, tercatat sudah ada 43 tim yang merasakan degradasi. Norwich City menjadi tim yang paling sering mengalaminya hingga enam kali. Namun, jika menghitungnya secara total sejak kompetisi sepak bola teratas di Inggris dimulai pada 1888, maka Leicester City menyandang status tersebut. The Foxes sudah terdegradasi hingga 13 kali.
PUSATSCORE , UEFA Europa League (UEL) menghadirkan sejumlah rekor menarik sejak berganti format dari Piala UEFA pada 2009/2010. Salah satunya catatan keterlibatan gol tertinggi para pesepak bola asal Inggris. Sebagian dari mereka mampu mengantarkan timnya ke final Europa League berkat konsistensi dalam mencetak gol dan assist. Berikut tiga pemain Inggris dengan keterlibatan gol tertinggi di UEL per 21 April 2025.
1. James Tavernier mencetak sembilan keterlibatan gol pada 2021/2022
James Tavernier menampilkan performa luar biasa kala mengantarkan Rangers menuju final UEFA Europa League 2021/2022. Ia menciptakan 9 keterlibatan gol dengan perincian 7 gol dan 2 assist dalam 14 pertandingan UEL pada musim tersebut. Tavernier kala itu bermain sebagai bek kanan dan menjabat kapten Rangers. Ia menciptakan satu assist kala mereka mengalahkan Brondby IF 2-0 pada matchday ketiga fase grup pada 21 Oktober 2021. Gol pertama Tavernier tercipta dalam kemenangan Rangers 4-2 atas Borussia Dortmund pada leg pertama playoff 16 besar UEL pada 17 Februari 2022.
Ia kemudian menorehkan brace dua kali saat Rangers seri 2-2 kontra Dortmund pada leg kedua playoff 16 besar dan kemenangan 3-1 atas RB Leipzig pada leg kedua semifinal pada 5 Mei 2022. Sayangnya, Rangers takluk dari Eintracht Frankfurt lewat adu penalti pada laga final. Tavernier sendiri menampilkan performa apik dengan mencetak 18 gol dan 17 assist dalam 58 pertandingan di semua kompetisi pada 2021/2022.
2. Bobby Zamora menciptakan delapan keterlibatan gol di UEFA Europa League 2009/2010
Bobby Zamora menjadi bintang kala Fulham berkompetisi di UEFA Europa League edisi pertama sejak berganti format dari Piala UEFA pada 2009/2010. Ia menciptakan 8 keterlibatan gol dengan perincian 6 gol serta 2 assist dalam 14 laga UEL pada musim tersebut. Fulham asuhan Roy Hodgson kala itu berhasil menciptakan sejarah dengan menembus final. Zamora sempat gagal mencetak gol dalam empat laga pertama UEL. Ia baru mencetak gol pertamanya lewat torehan brace dalam kemenangan 3-2 atas FC Basel pada matchday keenam fase grup UEL 16 Desember 2009.
Ia kemudian mencetak satu gol dan assist saat mengalahkan Shakhtar Donetsk pada leg pertama 32 besar UEL pada 18 Februari 2010. Zamora kemudian menorehkan 3 gol dalam 3 kemenangan beruntun Fulham dengan skor 4-1 atas Juventus pada leg kedua 16 besar serta 2-1 dan 1-0 atas VfL Wolfsburg dalam dua leg perempat final. Sayangnya, Zamora gagal menciptakan gol dan assist pada semifinal dan final. Fulham harus puas menjadi runner-up UEL setelah kalah 1-2 dari Atletico Madrid pada laga final pada 12 Mei 2010. Zamora sendiri tampil fantastis dengan mengoleksi 19 gol dan 9 assist dalam 48 pertandingan di semua kompetisi bersama Fulham pada 2009/2010.
3. Dominic Solanke sejauh ini mencetak tujuh keterlibatan gol di UEL 2024/2025
Dominic Solanke bergabung dengan Tottenham Hotspur dari AFC Bournemouth pada musim panas 2024. Ia ditebus dengan biaya transfer sebesar 65 juta pound sterling atau Rp1,4 triliun. Namun, performa Solanke dinilai kurang impresif dengan sejauh ini baru mencetak 7 gol dan 3 assist dalam 23 laga English Premier League (EPL) per pekan 32 2024/2025. Meski begitu, penampilan striker berusia 27 tahun itu cukup apik di UEL. Solanke sejauh ini mencetak 7 keterlibatan gol dengan perincian 3 gol dan 4 assist dalam 10 laga UEL per 21 April 2025.
Solanke mencetak satu gol dan assist kala Tottenham menang 3-0 atas Qarabag pada laga pertama fase liga pada 26 September 2024. Ia kemudian menorehkan gol dalam kekalahan 2-3 dari Galatasaray pada matchday keempat fase liga pada 7 November 2024. Solanke lalu memberikan satu assist kepada Dejan Kulusevski saat Tottenham seri 1-1 kontra Rangers pada matchday kelima fase liga pada 12 Desember 2024. Ia kemudian menciptakan dua assist untuk brace Wilson Odobert dalam kemenangan Tottenham 3-1 atas AZ Alkmaar pada leg kedua 16 besar pada 13 Maret 2025. Terbaru, Solanke menorehkan gol kemenangan Tottenham 1-0 atas Eintracht Frankfurt pada leg kedua perempat final pada 17 April 2025.
Dari tiga pemain di atas, dua di antaranya berhasil mengantarkan timnya menuju final UEFA Europa League. Sayangnya, Zamora dan Tavernier bernasib sama usai timnya kalah dari lawan-lawannya dan harus puas menjadi runner-up. Solanke berpeluang membawa Tottenham menuju final UEL 2024/2025. Syaratnya, The Lilywhites wajib mengalahkan Bodo Glimt pada semifinal.
PUSATSCORE , Jika membicarakan kompetisi sepak bola terbaik di dunia, Ligue 1 Prancis menjadi yang menarik dibahas. Bukan tanpa alasan, kasta tertinggi Liga Prancis ini berhasil mewadahi bakat potensial untuk mengembangkan karier sehingga meningkatkan atmosfer persaingan antartim. Salah satu negara yang terbilang sering menyumbangkan talenta menjanjikannya adalah Portugal.
Pada 2024/2025, ada sembilan pesepak bola berkebangsaan Portugal yang memperkuat tim Ligue 1. Mereka menjalankan berbagai tugas, salah satunya gelandang. Total, terdapat tiga penggawa lini tengah Selecao das Quinas yang melebarkan sayap di kasta tertinggi Liga Prancis. Berikut daftar gelandang yang dimaksud dan kontribusinya per 21 April 2025.
1. Joao Neves langsung dipercaya sebagai gelandang tengah utama Paris Saint-Germain
Berkat portofolio menjanjikan selama membela Benfica, Joao Neves masuk radar transfer beberapa tim raksasa di Eropa. Talenta berkebangsaan Portugal ini lantas memilih pergi ke Prancis demi menerima tawaran Paris Saint-Germain pada musim panas 2024. Dia ditebus seharga 59,92 juta euro atau Rp1,1 triliun dan dianggap memiliki prospek cerah sehingga dipagari kontrak jangka panjang yang berlaku sampai 2029 bersama Les Parisiens.
Meski berstatus rekrutan anyar, Joao Neves langsung dipercaya oleh Luis Enrique sebagai gelandang tengah utama dalam sistem permainan PSG. Selain itu, dia juga pernah dirotasi ke posisi gelandang bertahan, bek kanan, dan bek kiri. Hal tersebut berhasil membuatnya mengumpulkan banyak menit bermain untuk Les Parisiens. Neves sendiri mencetak 5 gol dan 9 assist dari 44 pertandingan hingga pekan ke-30 di semua ajang pada 2024/2025.
2. Vitinha sering menempati posisi gelandang bertahan utama Paris Saint-Germain
Tak jauh berbeda dari sebelumnya, Vitor Machado Ferreira atau yang akrab disapa Vitinha ini masih menjalankan tugas penting untuk permainan Paris Saint-Germain. Pesepak bola yang kini berusia 25 tahun tersebut sulit tergusur dari posisi gelandang bertahan inti Les Parisiens. Selain itu, dia beberapa kali mengisi posisi gelandang tengah sesuai kebutuhan tim ibu kota Prancis tersebut. Hingga pekan ke-30, dirinya diturunkan sebanyak 45 laga dengan menciptakan 6 gol dan 2 assist di semua kompetisi pada 2024/2025.
PSG mendatangkan Vitinha dari FC Porto pada musim panas 2022. Les Parisiens merogoh kocek sebesar 41,5 juta euro atau Rp795 miliar demi mengamankan tanda tangan talenta berkebangsaan Portugal tersebut. Berkat performa yang memuaskan, dirinya memperoleh perpanjangan kontrak yang berlaku sampai 2029.
Vitinha ternyata cepat melakukan adaptasi sehingga sering diberikan kesempatan bermain sejak menit pertama bersama PSG. Kehadirannya sukses menambah kedalaman kekuatan karena bisa mengisi berbagai posisi di lini tengah Les Parisiens. Sejauh ini, talenta kelahiran Vila das Aves ini total mengumpulkan 17 gol dan 11 assist dari 138 laga di semua ajang.
3. Andre Gomes memperkaya pilihan di posisi gelandang tengah dan bertahan LOSC Lille
Setelah menyelesaikan kontrak di Everton, Andre Gomes dilepas gratis pada musim panas 2024. Gelandang berkebangsaan Portugal ini sempat berstatus tanpa tim selama beberapa bulan. Dirinya kemudian mendapat tawaran untuk memperkuat LOSC Lille pada September 2024. Dia setuju menandatangani kontrak yang berlaku sampai 2026. Gomes sendiri tentu bukan sosok asing karena sebelumnya pernah merumput bersama Les Dogues.
Andre Gomes ternyata langsung memperkaya pilihan rotasi dalam skema permainan LOSC Lille. Meski posisi aslinya gelandang tengah, talenta kelahiran Grijo ini lebih sering bertugas sebagai gelandang bertahan. Hingga pekan ke-30, dirinya telah menyumbang 1 gol dari 23 pertandingan di berbagai kompetisi pada 2024/2025. Sementara ini, Gomes sendiri mencatatkan total penampilan sebanyak 50 kali dengan mengemas 4 gol dan 2 assist untuk Les Douges.
Ketiga gelandang berkebangsaan Portugal di atas memperkuat tim Ligue 1 2024/2025. Joao Neves dan Vitinha berhasil menjelma sebagai sosok berpengaruh sehingga sering diberikan kesempatan masuk daftar starter Paris Saint-Germain. Andre Gomes memiliki pengalaman yang berguna untuk mendongkrak kualitas lini tengah LOSC Lille.
PUSATSCORE , Manchester City tidak hanya mengandalkan para pemain bintang yang dibeli dengan harga mahal. The Citizens beberapa kali menghadirkan pemain muda berbakat yang menunjukkan kualitasnya kala diberikan kesempatan tampil di tim utama. Salah satunya dengan mencetak gol di EPL secara back to back atau dua laga beruntun.
Sebagian dari pemain muda yang pernah memperkuat Manchester City berhasil mengukir rekor sebagai pencetak gol termuda dalam dua pertandingan berturut-turut. Berikut empat pemain yang berhasil mengukir catatan apik tersebut.
1. Kelechi Iheanacho mencetak brace back to back di EPL saat berusia 19 tahun 211 hari
Kelechi Iheanacho memperkuat Manchester City selama 3,5 tahun pada Januari 2014–Agustus 2017. Pemain asal Nigeria itu direkrut The Citizens kala usianya masih menginjak 18 tahun. Ia melakoni debutnya di tim utama Manchester City dalam kemenangan 2-0 atas Watford di laga EPL pekan keempat pada 29 Agustus 2015.
Salah satu catatan apik Iheanacho selama membela Manchester City ketika menorehkan brace secara back to back di EPL pada pekan ke-35 dan 36 2015/2016. Ia menorehkan dua gol dalam kemenangan Manchester City 4-0 atas Stoke City dan kekalahan 2-4 dari Southampton. Iheanacho kala itu masih berusia 19 tahun 211 hari.
2. Gabriel Jesus menorehkan gol dalam dua laga EPL beruntun kala berusia 19 tahun 308 hari
Gabriel Jesus pernah dinilai sebagai striker muda Brasil dengan prospek menjanjikan. Ia direkrut Manchester City dari Palmerias pada Januari 2017. Jesus ditebus dengan harga 32 juta euro atau Rp613 miliar.
Ia langsung menunjukkan potensi terbaiknya kala mencetak gol secara back to back di EPL pada pekan 23 dan 24 2016/2017. Jesus menorenhkan satu gol dan assist dalam kemenangan Manchester City 4-0 atas West Ham United pada 1 Februari 2017. Ia lalu menciptakan brace kala Manchester City mengalahkan Swansea City 2-1 pada 5 Februari 2017. Jesus ketika itu masih berusia 19 tahun 308 hari.
3. Phil Foden menciptakan gol dalam dua laga EPL beruntun kala berusia 20 tahun 25 hari
Phil Foden merupakan gelandang serang jebolan akademi Manchester City. Bakatnya telah memberikan kesan positif kepada pelatih Manchester City, Pep Guardiola. Sang pelatih pernah menyebut Foden adalah permata sepak bola Inggris.
Pujian tersebut dibuktikan dengan performa sang pemain di atas lapangan. Salah satunya dengan mencetak gol dalam dua pertandingan EPL secara berturut-turut. Foden kala itu menorehkan satu gol dalam kemenangan Manchester City 3-0 atas Arsenal pada 17 Juni 2020. Ia lalu menciptakan brace ketika The Citizens membantai Burnley 5-0 pada 22 Juni 2020. Foden saat itu berusia 20 tahun 25 hari.
4. Nico O’Reilly menorehkan gol di EPL secara back to back ketika berusia 20 tahun 29 hari
Nico O’Reilly menjadi salah satu talenta muda jebolan akademi Manchester City yang diorbitkan ke tim utama pada 2024/2025. Ia menjalani debutnya bersama skuad senior The Citizens kala menjuarai Community Shield pada 10 Agustus 2024. O’Reilly baru mendapat kesempatan bermain sebagai starter di EPL dalam kemenangan 2-0 atas Leicester City pada 2 April 2025.
Ia sukses mencetak gol di EPL secara back to back pada pekan 32 dan 33 2024/2025. O’Reilly menciptakan masing-masing satu gol kala Manchester City mengalahkan Crystal Palace 5-2 dan Everton 2-0. Ia ketika itu masih berusia 20 tahun 29 hari.
Keempat pemain di atas memiliki perjalanan karier yang berbeda bersama Manchester City. Iheanacho gagal bersaing di lini depan The Citizens yang diperkuat Sergio Aguero. Jesus sempat menyaingi Aguero untuk posisi striker utama Manchester City dan akhirnya dijual kepada Arsenal pada musim panas 2022. Foden berkembang menjadi gelandang serang kreatif bagi Manchester City dan Timnas Inggris. Sementara itu, O’Reilly baru merintis kariernya sebagai bek kiri The Citizens pada 2024/2025.
PUSATSCORE , Manchester United menjadi Inggris yang kerap kali dihuni pemain top. Tak hanya memiliki skill yang mumpuni, beberapa di antaranya juga memiliki jiwa kepemimpinan di luar dan dalam lapangan. Setelah tak lagi berseragam The Red Devils, beberapa di antara mereka bahkan menjadi kapten di tim lain pada 2024/2025 ini.
Jesse Lingard menjadi salah satu eks Manchester United yang menjadi kapten tim lain pada musim ini. Dengan pengalaman yang tak sedikit, ia diberi kepercayaan untuk memegang ban kapten klub Korea Selatan, FC Seoul.
Termasuk Lingard, berikut tiga mantan pemain Manchester United yang menjadi kapten tim lain pada 2024/2025.
1. Jesse Lingard diberi kepercayaan untuk menjadi kapten FC Seoul
Jesse Lingard adalah jebolan akademi yang dipromosikan ke tim utama Manchester United pada 2014. Kiprahnya bersama The Red Devils cukup berliku. Ia sempat tampil impresif dengan mencetak sebelas gol selama semusim pada 2017/2018. Di sisi lain, pemain berpaspor Inggris tersebut juga beberapa kali mengalami masa-masa sulit, termasuk pada musim terakhirnya (2021/2022).
Setelah sempat berstatus tanpa klub selama lebih dari 7 musim, Lingard sepakat bergabung dengan klub Korea Selatan, FC Seoul, pada Februari 2024. Pengalamannya berlaga di Eropa diharapkan mampu memberi dampak positif terhadap performa tim. Selain itu, ia juga diharapkan mampu berperan sebagai mesin gol di lini serang.
Lingard menjadi bagian penting di skuad FC Seoul pada musim pertamanya meski sempat menepi selama beberapa pekan karena cedera. Pelatih bahkan telah mempercayakan ban kapten kepadanya sejak pertengahan K-League 1 2024. Di ajang tersebut, ia mengemas 6 gol dan 3 assist dari 26 pertandingan serta membawa timnya mencatatkan prestasi terbaik selama 5 musim terakhir dengan finis di peringkat keempat.
Pemain kelahiran 15 Desember 1992 tersebut kembali dipercaya untuk menjadi kapten FC Seoul pada 2025. Ia menjawab kepercayaan pelatih dengan performa mengesankan di atas lapangan. Dari total 9 laga per 20 April 2025, Lingard telah mencetak 4 gol.
2. Cristiano Ronaldo memimpin Al-Nassr untuk meraih trofi pada akhir musim
Cristiano Ronaldo menjadi bagian dari Manchester United dalam dua periode berbeda. Ia menunjukkan potensinya sebagai penyerang yang tajam bersama The Red Devils. Dari total 346 penampilan di berbagai ajang, dirinya mengemas 145 gol dan 64 assist. Ronaldo meraih penghargaan Ballon D’or pertamanya saat berseragam Manchester United pada 2008.
Setelah berpisah dengan Manchester United dan sempat berstatus tanpa klub selama lebih dari 1 bulan, ia direkrut klub Arab Saudi, Al-Nassr, pada Januari 2023. Dengan pengalaman yang tidak sedikit, pelatih menugaskannya sebagai kapten tim sejak awal bergabung. Kepercayaan tersebut dijawab dengan performa tajam di atas lapangan.
Pada 2024/2025 ini, pemain kelahiran 5 Februari 1985 tersebut masih mengemban amanah sebagai kapten tim Al-Nassr. Selain sebagai pemimpin, dirinya juga menunjukkan performa yang konsisten meski tak lagi muda. Dari total 45 laga per 20 April 2025, Ronaldo telah mengemas 44 gol dan 13 assist. Membawa Al-Nassr juara Saudi Pro League 2024/2025 menjadi salah satu ambisi besar yang ia miliki.
3. Edinson Cavani memakai ban kapten Boca Juniors
Edinson Cavani menjadi penggawa Manchester United pada 2020–2022. Selama 2 musim tersebut, ia mengemas 19 gol dan 7 assist dari total 59 pertandingan. Sayangnya, pemain asal Uruguay tersebut gagal mempersembahkan trofi untuk The Red Devils.
Setelah malang melintang di beberapa liga top Eropa, Cavani hijrah ke Argentina untuk bergabung dengan Boca Juniors pada musim panas 2023. Ia diboyong dari Valencia secara gratis dan kini terikat kontrak hingga Desember 2026. Dirinya menyusul dua mantan pemain Manchester United lainnya yang lebih dahulu bergabung dengan Boca Juniors, yaitu Marcos Rojo dan Sergio Romero.
Pelatih Boca Juniors memercayai pemain kelahiran 14 Februari 1987 tersebut sebagai kapten tim pada 2025 ini. Ia diharapkan mampu memimpin rekan setimnya untuk berprestasi di Torneo Apertura dan ajang-ajang lainnya. Meski tak lagi muda, Cavani masih menunjukkan ketajamannya sebagai penyerang berpengalaman.
Dengan pengalaman dan kualitas yang dimiliki, tiga pemain di atas dipercaya sebagai kapten tim di klubnya masing-masing. Menariknya, mereka semua berposisi sebagai penyerang. Menarik untuk dinantikan bagaimana prestasi yang diraih klub masing-masing dengan kehadiran mereka sebagai kapten tim.
PUSAT SCORE – Pelatih Manchester United Ruben Amorim menyatakan anak asuhnya berpotensi terdegradasi dari Liga Inggris 2024/2025 akhir tahun lalu menyusul performa buruk.
Beberapa bulan berselang, ramalan sang nakhoda dipastikan tidak jadi kenyataan. Bukan karena peningkatan kinerja Setan Merah, tapi karena ada tiga tim rapornya yang jauh lebih buruk.
Setelah menderita kekalahan ke-15 musim ini usai takluk 0-1 dari Wolverhampton Wanderers di Old Trafford, Minggu (20/4/2025) malam WIB, MU mendengar kabar tumbangnya Ipswich Town saat melawan Arsenal pada waktu bersamaan. The Tractor Boys takluk 0-4.
Hasil ini membuat secara matematis MU tidak bakal turun ke zona merah. Lewat perolehan 38 poin, mereka mustahil dikejar Ipswich Town yang menempati posisi 18 (21 angka) dengan kompetisi menyisakan lima pertandingan.
Sementara penghuni dua urutan terbawah adalah Leicester City (18 poin) dan Southampton (11 poin).
Musim 2024/2025 sudah tercatat sebagai salah satu kampanye terburuk sepanjang sejarah MU. Mereka dipastikan menduduki peringkat terendah dan raihan poin paling sedikit sepanjang pada era Premier League (sejak 1992).
Kedatangan Ruben Amorim yang menggantikan Erik ten Hag di kursi pelatih tidak memberi dampak positif. Di tangannya MU hanya memetik 13 kemenangan dan 12 kekalahan dalam 34 laga di seluruh kompetisi.
Statistik kemenangan MU bersamanya hanya 38,2 persen.
Meski begitu, Setan Merah tetap berpeluang mengakhiri kampanye dengan positif. Ada peluang meraih gelar di Liga Europa.
Mereka baru saja menyingkirkan Olympique Lyon pada perempat final lewat agregat 7-6. MU selanjutnya terlibat duel versus Athletic Bilbao dalam usaha mencapai final.
PUSATSCORE , Real Madrid merupakan salah satu klub tersukses di dunia. Klub berjuluk Los Blancos ini telah berbagai gelar juara termasuk 15 trofi Liga Champions. Kesuksesan yang diraih Real Madrid mampu menarik perhatian para pemain bintang untuk bergabung.
Real Madrid memang cukup sering memboyong pemain papan atas. Mereka rela mengeluarkan biaya besar untuk membeli pemain. Namun, terdapat deretan pemain top yang gagal didatangkan Los Blancos. Siapa saja mereka? Simak ulasan berikut ini!
1. Steven Gerrard sangat loyal bersama Liverpool
Steven Gerrard merupakan legenda hidup Liverpool. Ia menghabiskan 17 musim bersama The Reds. Namun, bukan berarti pemain berkebangsaan Inggris tersebut tidak mendapatkan tawaran dari klub lain.
Gerrard diketahui pernah menarik perhatian sejumlah klub. Salah satu klub yang dikabarkan berminat untuk mendatangkannya adalah Real Madrid. Namun, Gerrard memilih untuk bertahan di Anfield. Meski tidak pernah memenangkan trofi English Premier League (EPL), Gerrard berhasil mengantarkan Liverpool menjuarai Liga Champions 2004/2005.
2. David de Gea gagal bergabung Real Madrid karena masalah administrasi
Pada 2015, David de Gea hampir saja bergabung Real Madrid. Saat itu, kiper asal Spanyol ini telah sepakat untuk bergabung dengan Los Blancos. Namun, transfer tersebut batal karena terdapat masalah administrasi.
Gagalnya transfer De Gea ke Real Madrid membuat dirinya bertahan bersama Manchester United. Pemain berusia 34 tahun ini menghabiskan 12 musim bersama Setan Merah. Kini, De Gea mencoba peruntungannya dengan memperkuat tim Serie A Italia, Fiorentina.
3. Francesco Totti hanya memperkuat AS Roma sepanjang kariernya
Francesco Totti menghabiskan seluruh karier profesionalnya sebagai pemain sepak bola dengan memperkuat AS Roma. Selama berkostum I Giallorossi, Totti mencatatkan 785 penampilan dengan mengemas 307 gol dan 205 assist. Sayangnya, ia tidak terlalu banyak meraih trofi bersama AS Roma.
Totti memiliki kesempatan untuk meninggalkan AS Roma. Real Madrid telah beberapa kali memberikan tawaran kepadanya. Meski demikian, rasa cinta Totti kepada AS Roma membuat ia memilih untuk bertahan.
4. Roy Keane menyesal menolak tawaran Real Madrid
Pada 2005, Roy Keane memutuskan untuk meninggalkan Manchester United. Real Madrid menjadi salah satu klub yang tertarik untuk memboyong Keane. Akan tetapi, ia menolak tawaran Los Blancos.
Keputusan Keane untuk menolak Real Madrid menjadi penyesalan bagi dirinya. Ia melanjutkan kariernya di Skotlandia dengan memperkuat Celtic. Bersama Celtic, Keane hanya mencatatkan 12 penampilan di semua kompetisi sebelum akhirnya gantung sepatu pada 2006.
5. Neymar memilih bergabung Barcelona dibandingkan Real Madrid
Neymar menunjukkan bakat luar biasa sejak usia muda. Hal tersebut mampu menarik perhatian klub-klub besar Eropa. Salah satu klub yang tertarik untuk mendatangkan Neymar adalah Real Madrid. Bahkan, Los Blancos rela memberikan gaji tinggi kepada pemain Brasil tersebut.
Dengan berbagai pertimbangan, Neymar menolak untuk bergabung Real Madrid dan menjadikan Barcelona sebagai pelabuhan pertamanya di Eropa. Bersama Barcelona, ia mampu menunjukkan performa gemilang. Neymar sukses mengantarkan Blaugrana meraih berbagai gelar juara, termasuk trofi LaLiga dan Liga Champions sebelum hengkang ke Paris Saint-Germain (PSG).
Real Madrid merupakan salah satu klub besar. Bukan hal yang sulit bagi mereka untuk mendatangkan pemain berstatus bintang. Namun, beberapa faktor jadi penyebab nama-nama di atas pada akhirnya tak berseragam Los Blancos, mulai dari loyalitas hingga masalah administrasi.
PUSATSCORE , Fabio Cannavaro, sosok yang menjadi kapten Timnas Italia saat menjuarai Piala Dunia 2006 sekaligus peraih penghargaan Ballon D’or pada tahun yang sama, dipecat dari jabatannya sebagai pelatih Dinamo Zagreb pada 9 April 2025. Ia dinilai gagal memenuhi ekspektasi yang diberikan oleh pihak manajemen. Performa yang menurun menjadi alasan utama mengapa pihak klub mengambil keputusan ini.
Hal ini sekaligus menandai akhir dari perjalanan Cannavaro sebagai juru taktik klub dengan koleksi 25 trofi Liga Kroasia tersebut yang baru seumur jagung. Pada 29 Desember 2024, ia ditunjuk sebagai arsitek Dinamo Zagreb untuk mengisi pos yang sebelumnya dipegang oleh Nenad Bjelica. Sayangnya, apa yang terjadi jauh dari kata memuaskan.
1. Fabio Cannavaro ditunjuk pada 29 Desember 2024 untuk mendongkrak performa tim
Fabio Cannavaro mengawali kiprahnya sebagai manajer Dinamo Zagreb pada akhir tahun 2024, tepatnya 29 Desember 2024. Berbekal pengalaman melatih Udinese dan beberapa klub lainnya, ia diberi kepercayaan untuk mampu mendongkrak performa Dinamo Zagreb yang tak begitu meyakinkan di berbagai ajang yang diikuti. Tak tanggung-tanggung, Cannavaro disodori kontrak berdurasi 18 bulan hingga akhir musim 2025/2026.
Nenad Bjelica, pria kelahiran 20 Agustus 1971, adalah pelatih yang posisinya digantikan oleh Cannavaro. Bersamanya, Dinamo Zagreb tak menunjukkan performa yang memuaskan. Dari total 15 laga sejak ia memegang jabatan tersebut pada 26 September 2024, Dinamo Zagreb mencatatkan 5 kemenangan, 6 keimbangan, dan 4 sisanya berakhir dengan kekalahan. Salah satu catatan buruk yang didapat oleh Bjelica ialah gagal membawa anak asuhnya meraih kemenangan dalam tujuh laga beruntun.
2. Performa Dinamo Zagreb cenderung menurun bersama Fabio Cannavaro
Fabio Cannavaro membuka kiprahnya bersama Dinamo Zagreb dengan hasil pahit. Bertandang ke markas Arsenal di ajang Liga Champions Eropa 2024/2025, tim besutannya kalah telak dengan skor 0-3. Sandro Kulenovic yang dipasang sebagai ujung tombak Dinamo Zagreb gagal menembus pertahanan The Gunners yang dikawal oleh Jakub Kiwior dan Gabriel Magalhães.
Setelah kekalahan telak pada laga debut, Cannavaro sejatinya membawa anak asuhnya menorehkan tren yang cukup positif pada laga-laga berikutnya. Dari total 7 pertandingan pertama di berbagai ajang sebagai pelatih Dinamo Zagreb, Cannavaro berhasil mempersembahkan 5 kemenangan dan hanya menelan 2 kekalahan. Salah satu kemenangan bahkan didapat ketika menghadapi salah satu klub raksasa Italia, AC Milan, dengan skor 2-1 di ajang Liga Champions.
Sayangnya, petaka mulai datang pada pertandingan kedelapan. Berawal dari kekalahan 0-4 saat bertandang ke markas HNK Rijeka di Liga Kroasia, Sabtu (22/2/2025), Dinamo Zagreb menorehkan tren yang cenderung menurun. Sejak kekalahan telak tersebut, pasukan Cannavaro hanya mampu meraih 2 kemenangan dari total 7 laga. Dari total 14 laga bersama Cannavaro, Dinamo Zagreb menorehkan 7 kemenangan, 2 keimbangan, dan 5 kekalahan.
Tak sekadar menorehkan tren yang menurun, Cannavaro gagal membawa anak asuhnya lolos dari league phase Liga Champions. Mereka finis di peringkat ke-25 dari total 36 tim yang berpartisipasi. Selain itu, sang pelatih juga gagal membawa anak asuhnya beranjak dari peringkat ketiga klasemen Liga Kroasia 2024/2025. Dengan hasil tersebut, mereka pun terancam menjuarai Liga Kroasia dalam delapan musim beruntun.
3. Sandro Perkovic mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Fabio Cannavaro
Selepas kepergian Fabio Cannavaro, posisi pelatih Dinamo Zagreb diambil alih oleh Sandro Perkovic. Sosok berkebangsaan Kroasia tersebut akan bertindak sebagai pelatih sementara hingga akhir musim 2024/2025. Menariknya, per 19 April 2025 atau sejak menggantikan Cannavaro, ia telah mengawal Dinamo Zagreb dalam dua laga dan selalu berbuah kemenangan.
Kursi kepelatihan Dinamo Zagreb telah diisi oleh empat sosok berbeda pada 2024/2025. Selain Cannavaro, Perkovic, dan Bjelica, ada Sergej Jakirovic yang memegang jabatan tersebut pada awal musim. Namun, perjalanannya bersama Dinamo Zagreb harus berakhir pahit. Setelah mempersembahkan trofi Liga Kroasia pada musim sebelumnya, ia dipecat dari jabatannya pada 19 September 2024. Alasan utamanya ialah karena anak asuhnya dibantai oleh Bayern Munich dengan skor 2-9 di Liga Champions dua hari sebelumnya.
Dengan pemecatan ini, karier Fabio Cannavaro sebagai menajer Dinamo Zagreb tak sampai hingga empat bulan. Pengalamannya sebagai pemain dengan jam terbang tinggi dan pelatih beberapa klub ternyata tak menjamin kiprahnya bersama Dinamo Zagreb berjalan mulus.