post

Akhir Kisah 13 Tahun Jamie Vardy di Leicester City

PUSATSCORE –Jamie Vardy resmi pamit dari Leicester City, Kamis (24/4/2025) malam WIB. Vardy memutuskan tidak memperpanjang kontraknya yang bakal berakhir pada Juni 2025.

Keputusan tersebut sekaligus mengakhiri 13 tahun pengabdian Vardy bersama The Foxes. Momen ini tentu mengiris hati para penggemarnya, mengingat Vardy dan Leicester telah melalui banyak momen tak terlupakan bersama.

“Halo semuanya. Kepada para penggemar Leicester, kami sangat terpukul karena hari ini akhirnya tiba juga: waktu untuk mengucapkan selamat tinggal,” kata Vardy dalam pesan perpisahannya di Instagram Leicester.

1. Vardy dan kesetiaannya untuk Leicester

Pencinta sepak bola tentu tahu seberapa tajamnya Jamie Vardy di Premier League. Ketajamannya tersebut menjadi salah satu kunci keberhasilan Leicester meraih gelar Premier League pertamanya, musim 2015/16: sebuah pencapaian luar biasa yang mengguncang dunia sepak bola.

Di musim tersebut, Vardy nyaris menyempurnakan gelar Premier League dengan status top scorer. Cukup disayangkan, Vardy terpaut satu angka dari Harry Kane yang menyabet sepatu emas dengan 25 gol.

Meski demikian, Vardy mencatatkan rekor mengilap dengan mencetak gol dalam 11 laga secara beruntun. Vardy melewati rekor milik Ruud van Nistelrooy di Manchester United, 10 laga beruntun.

Setelah musim bersejarah tersebut, Vardy terus menunjukkan konsistensinya. Ia selalu mencetak dua digit gol dalam enam musim berturut-turut, hingga akhirnya berhasil meraih gelar top scorer Premier League pada musim 2019/20.

2. Vardy sedih tinggalkan Leicester

Vardy memang mengucapkan pesan perpisahannya dengan kepala tegak, tetapi tak bisa menyembunyikan hatinya yang teriris. Vardy begitu sedih, karena sudah melewati banyak momen tak terlupakan bersama Leicester.

Setelah membantu Leicester juara Premier League musim 2015/16, meraih gelar top scorer 2019/20, serta mengangkat trofi Piala FA 2020/21, Vardy akhirnya merasakan momen pahit. Itu karena Leicester terdegradasi pada musim 2022/23.

Ada opsi cabut untuk membela klub lain. Tetapi, Vardy enggan mengambil pilihan tersebut. Tak heran, mengingat Vardy pernah menolak pinangan dari Real Madrid: tawaran yang mungkin selalu diambil oleh pemain lain.

Kesetiaan Vardy berbuah manis. Dia sukses mengantarkan The Foxes kembali ke kasta tertinggi pada musim berikutnya.

“Saya telah menjalani 13 tahun yang luar biasa di klub ini, dengan banyak kesuksesan, beberapa masa sulit, tapi sebagian besar adalah momen-momen indah. Namun, sekarang waktunya saya mengucapkan selamat tinggal. Meski saya sangat sedih, saya rasa inilah waktu yang tepat,” ujar Vardy.

3. Kode Vardy kembali ke Leicester, jadi pelatih atau petinggi klub?

Sayangnya, Vardy pergi dengan luka, karena bertepatan dengan Leicester yang dipastikan degradasi pada musim ini. Vardy pun berharap Leicester bisa segera bangkit.

“Leicester akan selalu memiliki tempat yang sangat istimewa di hati saya, dan saya akan terus mengikuti perjalanan klub ini di masa mendatang. Saya berharap akan ada lebih banyak kesuksesan lagi untuk Leicester,” kata Vardy.

Vardy juga mengucapkan terima kasih kepada fans yang selalu setia mendukung Leicester. Pria 38 tahun itu memberikan kode akan kembali, tentu bukan sebagai pemain.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada kalian semua karena telah menerima saya sebagai bagian dari kalian. Untuk sekarang, ini adalah perpisahan saya. Tapi kalian akan melihat saya lagi, saya janji. Terima kasih,” ungkap Vardy.

post

Hasil Atletico Madrid vs Rayo Vallecano: Dominasi Total! Los Rojiblancos Menang 3-0

PUSAT,BOLA – Atletico Madrid kembali menunjukkan tajinya di La Liga setelah menggasak Rayo Vallecano dengan skor telak 3-0 di Civitas Metropolitano, dalam laga yang digelar Kamis dini hari waktu setempat. Tiga gol tanpa balas jadi bukti kekuatan lini serang dan kokohnya pertahanan skuad Diego Simeone.

Babak Pertama: Serangan Cepat, Gol Pembuka
Pertandingan baru berjalan 12 menit, Atletico langsung membuka keunggulan lewat sundulan keras Álvaro Morata usai menerima umpan silang dari Nahuel Molina. Gol tersebut membakar semangat para pendukung tuan rumah dan membuat Rayo mulai tertekan.

Babak Kedua: Semakin Menggila
Masuk babak kedua, Atletico Madrid tampil lebih agresif. Antoine Griezmann memperbesar keunggulan di menit ke-53 lewat aksi individunya yang memukau, mengecoh dua bek dan menaklukkan kiper Rayo dengan sepakan terukur ke tiang jauh.

Pesta gol ditutup oleh Marcos Llorente pada menit ke-78 setelah menerima umpan matang dari Rodrigo De Paul. Gol ini menjadi penegasan dominasi total Los Rojiblancos di laga tersebut.

Statistik Menarik:
Penguasaan bola: Atletico 58% – Rayo 42%

Total tembakan: Atletico 15 (7 on target) – Rayo 5 (1 on target)

Pemain terbaik: Antoine Griezmann (1 gol, 1 assist, rating 8.7)

Simeone Puas, Target 4 Besar Aman
Dengan kemenangan ini, Atletico mengamankan posisi mereka di zona Liga Champions dan semakin nyaman di peringkat ke-4 klasemen sementara. Pelatih Diego Simeone memuji kekompakan tim dan efektivitas penyelesaian akhir yang menurutnya “sangat ideal.”

“Hari ini kami bermain dengan tempo tinggi, bertahan dengan disiplin, dan memanfaatkan setiap peluang. Inilah Atletico Madrid yang saya suka,” ujar Simeone dalam konferensi pers pascalaga.

Kemenangan ini juga jadi modal berharga bagi Atletico untuk menghadapi jadwal berat ke depan, termasuk duel panas kontra Real Madrid dalam beberapa pekan mendatang.

post

Man of the Match Arsenal vs Crystal Palace: Eberechi Eze, Sang Seniman di Tengah Kekacauan

PUSAT,BOLA – Dalam pertandingan yang sarat gengsi antara Arsenal melawan Crystal Palace, satu nama mencuri perhatian publik Emirates Stadium: Eberechi Eze. Meskipun Crystal Palace datang sebagai tim tamu dan tak diunggulkan, Eze tampil memukau dan dinobatkan sebagai Man of the Match berkat permainan magisnya yang mengacak-acak lini tengah The Gunners.

Sejak peluit babak pertama dibunyikan, Eze tampil dengan percaya diri luar biasa. Ia menjadi pengatur ritme permainan Palace, bergerak lincah di antara garis tengah dan pertahanan Arsenal. Visi bermainnya luar biasa, dan setiap sentuhannya mengandung ancaman.

Puncaknya terjadi di menit ke-57, saat Eze mencetak gol spektakuler lewat sepakan bebas yang melewati pagar betis Arsenal dan menghujam ke sudut atas gawang. David Raya hanya bisa terpaku.

Statistik Eze:
1 Gol

3 Umpan Kunci

4 Dribel Sukses

91% Akurasi Umpan

Man of the Match Rating: 8.9

Menghancurkan Dominasi Arsenal
Meski Arsenal mendominasi penguasaan bola, kehadiran Eze membuat Palace tampak lebih efektif dan berbahaya saat menyerang balik. Ia berhasil memanfaatkan ruang di lini tengah yang ditinggalkan Declan Rice dan Odegaard untuk melancarkan serangan-serangan cepat.

“Dia adalah pemain yang sulit diprediksi. Dia punya kreativitas luar biasa dan membuat kami frustrasi sepanjang laga,” kata Mikel Arteta dalam konferensi pers pascalaga.

Tiket Menuju Tim Besar?
Performa Eze yang konsisten musim ini menambah spekulasi bahwa ia bisa segera bergabung dengan klub besar. Arsenal, Liverpool, dan bahkan Manchester City disebut-sebut sedang memantau sang playmaker Inggris tersebut.

Namun, untuk saat ini, Eze tetap menjadi permata paling bersinar di skuad Crystal Palace—seorang seniman lapangan hijau yang bisa membuat penonton berdiri dan bersorak hanya dengan satu gerakan.

post

3 Pemain Montenegro yang Mencetak 2 Digit Gol dalam 1 Musim Serie A

PUSATSCORE , Daftar top skor sementara Serie A Italia 2024/2025 berisi beberapa nama yang menarik perhatian. Sejumlah pemain sudah berhasil membuat dua digit gol hingga pekan ke-33. Salah satunya adalah Nikola Krstovic yang mencetak sepuluh gol sejauh ini.

Ketajaman Krstovic menarik karena ia hanya membela Lecce yang sedang terancam degradasi. Ia juga berasal dari negara kecil di dunia sepak bola, Montenegro. Termasuk Krstovic, ada tiga pemain Montenegro yang meramaikan Serie A 2024/2025. Namun, Krstovic adalah yang paling diandalkan klubnya dan tentunya yang tersubur.

Krstovic sendiri bukanlah pemain Montenegro pertama yang sukses tampil tajam di Serie A. Ada dua kompatriotnya yang lebih dulu menciptakan dua digit gol dalam 1 musim. Siapa saja mereka?

1. Mirko Vucinic tajam di Serie A bersama Lecce, AS Roma, dan Juventus

Pemain Montenegro pertama yang mampu membuat dua digit gol dalam 1 musim Serie A adalah Mirko Vucinic. Vucinic adalah striker Montenegro yang berkarier di Serie A selama 14 tahun. Ia mengawali petualangannya di Italia bersama Lecce pada 2000.

Sempat tumpul pada awal kariernya di Lecce, Vucinic meledak pada 2004/2005. Ia mencetak 19 gol di Serie A dan membawa Lecce finis di peringkat ke-11. Tak heran jika Vucinic mulai masuk radar klub-klub besar. Ia akhirnya hijrah ke AS Roma pada 2006 dan menetap selama 5 tahun.

Bersama Roma, Vucinic sempat tiga kali mencetak dua digit gol dalam semusim Serie A. Ia lalu digaet klub yang lebih besar, Juventus, dan masih tetap tajam. Selama 3 musim berbaju Juventus, Vucinic membuat 21 gol dan turut mempersembahkan tiga scudetto.

Dengan demikian, Vucinic layak disebut pemain Montenegro terbaik yang pernah bermain di Serie A. Ia punya total penampilan paling banyak, yaitu 305 kali. Koleksi golnya pun terbanyak di antara kompatriotnya, yaitu 96 gol. Kedua rekor itu masih dipegang Vucinic meski dirinya sudah pensiun sejak 2017.

2. Stevan Jovetic membuat belasan gol di Serie A 2011/2012 dan 2012/2013

Stevan Jovetic sukses menyusul capaian Mirko Vucinic di Serie A 2011/2012. Jovetic yang membela Fiorentina membuat 14 gol dalam 27 laga Serie A musim tersebut. Ketajaman Jovetic saat itu terbilang menakjubkan. Pasalnya, ia baru saja absen panjang pada musim sebelumnya akibat cedera ACL.

Jovetic bahkan sukses menembus dua digit gol lagi di Serie A 2012/2013. Kali itu, ia mencetak 13 gol dalam 31 penampilan bersama Fiorentina. Jovetic lalu bertualang ke Inggris dan membela Manchester City. Ia sempat kembali ke Italia dan membela Inter Milan pada 2015–2016. Namun, catatan golnya tak sebanyak saat berbaju Fiorentina.

Secara total, Jovetic mengoleksi 41 gol di Serie A bersama Fiorentina dan Inter Milan. Ia pun menjadi pemain Montenegro tersubur kedua di Serie A sejauh ini. Sayangnya, Jovetic tak pernah meraih trofi apa pun di Italia. Capaian terbaiknya di Serie A hanyalah tiga kali finis di empat besar klasemen.

3. Nikola Krstovic sudah berkontribusi langsung dalam 13 gol Lecce di Serie A 2024/2025

Nikola Krstovic menjadi pemain Montenegro ketiga yang masuk daftar ini. Ia sudah membuat 10 gol dan 3 assist bagi Lecce di Serie A 2024/2025. Artinya, Krstovic sudah berkontribusi langsung dalam 13 dari 23 gol Lecce di Serie A musim ini. Padahal, ini baru merupakan musim kedua di Italia bagi striker 25 tahun itu.

Gol-gol Krstovic juga sering kali menghasilkan poin bagi Lecce. Tepatnya, ada 4 kemenangan dan 1 hasil imbang yang diraih Lecce saat Krstovic membuat gol. Sayangnya, performa Lecce secara keseluruhan tetap buruk. Mereka terpuruk di peringkat 17 klasemen sementara, hanya berjarak satu poin dari zona degradasi.

Jika nantinya Lecce terdegradasi, Krstovic bisa tergoda untuk hengkang. Kebetulan, ketajamannya sudah menarik minat salah satu raksasa Serie A, yaitu Juventus. Krstovic pun berpeluang mengikuti jejak karier Mirko Vucinic. Seperti Vucinic, Krstovic yang bermula dari Lecce bisa jadi bakal hijrah ke Juventus dan meraih sukses.

Tiga pemain di atas mengharumkan nama Montenegro di Serie A Italia dengan mencetak banyak gol. Nikola Krstovic adalah yang terbaru, tetapi kemungkinan tak akan jadi yang terakhir. Siapa lagi pemain Montenegro yang bakal menyusul?

post

Manchester United Ompong, Matheus Cunha Solusinya?

PUSATSCORE Manchester United dilaporkan telah bergerak untuk mendatangkan seorang striker di bursa transfer musim panas 2025. Sosok tersebut adalah Matheus Cunha, yang diyakini dapat mempertajam lini serang Setan Merah.

Memang, sepanjang musim 2024/25, MU sering kesulitan mencetak gol. Alejandro Garnacho dan kawan-kawan bahkan sempat tak mencetak gol dalam tiga laga beruntun di Premier League, periode Desember 2024.

Akhir pekan lalu, tim asuhan Ruben Amorim keok 0-1 saat menjamu Wolves pada matchday 33 Premier League di Old Trafford. Atas kekalahan tersebut, Amorim kesal dengan MU yang begitu ompong.

1. Matheus Cunha solusinya?

Nama Matheus Cunha pun muncul sebagai solusinya. Pakar transfer Fabrizio Romano, menyebut manajemen Setan Merah tengah berusaha untuk mendaratkannya dari Wolves.

Statistik Cunha memang meyakinkan. Bomber Brasil itu telah menceploskan 14 gol dan empat assist dalam 28 penampilannya di Premier League musim ini. Fakta menariknya, tidak ada pemain MU yang mencetak lebih banyak gol dari Cunha.

2. Produktivitas MU memang anjlok

Inkonsistensi performa dan minimnya produktivitas gol dari para penyerang Setan Merah memang tengah menjadi buah bibir. Betapa tidak, di Premier League, MU baru menceploskan 38 gol.

Selisihnya dengan anggota The Big Six lain begitu besar. Liverpool, Arsenal, Manchester City, dan Tottenham Hotspur telah mencetak lebih dari 60 gol. Hanya Chelsea yang belum menorehkan 58 gol, melainkan 58.

3. Legenda dukung MU gaet Cunha

Di sisi lain, legenda MU, Wes Brown mendukung langkah tersebut. Brown yakin Cunha dapat menjadi solusi untuk mengatasi tumpulnya lini depan MU.

“Cunha punya kepribadian dan karakter yang kuat, baik di dalam maupun di luar lapangan. Dia bisa memberi sesuatu yang saat ini belum dimiliki oleh para penyerang kami,” kata Wes Brown mengutip Talk Sport.

post

7 Pemain Hebat yang Pernah Membela Borussia Dortmund dan Barcelona

PUSAT,BOLA Borussia Dortmund dan FC Barcelona adalah dua klub elite Eropa yang dikenal rajin menghasilkan serta menarik pemain berbakat dari seluruh dunia. Meski berbeda kultur dan gaya bermain, ada beberapa pemain top yang punya pengalaman mengenakan jersey kuning-hitam Dortmund dan juga biru-merah khas Barcelona. Siapa saja mereka? Yuk simak daftarnya!

. Ousmane Dembélé

Nama pertama yang langsung terlintas tentu Dembélé. Pemain asal Prancis ini tampil luar biasa bersama Dortmund musim 2016/17 sebelum diboyong Barcelona dengan mahar fantastis. Meski sempat dilanda cedera, Dembélé tetap menjadi bagian penting skuad Barça selama beberapa musim.


2. Robert Lewandowski

Meski lebih dikenal sebagai legenda Bayern, Lewandowski lebih dulu mencuri perhatian saat membela Dortmund di bawah Jurgen Klopp. Pada 2022, ia bergabung dengan Barcelona dan langsung nyetel sebagai mesin gol utama di La Liga.


3. Marc Bartra

Bartra adalah pemain akademi La Masia yang kesulitan bersaing di skuad utama Barcelona. Ia kemudian pindah ke Dortmund pada 2016 dan menunjukkan performa stabil di lini belakang Die Borussen.


4. Pierre-Emerick Aubameyang

Salah satu striker paling tajam di Bundesliga saat di Dortmund, Aubameyang juga sempat berseragam Barcelona pada 2022. Meski singkat, masa baktinya di Camp Nou cukup impresif dengan mencetak gol-gol krusial.


5. Ilkay Gündogan

Mantan playmaker Dortmund ini menjalani masa keemasan bersama Manchester City sebelum akhirnya pindah ke Barcelona pada 2023. Kepemimpinan dan visi bermainnya sangat dibutuhkan di lini tengah Barça.


6. André Gomes

Meski tidak terlalu bersinar, André Gomes sempat membela Barcelona dan juga pernah menjalani masa peminjaman dari Valencia ke Dortmund di awal kariernya, meski jarang dimainkan secara reguler.


7. Mateu Morey

Bek kanan muda asal Spanyol ini menghabiskan waktu di akademi Barcelona sebelum akhirnya pindah ke Dortmund. Meski kariernya sempat terhambat cedera, Morey tetap punya potensi besar sebagai bek masa depan.


Kesimpulan

Fakta bahwa pemain-pemain hebat bisa menyesuaikan diri dengan dua klub yang memiliki filosofi berbeda ini menunjukkan kualitas luar biasa mereka. Entah itu dari La Masia ke Bundesliga, atau sebaliknya, Borussia Dortmund dan Barcelona tetap jadi destinasi menarik bagi pemain-pemain berbakat.

post

5 Alasan Inter Milan yang Bakal Melaju ke Final Coppa Italia, Bukannya AC Milan

Milan, Italia – Duel panas antara Inter Milan dan AC Milan di ajang Coppa Italia kembali menjadi sorotan. Dua tim sekota ini akan saling bentrok dalam laga penentu menuju final. Meski AC Milan memiliki skuad bertabur bintang, Inter Milan dinilai lebih berpeluang untuk melangkah ke partai puncak. Berikut lima alasan mengapa Inter lebih unggul dari sang rival sekota:

  1. Konsistensi Performa di Laga Besar
    Inter Milan dikenal tampil garang saat menghadapi lawan besar. Dalam beberapa musim terakhir, mereka menunjukkan konsistensi luar biasa dalam laga-laga penting, termasuk derby Milan. Simone Inzaghi juga dikenal jago mempersiapkan tim untuk pertandingan knockout.
  2. Dominasi di Derby della Madonnina
    Dalam lima pertemuan terakhir di semua ajang, Inter unggul dengan tiga kemenangan atas AC Milan. Ini menunjukkan mentalitas dan pengalaman mereka lebih matang dalam laga penuh tekanan seperti derby.
  3. Kedalaman Skuad yang Lebih Solid
    Inter memiliki kedalaman skuad yang lebih merata di semua lini. Pemain pelapis seperti Marko Arnautović dan Kristjan Asllani mampu memberikan kontribusi signifikan saat dibutuhkan, tidak seperti AC Milan yang masih bergantung pada pemain inti seperti Rafael Leão atau Theo Hernández.
  4. Pertahanan yang Lebih Kokoh
    Dengan duet tangguh seperti Alessandro Bastoni dan Benjamin Pavard, lini belakang Inter menjadi salah satu yang paling solid di Serie A dan Coppa Italia. Mereka juga memiliki kiper top, Yann Sommer, yang tampil konsisten di bawah mistar.
  5. Pengalaman Juara
    Inter Milan punya pengalaman juara yang lebih segar, termasuk menjuarai Coppa Italia dua musim terakhir. Mental juara ini menjadi modal berharga dalam menghadapi tekanan dan ekspektasi tinggi di laga penentuan seperti ini.

Dengan semua faktor di atas, Inter Milan diyakini punya kans lebih besar untuk melangkah ke final Coppa Italia musim ini. Namun, dalam sepak bola, segalanya bisa terjadi, apalagi di derby Milan yang selalu sarat gengsi dan kejutan.

post

Legenda Sebut Liverpool Bakal Sulit Cari Pengganti TAA, Benarkah?

PUSATSCOFRE- Liverpool telah berhasil mempertahankan Mohamed Salah dan Virgil van Dijk dengan kontrak baru. Namun, The Reds masih belum menjalin kesepakatan dengan Trent Alexander-Arnold.

Kontrak Alexander-Arnold bakal habis pada Juni 2025. Tapi, sang pemain belum menentukan apakah akan tetap bertahan di Anfield atau mencari tantangan baru.

1. Cari pengganti Alexander-Arnold tak gampang

Situasi ini, menurut legenda Liverpool, Jamie Carragher,, akan berdampak buruk bagi The Reds. Carragher memprediksi mantan klubnya tersebut akan kesulitan mencari pengganti Alexander-Arnold.

Bakal sulit, karena pemain asli Liverpool itu diberkati talenta spesial. Alexander-Arnold bak Kevin De Bruyne di bek sayap.

“Dia itu unik, berbeda dengan pemain lain di posisi tersebut. Dengan kemampuannya menguasai bola, dia bagaikan Kevin De Bruyne yang bermain sebagai bek kanan,” kata Carragher mengutip Talk Sport.

2. Ada sinyal Alexander-Arnold bertahan

Namun, ada sinyal kalau Alexander-Arnold bakal bertahan. Sinyal itu lewat selebrasi emosionalnya saat mencetak gol kemenangan Liverpool atas Leicester City di Premier League, Minggu 20 April 2025.

Pria 26 tahun itu melepas jerseynya dan merayakan gol dengan penuh semangat di depan fans Liverpool. Apalagi, itu penampilan pertamanya sejak pulih dari cedera, plus kabar kepindahannya ke Real Madrid mencuat.

3. Alexander-Arnold harus diparkir?

Ya, Alexander-Arnold disebut telah begitu dekat dengan kepindahan tersebut. Carragher pun memberikan saran kepada pelatih Arne Slot.

“Jika dia belum berkomitmen, harus disingkirkan dari starting XI dan berikan Conor Bradley kesempatan untuk menatap musim depan (tanpa Alexander-Arnold),” ucap Carragher.

post

3 Klub yang Paling Sering Terdegradasi dari Premier League

PUSATSCOFRE , Leicester City menyusul Southampton sebagai tim yang sudah dipastikan terdegradasi dari English Premier League (EPL) 2024/2025. The Foxes menerima kenyataan pahit tersebut usai dibungkam Liverpool dengan skor 0-1 pada Minggu (20/4/2025). Dengan lima pertandingan tersisa, tim asuhan Ruud van Nistelrooy sudah tidak bisa lagi mengejar West Ham United yang saat ini berada di posisi 17 sebagai zona aman terakhir.

Bagi Leicester City, ini merupakan degradasi kelima mereka dari EPL. Tim yang bermarkas di King Power Stadium itu menyamai catatan milik West Bromwich Albion. Di atas keduanya, masih ada Norwich City sebagai tim yang paling sering merasakan turun kasta dari EPL. The Canaries sudah mengalaminya hingga enam kali. Lantas, kapan saja ketiga klub tersebut mengecap derita ini?

1. Leicester City terdegradasi dari Premier League pada 1995, 2002, 2004, 2023, dan 2025

Leicester City terdegradasi dari Premier League untuk pertama kalinya pada 1994/1995. Pada musim terakhir EPL diikuti 22 tim itu, mereka berakhir di posisi ke-21. Padahal, ini merupakan pengalaman perdana mereka mencicipi bermain di kompetisi teratas.

Setelah semusim bermain di kasta kedua, Leicester City bisa langsung kembali ke EPL. Mereka bertahan selama 6 musim sebelum akhirnya terdegradasi pada 2001/2002. Micky Adams yang saat itu bertindak sebagai pelatih sukses membawa mereka promosi. Namun, pada 2003/2004, Leicester City lagi-lagi terdegradasi.

Tim yang terbentuk pada 1884 ini baru bisa balik ke EPL pada 2014/2015. Hebatnya, mereka mampu bertahan selama 9 musim dengan salah satunya menjadi juara pada 2015/2016. Namun, pada 2022/2023, perjalanan menakjubkan tersebut berakhir setelah hanya berakhir di posisi 18.

Tidak butuh waktu lama bagi Leicester City untuk bisa bermain lagi di EPL. Mereka mendapat tiket promosi usai menjadi juara Championship 2023/2024. Sayangnya, Leicester City tidak mampu bersaing di EPL 2024/2025. Mereka akhirnya terkena degradasi meski kompetisi masih menyisakan lima pertandingan.

2. West Bromwich terdegradasi dari Premier League pada 2003, 2006, 2009, 2018, dan 2021

West Bromwich Albion (WBA) butuh waktu yang cukup lama untuk bisa merasakan atmosfer Premier League untuk pertama kalinya. Mereka baru bisa melakukannya pada 2002/2003. Namun, pada akhir musim, tim yang saat itu dilatih Gary Megson tersebut harus kembali ke kasta kedua usai berakhir di posisi 19.

Semusim kemudian, Megson sukses membawa The Baggies bangkit. Mereka meraih tiket promosi dengan menjadi runner-up Divisi Utama 2003/2004. WBA bertahan di EPL selama 2 musim sebelum akhirnya terdegradasi pada 2005/2006.

Pada 2007/2008, WBA yang dilatih Tony Mowbray sukses menjadi juara Championship. Sayangnya, di EPL 2008/2009, mereka berakhir sebagai juru kunci. Meski begitu, Roberto Di Matteo mampu membawa mereka kembali ke EPL. Klub lantas bisa bertahan di kompetisi teratas selama 8 musim beruntun.

Perjalanan tersebut terhenti pada 2017/2018 setelah terkena degradasi karena berakhir di posisi buncit. Setelah 2 musim bermain di Championship, WBA akhirnya kembali ke EPL pada 2020/2021. Namun, pada akhir musim tersebut, mereka lagi-lagi terlempar dari kompetisi teratas.

3. Norwich City terdegradasi dari Premier League pada 1995, 2005, 2014, 2016, 2020, dan 2022

Norwich City merupakan salah satu peserta ketika Premier League memulai era baru pada 1992/1993. Saat itu, mereka bahkan berhasil berakhir di posisi ketiga. Sayangnya, The Canaries terdegradasi pada 1994/1995 setelah berakhir di posisi ke-20.

Mereka baru bisa bermain di EPL lagi pada 2004/2005. Namun, pada akhir musim tersebut, Norwich City langsung terdegradasi kembali. Setelah 5 musim di Championship, tim yang bermarkas di Carrow Road ini akhirnya meraih tiket promosi. Mereka lantas bertahan selama 3 musim beruntun di EPL sebelum turun kasta di posisi 18 pada 2013/2014.

Pada 2015/2016, Norwich City promosi ke EPL. Namun, mereka langsung terdegradasi lagi pada akhir musim. Begitu pun dengan 2019/2020 dan 2021/2022. Catatan tersebut pun membuat mereka kerap dijuluki sebagai tim yoyo karena begitu sering turun naik dari atau ke EPL.

Sejak Premier League memulai era baru pada 1992/1993, tercatat sudah ada 43 tim yang merasakan degradasi. Norwich City menjadi tim yang paling sering mengalaminya hingga enam kali. Namun, jika menghitungnya secara total sejak kompetisi sepak bola teratas di Inggris dimulai pada 1888, maka Leicester City menyandang status tersebut. The Foxes sudah terdegradasi hingga 13 kali.

post

3 Pemain Inggris dengan Keterlibatan Gol Tertinggi dalam Semusim UEL

PUSATSCORE , UEFA Europa League (UEL) menghadirkan sejumlah rekor menarik sejak berganti format dari Piala UEFA pada 2009/2010. Salah satunya catatan keterlibatan gol tertinggi para pesepak bola asal Inggris. Sebagian dari mereka mampu mengantarkan timnya ke final Europa League berkat konsistensi dalam mencetak gol dan assist. Berikut tiga pemain Inggris dengan keterlibatan gol tertinggi di UEL per 21 April 2025.

1. James Tavernier mencetak sembilan keterlibatan gol pada 2021/2022

James Tavernier menampilkan performa luar biasa kala mengantarkan Rangers menuju final UEFA Europa League 2021/2022. Ia menciptakan 9 keterlibatan gol dengan perincian 7 gol dan 2 assist dalam 14 pertandingan UEL pada musim tersebut. Tavernier kala itu bermain sebagai bek kanan dan menjabat kapten Rangers. Ia menciptakan satu assist kala mereka mengalahkan Brondby IF 2-0 pada matchday ketiga fase grup pada 21 Oktober 2021. Gol pertama Tavernier tercipta dalam kemenangan Rangers 4-2 atas Borussia Dortmund pada leg pertama playoff 16 besar UEL pada 17 Februari 2022.

Ia kemudian menorehkan brace dua kali saat Rangers seri 2-2 kontra Dortmund pada leg kedua playoff 16 besar dan kemenangan 3-1 atas RB Leipzig pada leg kedua semifinal pada 5 Mei 2022. Sayangnya, Rangers takluk dari Eintracht Frankfurt lewat adu penalti pada laga final. Tavernier sendiri menampilkan performa apik dengan mencetak 18 gol dan 17 assist dalam 58 pertandingan di semua kompetisi pada 2021/2022.

2. Bobby Zamora menciptakan delapan keterlibatan gol di UEFA Europa League 2009/2010

Bobby Zamora menjadi bintang kala Fulham berkompetisi di UEFA Europa League edisi pertama sejak berganti format dari Piala UEFA pada 2009/2010. Ia menciptakan 8 keterlibatan gol dengan perincian 6 gol serta 2 assist dalam 14 laga UEL pada musim tersebut. Fulham asuhan Roy Hodgson kala itu berhasil menciptakan sejarah dengan menembus final. Zamora sempat gagal mencetak gol dalam empat laga pertama UEL. Ia baru mencetak gol pertamanya lewat torehan brace dalam kemenangan 3-2 atas FC Basel pada matchday keenam fase grup UEL 16 Desember 2009.

Ia kemudian mencetak satu gol dan assist saat mengalahkan Shakhtar Donetsk pada leg pertama 32 besar UEL pada 18 Februari 2010. Zamora kemudian menorehkan 3 gol dalam 3 kemenangan beruntun Fulham dengan skor 4-1 atas Juventus pada leg kedua 16 besar serta 2-1 dan 1-0 atas VfL Wolfsburg dalam dua leg perempat final. Sayangnya, Zamora gagal menciptakan gol dan assist pada semifinal dan final. Fulham harus puas menjadi runner-up UEL setelah kalah 1-2 dari Atletico Madrid pada laga final pada 12 Mei 2010. Zamora sendiri tampil fantastis dengan mengoleksi 19 gol dan 9 assist dalam 48 pertandingan di semua kompetisi bersama Fulham pada 2009/2010.

3. Dominic Solanke sejauh ini mencetak tujuh keterlibatan gol di UEL 2024/2025

Dominic Solanke bergabung dengan Tottenham Hotspur dari AFC Bournemouth pada musim panas 2024. Ia ditebus dengan biaya transfer sebesar 65 juta pound sterling atau Rp1,4 triliun. Namun, performa Solanke dinilai kurang impresif dengan sejauh ini baru mencetak 7 gol dan 3 assist dalam 23 laga English Premier League (EPL) per pekan 32 2024/2025. Meski begitu, penampilan striker berusia 27 tahun itu cukup apik di UEL. Solanke sejauh ini mencetak 7 keterlibatan gol dengan perincian 3 gol dan 4 assist dalam 10 laga UEL per 21 April 2025.

Solanke mencetak satu gol dan assist kala Tottenham menang 3-0 atas Qarabag pada laga pertama fase liga pada 26 September 2024. Ia kemudian menorehkan gol dalam kekalahan 2-3 dari Galatasaray pada matchday keempat fase liga pada 7 November 2024. Solanke lalu memberikan satu assist kepada Dejan Kulusevski saat Tottenham seri 1-1 kontra Rangers pada matchday kelima fase liga pada 12 Desember 2024. Ia kemudian menciptakan dua assist untuk brace Wilson Odobert dalam kemenangan Tottenham 3-1 atas AZ Alkmaar pada leg kedua 16 besar pada 13 Maret 2025. Terbaru, Solanke menorehkan gol kemenangan Tottenham 1-0 atas Eintracht Frankfurt pada leg kedua perempat final pada 17 April 2025.

Dari tiga pemain di atas, dua di antaranya berhasil mengantarkan timnya menuju final UEFA Europa League. Sayangnya, Zamora dan Tavernier bernasib sama usai timnya kalah dari lawan-lawannya dan harus puas menjadi runner-up. Solanke berpeluang membawa Tottenham menuju final UEL 2024/2025. Syaratnya, The Lilywhites wajib mengalahkan Bodo Glimt pada semifinal.